Salin Artikel

Cerita Bernadus Selamat dari Banjir di Lembata: Saya Lihat Banjir Besar Menerjang Rumah, Batu Berhamburan...

Bernadus Kewuel (59), masih ingat hujan deras dan angin kencang yang melanda desa pada Jumat (2/4/2021) malam hingga Minggu (4/4/2021) dini hari itu.

Pada Sabtu (3/4/2021) malam, perayaan malam Paskah di Gereja Stella Maris Lewotolok yang terletak di desa itu telah selesai. Banyak umat yang sudah pulang.

Namun, sebagian warga masih berada di gereja itu bersama dengan Romo Deken Lembata Sinyo Da Gomes.

Saat sebagian umat belum pulang dari gereja, Bernadus sempat mendengar gemuruh dari atas Gunung Ile Lewotolok.

"Malam itu, saya sempat mendengar suara gemuruh dari atas gunung," kata Bernardus, salah satu korban selamat, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (9/4/2021).

Rumah Bernadus berhadapan langsung dengan Gereja Stella Maris Lewotolok. Hanya perlu menyeberang jalan untuk sampai di gereja.

Di sebelah kiri rumahnya terdapat sebuah sungai, sementara di kanan lapangan bola. Di bagian belakang rumah itu berbatasan langsung dengan bibir pantai.

Saat musim hujan, Bernadus tak bisa tidur sepanjang malam. Ia selalu was-was ombak akan menerjang rumahnya.

Demikian juga pada malam itu. Ia bersama istri dan cucu perempuannya tak bisa memejamkan mata karena hujan turun sangat deras.

"Hujan hari itu tidak seperti biasanya, besar sekali, seumur hidup, saya baru alami hujan sebesar ini," kata Bernadus.

Bernadus sempat melihat kondisi sungai di samping rumahnya dengan bantuan senter sebagai penerangan. Ia elihat air mengalri tenang, sedikit banjir.


"Kami tetap berjaga. Kami tidak bisa tidur sampai jam 01.30 malam (Minggu dini hari). Saat itu, hujan masih deras. Tiba-tiba lampu mati. Kami kaget. Saya dengar ada gemuruh besar dari atas gunung," kata dia.

Bernadus tak pikir panjang. Ia mengajak istri dan menggendong cucunya, mereka mengungsi ke rumah keluarga.

"Saya pakai payung dan selimuti bayi sambil bergegas ke luar rumah. Sambil berjalan lewat, saya lihat ada lumpur di mata kaki. Air ada di jalan raya. Ketika tiba di rumah keluarga, bunyi gemuruh bertambah besar, dan saya sempat senter rumah," kata dia.

Bernadus tak melupakan pemandangan yang dilihatnya dengan bantuan cahaya dari senter tersebut. 

"Saat itu, saya melihat banjir besar menerjang rumah saya. Batu-batu berhamburan di lapangan. Lumpur masuk memenuhi rumah," kata dia.

Bernadus memilih bertahan bersama istri dan cucunya di rumah keluarga tersebut. Mereka terjaga sampai pagi.

Pada Minggu pagi, Bernadus kembali ke rumahnya. Rumah itu nyaris tak berbentuk, sebagian bangunan roboh, bagian kamar hilang beserta isinya.

Rumah itu diepnuhi lumpur padat. Motor GL Max dan Supra X tertanam di dalam lumpur. Sebuah mobil pikap tergeser begitu jauh dari tempatnya.

Sampai saat ini, pikap itu masih tertanam lumpur. Ternak milik Bernadus ikut terbawa banjir.

Padahal, kata Bernadus, jarak gereja dan sungai yang berada di dekat rumahnya lebih dekat. Sebagian sisi gereja memang dihantam banjir, tetapi masih kelihatan elok dari jalan raya.

Puluhan orang di Desa Amakaka tewas akibat banjir bandang itu. Beberapa rumah roboh dan terbawa banjir.

Fasilitas umum seperti sekolah rusak parah, tiang listrik merayap di tanah.

"Saya sudah dua kali alami bencana. Pertama rumah pernah terbakar, dan kini banjir bandang yang menimpa rumah dan tak bisa ditempati lagi. Saya sudah tidak punya apa-apa lagi karena musibah besar ini. Saya berharap ada dapat tempat baru untuk ditempati bersama keluarga karena lokasi rumah saya tidak bisa ditempati lagi," kata Bernadus.

Ia berharap pemerintah bisa mencari tempat lebih aman agar musibah seperti itu tak lagi dialami masyarakat Desa Amakaka.

https://regional.kompas.com/read/2021/04/09/193211978/cerita-bernadus-selamat-dari-banjir-di-lembata-saya-lihat-banjir-besar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke