Salin Artikel

Jangan sampai Kalap jika Tiba-tiba Jadi Miliarder, Ini Cara Pintar Membelanjakan Uang Anda

Setelah dicari tahu, ternyata ratusan warga di Desa Sumurgeneng mendadak menjadi miliarder setelah mendapatkan uang ganti rugi pembebasan lahan dari proyek pembangunan kilang yang digarap oleh PT Pertamina (Persero).

Tak berselang lama, warga juga kembali dihebohkan dengan peristiwa serupa di Desa Kawungsari, Kecamatan Cibeureum, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.

Warga di desa ini mendadak kaya setelah menerima ganti untung pembelian lahan untuk proyek waduk.

Warga desa ini kemudian rama-ramai memborong motor dan mobil yang jumlahnya mencapai 300 unit.

Fenomena miliarder baru membeli kendaraan dengan harga ratusan juta menjadi perhatian banyak kalangan.

Meski sesuatu yang bisa dimaklumi karena memiliki harta melimpah. Namun, berpikir realistis untuk masa depan tetap harus jadi pertimbangan.

Menurut Pakar Perencana Keuangan Aidil Akbar Madjid, ada baiknya masyarakat yang mendapatkan rezeki berlimpah dari hasil kompensasi tanah atau bangunan untuk berpikir jangka panjang.

Menabung, melakukan investasi, atau membuka usaha sebagai pengganti usaha sebelumnya yang mungkin hilang karena dikompensasi uang, menjadi pilihan yang perlu diambil.

Kata Aidil, konversi lahan menjadi uang hingga miliaran rupiah merupakan rezeki nomplok yang patut disyukuri.

Namun dia mengingatkan, sikap konsumtif dan terjebak pada sikap jaga gengsi dikhawatirkan akan memengaruhi situasi keuangan di masa depan

"Beli mobil boleh, tapi enggak usah yang ratusan juta apalagi miliaran rupiah. Enggak perlu termakan gengsi," kata Aidil kepada Kompas.com, Kamis (25/2/2021).

Realistis

Menurut Aidil, sah-sah saja setiap orang yang tiba-tiba menjadi miliarder untuk membeli mobil.

Hanya yang perlu diingat, membeli mobil tanpa perhitungan realistis berpotensi merugikan di masa depan.

Membeli mobil juga bukan bagian dari investasi strategis karena selain berpotensi menjadi beban, juga nilainya akan susut seiring waktu berjalan.

"Beli mobil itu kan konsumtif. Jadi sebenarnya mereka rugi, mereka beli mobil Rp 1 miliar, Rp 500 juta, tapi waktu dijual harganya turun 20 persen 30 persen," ujar Aidil.

Saran Aidil, agar tidak memengaruhi situasi keuangan di masa depan, ada baiknya sebagian uang yang dimiliki ditabung atau digunakan untuk membeli barang yang tidak susut nilainya saat dijual nanti.

"Sebaiknya sebagian disimpan, masukkan ke tabungan atau bisa dibelikan emas. Dengan membeli perhiasan, paling nggak harganya gak surut seperti beli mobil," jelas dia.

Pilihan lainnya, uang hasil kompensasi lahan bisa digunakan untuk membeli lahan sebagai pengganti dari lahan sebelumnya.

Selain itu, bagi masyarakat yang belum memahami betul soal investasi di pasar luas, bisa menyisihkan uangnya untuk membeli emas perhiasan atau batangan.

"Kalau di desa bisa dibelikan sawah, itu bagi yang mau menggarap. Kemudian yang lain larinya bisa ke emas, bisa perhiasan atau batangan," kata Aidil.

Edukasi

Aidil menambahkan, terkait fenomena di dua daerah itu, ada baiknya setiap lembaga atau institusi yang hendak memberikan kompensasi untuk pembebasan lahan, turut memberikan edukasi kepada masyarakat agar berperilaku realistis dalam mengelola keuangan.

"Kalau ada uang penggantian dari penggusuran atau segala macam, harusnya juga diiringi dengan edukasi. Kasihan masyarakat, mereka cuma bisa menghamburkan uang sesaat, tetapi nantinya jadi miskin lagi hidupnya," ujar Aidil.

https://regional.kompas.com/read/2021/02/25/16153191/jangan-sampai-kalap-jika-tiba-tiba-jadi-miliarder-ini-cara-pintar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke