Salin Artikel

Gara-gara Pindahkan Pos Ronda, Rumah Binbin Ditembok Beton Warga Sekampung, Dedi Mulyadi Sampai Turun Tangan

Pembongkaran itu dilakukan pada Rabu (24/3/2021) dan viral setelah diunggah di akun YouTube Kang Dedi Mulyadi milik Dedi Mulyadi.

Dalam video itu tampak Dedi Mulyadi bernegoisasi dengan RW dan warga serta pemilik rumah yang terhalang tembok, pasangan Binbin Binekas dan Neni Kartini Sriwijaya.

Dedi tampak menanyakan latar belakang belakang dan manfaat pembangunan tembok beton yang membelah jalan komplek hingga menghalangi rumah Binbin. Akibatnya mobil Binbin tidak bisa keluar.

RW: Pembangunan tembok beton kesepakatan sekampung

Pihak RW menyatakan bahwa pembangunan jalan itu atas dasar kesepakatan warga. Usut punya usut, pembangunan tembok beton itu dilakukan karena keluarga Binbin memindahkan pos ronda dari tengah ke pinggir jalan.

Menurut RW, pos ronda itu sudah lama berdiri sebelum rumah Binbin dibangun.

Selain itu, tembok beton itu dibangun karena Binbin membuat pagar yang menutup akses warga ke RT lain. Pagar itu memang dibangun karena tanah yang dipagar itu milik Binbin yang menjadi pembatas dia RT.

Setelah negosiasi cukup alot, dalam video itu, akhirnya pihak RW sepakat untuk membongkar tembok beton itu.

Keluarga Binbin juga sepakat untuk membongkar pagar dan menghibahkan sebagian tanahnya untuk jalan akses ke RT lain.

Saat pagar beton dibongkar, seorang ibu marah-marah ke Dedi Mulyadi

Akhirnya pagar tembok itu dibongkar warga bersama anggota Satpol PP. Namun ketika pembongkaran berlangsung.

Tiba-tiba ada seorang ibu yang belakangan diketahui bernama Juaningsih marah-marah ke Dedi Mulyadi.

Perempuan itu menuding Dedi berpihak kepada keluarga Binbin yang secara ekonomi terbilang bagus.

Juaningsih tak rela tembok beton itu dibongkar karena keluarga Binbin sudah memindahkan pos ronda.

Dedi sempat berdebat dengan Juaningsih karena alasan pembangunan tembok itu tidak masuk akal. Namun Juaningsih tetap ngotot bahwa tembok beton itu jangan dibongkar.

Alasannya perempuan itu khawatir jika tembok itu dibongkar, keluarga Binbin akan membangun real estate.

Dedi menilai alasan itu sangat tidak masuk akal. Ia pun meyakinkan bahwa Binbin tidak akan membangun real estate di tanah yang luasnya yang hanya 200 meter persegi.

Akhirnya Dedi meminta warga lainnya untuk melanjutkan pembongkaran.

Ia mengaku mendatangi komplek itu karena mendapat laporan dari warga di sana.

"Awalnya keluarga Pak Binbin pindahin pos ronda di ujung jalan ke samping dan menghadap rumah Pak Binbin. Warga tak terima karena menganggap pos ronda itu milik umum dan berada di batas RT. Akhirnya atas kesepakatan warga, dibuatlah pagar beton, " ujar Deri.

Dedi mengatakan pagar beton itu menghadang garasi rumah di pinggirnya sehingga mobil milik Binbin tak bisa keluar. Konflik tersebut tidak beres sampai ke pengadilan.

"Ini masalah hidup bertetangga, secara ekonomi Pak Binbin dan Ibu Neni baik. Punya rumah bagus dan tanah luas. Ada semacam kecemburuan dan juga kekhawatiran pasangan ini membangun real estate. Tapi alasan itu tidak masuk akal. Nggak mungkin real estate dibangun di lahan sekitar 200 meter persegi, " kata Dedi.

Dedi mengatakan bahwa persoalan ini sudah lumrah terjadi di kompleks dengan penghuni heterogen. Mereka memiliki karakter dan budaya berbeda.

Namun persoalan ini sebenarnya bisa diselesaikan jika aparat pemerintah dari mulai lurah hingga camat punya nyali.

"Rata-rata aparat dari lurah dan camat relatif tak punya nyali tinggi du hadapan masyarakat," ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/26/143244678/gara-gara-pindahkan-pos-ronda-rumah-binbin-ditembok-beton-warga-sekampung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke