Salin Artikel

Tak Melulu Sendu, Ini Cerita-cerita Lain dari Tempat Pengungsian

KOMPAS.com - Mulai dari bencana alam hingga konflik menjadi penyebab warga mengungsi. Meninggalkan rumah tentu tak mudah. Namun, apa mau dikata, nyawa lebih penting ketimbang harta benda.

Sepanjang 2020 sampai dengan bulan kedua 2021 ini, tak sedikit bencana alam yang terjadi di Indonesia.

Ini membuat warga yang terdampak bencana menyelamatkan diri ke pengungsian.

Selama di pengungsian, ada banyak cerita yang terjadi. Tak melulu soal sedih dan nestapa.

Berikut Kompas.com merangkumnya.

Salat di gereja

Sebuah foto yang memperlihatkan pengungsi sedang melaksanakan salat di gereja, viral di media sosial.

Foto yang diunggah di akun Facebook, Info Seputar Tanjungkarang – Instan, Rabu (10/2/2021) itu mengundang komentar positif warganet.

Tak sedikit dari mereka yang menyebut foto itu sebagai contoh kerukunan antarumat beragama dan keindahan toleransi.

Foto itu diambil di Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) Desa Tanjungkarang, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Gereja tersebut merupakan tempat pengungsian bagi warga setempat yang terdampak banjir.

"Kami buka posko pengungsian banjir. Semua bantuan untuk pengungsi merupakan swadaya dari jemaat dan kas gereja. 70 persen pengungsi di sini muslim, sisanya 30 persennya merupakan jemaat kami," terang Pengurus Gereja Kristen Muria Indonesia Tanjungkarang, Budi Pujiono, Kamis (11/2/2021).

Selain menyediakan bantuan untuk kebutuhan jasmani, pihaknya juga mempersiapkan tempat menunaikan salat bagi warga Muslim yang mengungsi di sana.

Pelarian Mubassir selama sembilan tahun, berakhir di tenda pengungsi Jalan Abdul Syukur, Kelurahan Karema, Kecamatan Mamuju, Sulawesi Barat.

Mubassir merupakan terdakwa kasus korupsi Kantor Pajak Pratama Kota Parepare, Sulawesi Selatan.

Sejak melarikan pada 2012, Mubassir masuk daftar pencarian orang (DPO) Kejaksaan Negeri Parepare.

Dia ditangkap oleh petugas Kejaksaan Negeri Parepare dibantu Kejaksaan Negeri Mamuju.

"Kita menangkap Mubassir, seorang DPO Kejaksaan Parepare yang melarikan diri sejak 2012 saat pengajuan kasasinya ditolak. Ia ditangkap di tenda pengungsian Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat," kata Plt. Kajari Kota Parepare Primabudi, di tenda pengungsi Mamuju, Kamis (28/1/2021).

Mubassir membeberkan selama masa pelarian, ia kabur ke sejumlah daerah, termasuk Palu dan Kendari hingga sampai di Kabupaten Mamuju.

Masna (25) dan Haris (28) tampak bahagia setelah anak pertamanya lahir.

Pasangan suami-istri tersebut merupakan pengungsi korban gempa Mamuju, Sulawesi Barat.

Bayi perempuan tersebut dilahirkan Masna melalui operasi caesar di dalam tenda rumah sakit darurat yang didirikan TNI Angkatan Darat (AD).

Operasi persalinan itu dilakukan tenaga kesehatan yang bertugas di Korem 142/Tatag Mamuju dan dibantu pula oleh dokter dari Rumah Sakit Pelamonia Makassar.

"Operasi caesar dilaksanakan pukul 03:37 Wita selesai 04:33 Wita. Operasinya lancar, ibunya sehat dan anaknya jenis kelamin perempuan beratnya 2,9 kilogram," ujar Komandan Detasemen Kesehatan Wilayah Korem 142 Letkol Asnawi di rumah sakit darurat Korem 142 Mamuju, Kamis (28/1/2021).

Haris merasa senang putri dan istrinya bisa selamat, meski harus menjalani persalinan di tengah bencana.

"Walau menjalani persalinan dengan operasi caesar di tengah bencana gempa, saya sangat bersyukur karena anak saya lahir dengan selamat dan istri saya juga dalam keadaan sehat. Awalnya saya ragu masuk, karena melihat tentara, tapi saya sangat kagum karena penanganannya sangat cepat dan teliti," tuturnya.

Bhabinkamtibmas Polsek Mertoyudan, Aipda Donny Sugiarto, punya cara tersendiri untuk menghibur anak-anak pengungsi tempat evakuasi akhir (TEA) atau pengungsian di Desa Banyurojo, Kecamatan Martoyudan, Kabupaten Magelang.

Dengan mengenakan topeng badut dan wig warna-warni, Donny mengajak anak-anak untuk bernyanyi dan tertawa. Dia juga mendongeng.

Tak hanya anak-anak, orang tua pun ikut bergabung.

Donny berbagi kebahagiaan selama satu jam.

Donny mengaku melakukan itu secara spontan dan tanpa perintah. Perlengkapannya itu pun dia beli menggunakan uangnya pribadi.

Menurutnya, hiburan bagi anak-anak itu bisa menjadi penyembuh trauma mereka.

Pasalnya, sewaktu pertama kali menginjakkan kaki di tempat pengungsian, anak-anak itu terlihat tegang. Dari raut mukanya itu mengisyaratkan kecemasan dan ketakutan.

"Pengungsi di sini banyak sekali anak-anak, mereka tidak ada yang semringah (bahagia) saat tiba di posko pengungsian. Mereka masih asing berada di tempat baru, belum beradaptasi. Maka saya coba untuk menghibur mereka," ucap Donny, Senin (9/11/2020).

Sepasang kekasih, Aswin dan Wanti Anastasya, tetap melangsungkan pernikahan meski banjir bandang menerjang Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Mereka sebenarnya sudah menjadwalkan pernikahan sebelum banjir bandang melanda.

Selepas menggelar akad nikah di kediaman mempelai wanita di Dusun Manangi Desa Meli, Kecamatan Baebunta, Luwu Utara, keduanya lalu ke pengungsian mempelai pria.

“Mereka akad nikah sekitar 10.00 Wita, di rumahnya mempelai perempuan, karena perempuan tidak terdampak rumahnya di Dusun Manangi di Desa Meli juga. Cuma mempelai laki-laki mengungsi di perkebunan kelapa sawit, jadi mereka ke pengungsian,” ungkap Hasma yang menyaksikan pernikahan ini, Kamis (23/7/2020).

Acara pernikahan keduanya membuat suasana pengungsian semarak.

Sejumlah relawan dan petugas kepolisian ikut menyaksikan acara itu.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Grobogan, Puthut Dwi Putranto Nugroho; Kontributor Pinrang, Suddin Syamsuddin; Kontributor Magelang, Ika Fitriana; Kontributor Kompas TV Palopo, Amran Amir | Editor: Khairina, Teuku Muhammad Valdy Arief)

https://regional.kompas.com/read/2021/02/14/13000011/tak-melulu-sendu-ini-cerita-cerita-lain-dari-tempat-pengungsian

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke