Salin Artikel

Jadi Penambang karena Pandemi, Suami Istri Ini Tewas Tertimbun Longsor di Tambang Emas Ilegal,

Saat kejadian ada 23 penambang yang sedang mendulang emas.

Hingga hari keenam, ada 6 penambang yang ditemukan tewas tertimbun longso dan satu orang yang bernama Maskan masih dalam pencarian. Sementara korban selamat ada 16 orang.

Dari enam korban yang ditemukan tewas, dua orang adalah pasangan suami istri, Jawir (42) dan Yanti Ngambas (42) warga Dusun II Lonja, Desa Tombi.

Mereka adalah pasangan petani yang terpaksa menjadi penambang emas ilegal sejak tiga bulan terakhir.

Hal tersebut mereka lakukan karena pandemi dan hasil kebun mereka tak menguntungkan seperti dulu.

Jenazah Jawir baru dievakuasi pada Kamis (25/2/2021) siang. Tak lama kemudian, Tim SAR gabungan juga menemukan jenazah istri Jawir, Yanti Ngambas (42).

Mereka bergabung menjadi penambang emas ilegal di Desa Burangan sejak tiga bulan terakhir.

Sebelum jadi penambang, suami istri tersebut adalah petani yang bekerja di kebun dan mengantungkan hidupnya dari hasil pertanian.

Kepada Ahmad, Jawir pernah bercerita jika hidupnya sangat susah. Sejak masa pandemi, pendapatannya berkurang dan hasil kebun tak menguntungkan seperti dulu.

"Pernah cerita kalau sekarang hasil kebun itu tidak lagi laku seperti dulu. Harganya menurun dan hasilnya juga berkurang," tutur Ahmad.

Pandemi COVID-19 cukup menghantam pendapatan dan perekonomian keluarga Jawir.

Keadaan itulah yang memaksa Jawir dan istrina Yanti harus beralih dari petani menjadi penambang.

"Hasilnya lumayan, apalagi masa pandemi begini kan emas tetap laku dan tetap dibeli," ujarnya.

Ahmad tidak menyangka jika kerabatnya itu akan jadi korban dan tertimbun material longsor.

Setelah longsor terjadi, mereka baru menyadari jika Jawir dan istrinya tidak ada. Kerabat pun membuat laporan ke peugas.

"Kami kaget, setelah kejadian itu kami cari pasangan suami istri ini dan mereka tidak ada makanya kita langsung laporkan ke Tim SAR," kata dia.

Menurut Ahmad, pandemi COVID-19 ini cukup membuat perekonomian masyarakat di Kecamatan Ampibabo menjadi kandas.

Mau tidak mau, sebagian besar warga harus beralih pekerjaan.

"Kami pun begitu, apalagi hasil tambang emas ini menguntungkan, siapa yang tidak tergiur di masa-masa sulit seperti sekarang ini," cerita Ahmad.

Kejadian ini adalah kali pertama dan cukup banyak menelan korban, sehingga ia berharap pemerintah memberikan solusi.

"Bagaimana caranya agar kami ini tetap berpenghasilan di samping itu aman juga untuk keselamatan kami," jelasnya

Pasalnya mereka terhambat genangan air di dasar lubang dari rembesan air.

“Rembesan dari sungai yang ada dibelakang, ini merembes terus, sedangkan pompa yang berjalan itu baru satu,” kata Andi.

Sementara itu Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah, Aris Bira, mengatakan jika tanah longsor yang memakan korban jiwa di Buranga itu bisa dicegah.

Pencegahan dilakukan jika aparat pemerintah dan penegak hukum dengan tegas segera menutup kegiatan penambangan emas tanpa izin (PETI).

WALHI menyebut kegiatan PETI di Desa Buranga itu sudah marak sejak tiga hingga empat bulan terakhir. Sehingga cukup banyak waktu untuk mendeteksi aktivitas ilegal itu.

Ia menyebut kegiatan itu diduga kuat melibatkan pemodal yang mendatangkan alat-alat berat, seperti ekskavator, untuk melakukan penggalian lubang.

Berdasarkan investigasi WALHI, para petugas penjaga palang memungut 10 rupiah per orang dari warga yang mendulang emas di lubang galian itu.

Bira juga menyebut jika longsor tersebut bukan disebabkan oleh hujan.

“Hujan sederas apapun kalau tidak ada lubang disitu tidak akan ada orang yang masuk di situ dan tidak akan ada yang meninggal di situ,” ujar Aris Bira.

Dia menegaskan peristiwa longsornya tambang emas di Buranga, Kabupaten Parigi Moutong menjadi pembelajaran pentingnya ketegasan pemerintah dan aparat penegak hukum untuk menutup kegiatan penambangan emas tidak berizin di Sulawesi Tengah

SUMBER: Tribun Palu, VOA Indonesia

https://regional.kompas.com/read/2021/03/03/16060011/jadi-penambang-karena-pandemi-suami-istri-ini-tewas-tertimbun-longsor-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke