Salin Artikel

Untuk Pertama Kalinya, Elpiji Diterbangkan ke Perbatasan RI-Malaysia

Ini menjadi pengiriman perdana untuk wilayah perbatasan RI–Malaysia, sekaligus menjadi pengiriman elpiji pertama yang menggunakan pesawat terbang di Indonesia.

Unit Manager Comm, Rel & CSR MOR VI, Susanto August Satria, mengatakan, distribusi ini merupakan implementasi dari komitmen PT Pertamina untuk menyalurkan energi hingga ke pelosok negeri.

"Pertamina melakukan uji coba distribusi elpiji NPSO 12 kilogram sebanyak 44 tabung ke Krayan. Pengiriman menggunakan pesawat udara CASA," ujar Susanto saat dihubungi, Rabu (10/3/2021).

Dikatakan, PT Pertamina rela merogoh ongkos angkut yang tidak sedikit demi memastikan bahwa masyarakat Indonesia menikmati produk dalam negeri dengan harga yang terjangkau.

Pengiriman ke Krayan juga melalui proses cukup panjang, dimulai dari mendatangkan tabung elpiji 12 kilogram dari depot elpiji Balikpapan menggunakan kapal.

Butuh waktu lima hari, untuk sampai di Kota Tarakan.

Elpiji itu lalu dibawa ke bandara untuk diangkut menggunakan pesawat dengan kapasitas 45 tabung dalam satu kali penerbangan.

"Memang distribusi elpiji dengan pesawat menjadi hal pertama di Indonesia. Pesawat telah dilakukan pengecekan, dan tentunya Pertamina memastikan dari sisi keselamatan dan keamanan. Termasuk lisensi dan keahlian pilot," tegasnya.

Sesampainya di Krayan, elpiji dikirim ke pangkalan CV Prima Energi yang berlokasi di Kecamatan Krayan Induk.

Pendistribusian perdana untuk wilayah Krayan akan dilakukan hingga 13 Maret 2021 dengan jumlah total 224 tabung.

Elpiji 12 kilogram dari Pertamina akan dijual plus tabung sebesar Rp 600.000, dan Rp 190.000 untuk isi ulang.

Harga ini dipercaya akan menekan elpiji Malaysia.

Sejak lockdown, masyarakat Krayan membeli elpiji Malaysia dengan harga Rp 1,5 juta.

"Untuk selanjutnya, tong elpiji kosong akan dikumpulkan di pangkalan yang sama, akan kami ambil untuk isi ulang. Kita akan evaluasi agar pendistribusian dapat berlangsung dengan aman dan lancar," jelas Susanto.


Secara terpisah, Camat Krayan Induk Heberly mengatakan, distribusi elpiji dalam negeri memang menjadi impian warga perbatasan RI–Malaysia.

Sejak pandemi Covid-19, wilayah Krayan yang hampir 98 persen menggantungkan kebutuhan hidup ke Malaysia ini sangat kesulitan mendapatkan elpiji.

"Ini sebuah harapan yang terkabul. Sejak Malaysia lockdown, kami semua kesulitan mendapat elpiji, meski ada, harganya sekitar Rp 1,5 juta. Selama ini kami masih menganggap mustahil elpiji bisa diangkut pesawat. Pertamina membuktikan itu ke kami," katanya.

Heberly melanjutkan, pengiriman elpiji Pertamina menjadi angin segar bagi warga perbatasan RI–Malaysia.

Masyarakat Krayan tidak lagi harus menebang kayu untuk kayu bakar.

Pasalnya, menebang kayu menjadi sebuah dilema karena hutan Krayan merupakan hutan lindung.

Menebang kayunya untuk kayu bakar tentu berimplikasi pada hukum dan kerusakan lingkungan. Bahkan, bertentangan dengan adat setempat.

"Kami berharap, ini ada keberlanjutannya. Pemerintah Kecamatan akan mendata berapa banyak kebutuhan masyarakat. Hasilnya akan kita laporkan ke Pertamina supaya pasokan bisa mencukupi dan membantu meringankan perekonomian warga perbatasan," kata Heberly.

Sampai hari ini, kebutuhan pokok warga Krayan memang masih sangat bergantung dengan Malaysia, tidak terkecuali elpiji.

Sejak Malaysia lockdown dalam upaya antisipasi penyebaran wabah Covid-19, harga isi ulang tabung elpiji di Krayan mencapai Rp 1,5 juta.

Harga asal sebenarnya berkisar Rp 800.000. Harga tinggi tersebut dikarenakan warga harus membayar upah buruh gendong, sekitar Rp 700.000.

Harga tersebut cukup wajar, mengingat buruh gendong elpiji akan mengambil tabung elpiji kosong untuk dibawa ke perbatasan RI–Malaysia di Long Mekang.

Di sana, mereka akan menunggu kapal kecil di pinggir sungai dengan luas sekitar 30 meter yang merupakan wilayah Malaysia.


Kapal jenis ketinting akan datang dengan tabung elpiji siap pakai, lalu menukar tabung elpiji kosong yang dibawa buruh gendong.

Dari pinggir sungai di Long Mekang yang masih wilayah Malaysia, buruh gendong akan menggendong tabung elpiji dengan bekang (sejenis alat gendong suku Dayak Lundayeh).

Tabung itu diikatkan di punggung dan buruh itu mendaki gunung tinggi, sekitar dua jam lamanya.

Sesampai di puncak, tugas buruh belum selesai. Mereka menggendongnya kembali menuju jalan tani untuk sampai di jalan utama perbatasan.

Dari jalan perbatasan RI–Malaysia inilah, buruh akan membawanya dengan sepeda motor.

Mereka masih harus menempuh jarak sekitar 6 kilometer lagi untuk menyelesaikan tugasnya menuju desa terdekat, di Desa Lembudud Krayan.

https://regional.kompas.com/read/2021/03/12/075058478/untuk-pertama-kalinya-elpiji-diterbangkan-ke-perbatasan-ri-malaysia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke