Salin Artikel

Kisah Guru di Pedalaman Manggarai Timur, Mendaki Bukit untuk Mendapat Sinyal Telepon dan Internet

Jarak dari rumahnya menuju lokasi bernama Gunung Kawat Ma Loreng itu bisa ditempuh sekitar 30 menit berjalan kaki.

Gunung itu terletak di Desa Nanga Meje-Sopang Rajong, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Kegiatan itu dilakukan Simplisius setiap hari. Bersamanya, juga ikut seorang mahasiswi bernama Fransiska Setiawati yang membutuhkan sinyal internet untuk kuliah online.

"Kami jalan kaki karena tidak ada jalan raya menuju gunung ini, membutuhkan waktu kurang lebih 20-30 menit untuk mencapai bukit ini," kata Simplisius saat dihubungi Kompas.com, Senin (8/3/2021).

Perjuangan mereka tak berakhir saat tiba di bukit tersebut. Simplisius mengatakan, ponselnya tak langsung menangkap sinyal internet saat tiba di bukit.

Mereka harus menempelkan ponsel di pohon untuk mendapat sinyal telepon dan internet.

Alhasil, Simplisius harus berjam-jam berada di bukit tersebut untuk menjalankan tugasnya mengajar secara online, mengunduh materi pelajaran, atau menerima pesan WhatsApp dan membuka surat elektronik.

"Bahkan mahasiswi yang tinggal di Kampung Sopang Rajong berjam-jam menunggu sinyal bagus untuk belajar online dan mengirim bahan-bahan kuliah yang dikerjakan secara offline di rumah. Naik turun gunung sudah menjadi kebiasaan kami di tengah pandemi Covid-19 ini," jelas Simplisius.

Simplisius menambahkan, seperti inilah perjuangan guru di pedalaman Kabupaten Manggarai Timur untuk mendapat bahan mata pelajaran di tengah pandemi Covid-19.

Simplisiun menceritakan, masalah sinyal internet membuat sekolah dan siswa di pedalaman Manggarai Timur kesulitan menyelenggarakan belajar online.

Pihak sekolah dan orangtua siswa sempat mencoba program belajar dari rumah. Para guru mengantarkan bahan ajar dan tugas ke rumah siswa.


Namun, belakangan sekolah dan guru sepakat menggelar belajar tatap muka. 

Simplisius mengatakan, SMKN 1 Sopang Rajong juga menggelar sekolah tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Jumlah siswa yang sedikit membuat aktivitas belajar mengajar bisa digelar dengan aman.

"Saya sebagai guru yang mengabdi di daerah terpencil Kabupaten Manggarai Timur terus berjuang dan berupaya agar segala informasi tentang bahan-bahan pelajaran serta informasi perkembangan wabah Covid-19 diperoleh walaupun berjalan kaki ke bukit gunung. Saya lakukan ini demi masa depan anak-anak SMKN 1 Sopang Rajong," jelasnya.

Ia pun menceritakan awal mula bisa menemukan sinyal internet di bukit tersebut. Guru tersebut bersama sejumlah rekannya mencoba naik ke Gunung Kawat Ma Loreng beberapa bulan lalu.

Saat bersantai di puncak gunung, ponsel mereka berbunyi, pesan dan telepon masuk. Saat telepon diangkat, sinyal yang masuk tak terlalu stabil.

Beberapa di antara mereka memutuskan memanjat pohon untuk mendapat sinyal lebih bagus.

"Kemudian banyak pesan masuk di perangkat sms dan WhatsApp. Kami download perangkat WhatsApp saat kami berada di Kota Borong," kata dia.

Namun, aktivitas mencari sinyal internet itu terganggu saat hujan turun di kawasan Sopang Rajong. Mereka tak bisa naik ke Gunung Kawat Ma Loreng.

"Ini sebentar lagi mau turun karena hujan gerimis saat ini. Mahasiswi tadi sudah turun duluan karena gerimis sudah turun. Kalau cuaca seperti begini, saya, rekan-rekan guru serta mahasiswa-mahasiswi yang belajar online tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Saya biasa berupaya, pagi-pagi sekali ke gunung untuk mendapatkan signal dan membaca pesan-pesan, kemudian saya ke sekolah untuk mengajar anak-anak di kelas," jelasnya.

Selain sinyal internet, masyarakat Desa Nanga Meje juga belum mendapat listrik. Ketiadaan listrik menjadi salah satu kendala di pedalaman Kabupaten Manggarai Timur, khususnya Kecamatan Elar Selatan.


Untuk mengisi daya ponsel, Simplisius menggunakan tenaga surya dengan bantuan adaptor. 

"Inilah susahnya hidup di pedalaman Manggarai Timur. Namun yang utama adalah pengabdian yang tulus untuk mencerdaskan anak bangsa di Kecamatan Elar Selatan. Memang penghasilan utama warga di Sopang Rajong adalah padi dan kemiri. Potensi hasil bumi juga banyak hanya kesulitan untuk menjualnya. Jalan raya ke Sopang Rajong belum di aspal dengan perkiraan jarak lima kilometer," kata dia.

Simplisius berharap Kementerian Komunikasi dan Informatika serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memperjuangkan pemasangan internet di SMKN 1 Sopang Rajong dan listrik di Kecamatan Elar Selatan.

Staf Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan Elar Selatan Marselinus Ekung juga mengalami kendala dengan akses internet.

Setiap ada transaksi pencairan dana bagi keluarga penerima manfaat (KPM) dari program keluarga harapan (PKH) di Desa Nanga Meje-Sopang Rajong, pihaknya terpaksa mendaki Gunung Kawat Ma Loreng.

"Saya biasa melakukan transaksi pencairan dana KPM dan sembako bagi 233 KPM di Desa Nanga Meje di Gunung Kawat Mo Loreng. Saya membutuhkan waktu dua hari naik turun gunung untuk melakukan transaksi dengan alat Gesek BRI Link atau alat EDC yang saya pegang,"kata Ekung saat dihubungi di Borong.

Ia mengatakan, hal itu rutin dilakukan saat ada pencairan dana.

"Betapa sulit dengan kendala tidak ada jaringan internet di pedalaman Kabupaten Manggarai Timur, tepatnya di Kecamatan Elar Selatan. Tapi, saya bekerja dengan berbagai upaya agar dana dan sembako bagi KPM tetap disalurkan tepat waktu," jelasnya.

Ekung menjelaskan, ada beberapa desa yang tak dijangkau internet di Kecamatan Elar Selatan, yakni Desa Nanga Meje, Golo Linus, Sangan Kalo, Benteng Pau, Nanga Puun, Gising dan Kelurahan Lempang Paji.

Setiap ada pencairan dana, Ekung harus mendaki bukit atau gunung di sekitar desa tersebut. Tercatat, 2.986 keluarga penerima manfaat di kecamatan itu.


"Saya keliling dari satu desa ke desa lain serta satu kelurahan untuk mendistribusi dana dan sembako bagi KPM tersebut. Saya membutuhkan waktu beberapa lama dengan topografi yang berat di wilayah tersebut," jelasnya.

Ia juga mengeluhkan belum masuknya listrik di Kecamatan Elar Selatan. Ia kesulitan mengisi daya ponsel dan mesin EDC BRI Link miliknya.

Untuk mengatasinya, Ekung biasanya mengisi daya menggunakan genset atau tenaga surya.

Selain itu, ia menyiapkan tiga powerbank kapasitas besar untuk mengisi daya ponsel alat EDC.

"Saat saya ke Borong, Ibu kota Kabupaten Manggarai Timur, saya bawa serta powerbank untuk dicas full sehingga setiba di Kampung Sopang Rajong, saya cas alat gesek BRI Link tersebut. Itu yang sering saya lakukan untuk mengatasi kesulitan jaringan listrik. Saya tinggal di Kampung Sopang Rajong, Desa Nanga Meje dengan berbagai kesulitan yang dihadapi di wilayah tersebut. Saya berharap Pemerintah bisa mengatasi kesulitan ini demi memperlancar kerja di lapangan," jelasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2021/03/11/062600178/kisah-guru-di-pedalaman-manggarai-timur-mendaki-bukit-untuk-mendapat-sinyal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke