Salin Artikel

Melihat Sisa-sisa Kejayaan Bisnis Kuliner di Jalur Pantura Indramayu

Puing-puing berserakkan dan ilalang tumbuh menjadi semak-semak. Puing-puing tersebut menjadi saksi bisu kejayaan bisnis kuliner di pantai utara Indramayu, Jawa Barat.

Jasman (63) terlihat sibuk menyapu halaman samping RM Sinar Minang saat Kompas.com menemuinya siang itu pukul 14.00 WIB.

RM Sinar Minang merupakan rumah makan milik adiknya bernama Zaenal (55). Ia membuka bisnis tersebut sejak tahun 2009.

Tahun pertama dengan adiknya merintis, rumah makan dengan gaya bangunan Padang itu dipenuhi banyak permintaan.

Terutama para pengguna jalur Pantura, arah Jakarta-Jawa Tengah. Jutaan rupiah dapat dikantonginya sebagai omset keuntungan.

"Kini semuanya tinggal cerita sejak 2015. Saat itu pemerintah membangun Cipali (Cikopo-Palimanan) sebagai jalur alternatif dari tol. Maka sejak itu pendapatan mulai turun dan berkurang pesanan," ujar Jasman, pelan mulai bercerita, Kamis (18/3/2021).

Tahun 2010 adalah tahun pertama dirinya merintis usaha rumah makan dengan adiknya itu. Rumah makannya dinamai RM Sinar Minang yang menjadi langanan sopir dan penumpang bus lintas daerah.

Puluhan bus seperti Sinar Bhakti, Sinar Jaya, Sindoro, Karya Sari, Royal Safari dan Lorena, singgah di rumah makan milik Jasman.

Di tahun itu tak ayal laki-laki 4 anak tersebut menjadi jutawan dan membuka bisnis kuliner di pesisir Indramayu.

Bahkan, dengan adanya rumah makan itu, keluarganya berhasil membuka bisnis serupa hingga memiliki 3 cabang.

"Di sini (Indramayu), Cirebon dan Subang. Kalau di Subang milik adik saya lagi. Cirebon milik bibi saya dan di Indramayu milik adik saya (Zaenal) dan saya. Yang masih bertahan cuma yang di sini (Indramayu) dan Subang," lanjut Jasman, menjelaskan.

Zaenal mengaku selama 5 tahun ia dan adiknya menikmati hasil usahanya yang gemilang. Ia juga membuka usaha berjualan masakan kuliner.

Namun sejak beroperasinya Tol Cipali dan kemudian Pandemi Covid-19, usahanya perlahan-lahan mulai meredup.

"Semua menjadi kenangan dan hancur. Bahkan lokasi usahanya kini dijual. Bahkan yang ini (RM Sinar Minang) juga hendak dijual. Kalau minat silakan hubungi nomor di sana," ujar Jasman sambil menunjuk spanduk kecil berisi informasi jual bangunan.

Berdiri di atas tanah seluas 1.000 meter persegi, RM Sinar Minang tampak kehilangan jejak sebagai rumah makan yang utuh sebab bangunannya ada roboh juga ada puing-puing serta ilalang tumbuh menjadi semak-semak.

Disewakan ke perusahaan swasta

Cerita kejayaan bisnis kuliner yang hilang di jalur Pantura Indramayu juga dirasakan Rastinih (42), perempuan asal Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Di Pantura Lohbener ia membuka usaha nasi jamblang dan sate bersama suaminya, Udi (50).

Saat itu, pada tahun 2007, bersama suaminya tersebut, ia mendapat omset Rp 6 juta per bulan dari bisnisnya tersebut.

Namun dengan adanya jalur Cikopo-Palimanan (Cipali), usahanya tersebut bangkrut dan bangunan rumah makan disewakan ke perusahaan swasta.

"Saat itu kantor bank swasta yang menyewanya. Sebagai kantor kecil, untuk menawarkan modal-modal usaha kepada masyarakat sekitar. Tapi itu tidak berlangsung lama, hanya dua tahun," ujar perempuan tiga anak tersebut.

Setelah tidak disewakan lagi, Rastinih mengaku bangunan usaha tersebut kini tidak diurus lagi dan terlihat kumuh.

Ia mengaku ada seseorang yang ingin membeli bangunan tersebut untuk toko pupuk dan obat-obatan tanaman, namun Rustinih tidak berniat menjualnya.

"Nggak mau, untuk masa depan anak-anak saya. Karena ini aset dan juga lokasinya strategis di pinggir jalan," terang dia.

Di sekitar rumah makannya tersebut, juga banyak bangunan serupa, namun sebagian roboh karena tidak diurus pemiliknya.

Rastinih mengaku dirinya beruntung saat membuka usaha nasi jamblang dan sate banyak berminat sehingga bisa bertahan.

"Alhamdulillah, katanya punya saya enak. Bahkan penduduk sekitar juga banyak yang pesan karena ini mungkin khas Pantura, jadi sesuai selera mereka," ujar dia terkekeh kecil memuji masakannya sendiri.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/18/212429678/melihat-sisa-sisa-kejayaan-bisnis-kuliner-di-jalur-pantura-indramayu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke