Salin Artikel

Catatan 11 Hari Semburan Gas di Pesantren Pekanbaru

Semburan yang pertama kali terjadi pada Kamis (4/2/2021) itu disertai material batu dan lumpur.

Hingga hari kesepuluh, semburan gas masih terjadi. Hanya saja, intensitas semburan hingga bunyi gas cenderung menurun.

Berikut catatan fenomena semburan gas di Pondok Pesantren di Pekanbaru, Riau.

Lurah Tuah Negeri Syarifudin mengatakan, gas menyembur tiba-tiba ketika pengeboran sumur mencapai kedalaman 119 meter.

Pihak Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK), kata Syarifudin, langsung menuju ke lokasi untuk mengecek.

"Menurut kajian dari DLHK, ini semburan gas. Semburan gas ini terjadi ketika dilakukan pengeboran sumur bor," tutur dia.

Lantaran semburan mengandung material pasir serta batu, bangunan pondok pesantren pun mengalami kerusakan berat.

Atap bangunan roboh karena tidak kuat menahan semburan batu dan lumpur setinggi 10 meter tersebut.

Pada hari itu juga, sebanyak 34 santri terpaksa diungsikan.

Mereka mengungsi ke bangunan Kampus 1 Pondok Pesantren yang terletak di Desa Kubang Jaya, Siak Hulu, Kampar. Tak ada korban jiwa dalam insiden itu.

Hari ketiga, semburan gas berbunyi menggelegar

Di hari ketiga, atau pada Sabtu (6/2/2021), sumber semburan gas berbunyi menggelegar seperti mesin yang tengah bekerja.

Sesekali terdengan dentuman kuat hingga terdengar dari jarak sekitar 300 meter dan membuat tanah di sekitar pesantren bergetar.

Menurut Analis Program Energi Baru Terbarukan Dinas ESDM, Darwin menjelaskan, semburan gas berpotensi meledak.

"Yang pasti jam 12.49 WIB, hasil pengukuran Lower Explosive Limit (LEL) itu diposisi 6 persen. Artinya sangat berbaya dan bisa memicu ledakan. Tapi kalau H2S atau kandungan racunnya nol," ujar dia.

Adapun hingga hari ketiga, terpantau diameter sekitar empat meter dengan tinggi semburan mencapai 10 meter

Pihak kepolsian dan BPBD pun memasang garis pengaman sejauh 150 meter dari pusat lokasi semburan.

Karena potensi ledakan, warga pun tidak diperkenankan mendekati lokasi semburan.

"Kita sudah tarik ke depan lagi garis batas aman. Karena kondisi saat ini sangat berbahaya dan berpotensi meledak. Ledakan bisa saja dipicu oleh sinyal handphone dan sumber api lainnya. Makanya sekarang tidak boleh mendekat ke lokasi," kata Darwin.

Bahkan ukuran diameternya semakin membesar.

Diameter yang mulanya sebesar 4 meter kini bertambah menjadi enam meter.

Namun, ketinggian semburan relatif berkurang.

"Diameter lubang memang bertambah besar menjadi enam meter. Karena tekstur tanah yang di atas itu ketika ada gas dan air yang bergejolak otomatis akan berpengaruh. Cuma, dari tinggi semburan gas sudah turun drastis," kata Kepala Dinas ESDM Riau Indra Agus Lukman.

Selain itu, lanjut dia, kondisi semburan gas saat ini tidak lagi berpotensi meledak, karena Lower Explosive Limit (LEL) sudah nol.

Begitu juga dengan H2S atau kandungan racun pada gas, diklaim sudah tidak ada. Namun, Indra mengimbau warga tetap waspada.

"Kita tetap harus waspada. Pengukuran kita tadi siang nol. Tapi kadang ada, yang berarti masih ada pergerakan di bawah," kata Indra.

Hari kesembilan, lubang hendak ditutup

Di hari kesembilan, semburan gas masih terjadi. Namun intensitas semburan hingga bunyi gas telah mengalami penurunan.

Dinas ESDM Riau pun berupaya menutup lubang semburan gas.

Sejumlah alat berat juga disiagakan di lokasi.

"Hari ini kawan-kawan dari PT EMP Bentu tengah mempersiapkan mapping untuk peralatan sambil menunggu perizinan dari Kementerian ESDM untuk pelaksanaan penutupan lubang semburan gas ini," kata Indra, saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Jumat (12/2/2021).

"Untuk penutupan kami masih tunggu alat. Nanti lumpur begitu disiram dengan air akan keluar. Kalau lumpur sudah habis baru ditutup dengan semen. Semoga besok kita sudah diizinkan untuk penutupan," pungkas Indra.

Menurut pantauan Kompas.com, tak ada lagi material lumpur yang disemburkan.

Meski demikian, Indra meminta agar masyarakat tak datang ke lokasi semburan. Sebab, sejak fenomena semburan gas terjadi cukup banyak masyarakat yang penasaran hingga mendatangi lokasi.

"Kami minta masyarakat tidak usah sampai ke lokasi. Cukup dilihat dari berita yang ditayangkan teman-teman media saja," ujar dia.

Sedangkan terkait penutupan lubang semburan, akan segera dilakukan setelah mendapatkan izin dari Kementerian ESDM.

"Kami harap secepatnya dapat ditutup. Tergantung dari evaluasi perkembangan semburan. Untuk saat ini memang sudah sangat jauh menurun, dan tidak ada lagi lumpur yang menyembur," ujar Indra.

Saran ahli

Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Penda Provinsi Riau menganalisis, meski lubang semburan melebar intensitas semburan telah menurun.

"Kalau kami lihat secara keilmuan kemudian seperti data yang ada di Dinas ESDM, ini potensinya karena dangkal dan tingkat semburannya sudah menurun dari hari ke hari sampai sangat mengecil. Jadi, ini memang potensinya kemungkinan gas rawa," kata Ketua IAGI Riau, Irdas Amanda Muswar, Jumat (12/2/2021).

Ia meminta pemerintah daerah bekerja sama dengan ESDM memikirkan mengenai data wilayah yang berpotensi menyemburkan gas.

"Tapi kalau saya lihat lebih ke risikonya. Artinya untuk ke depannya kali ya, kalau perlu ada data yang bisa memperlihatkan daerah gas rawa di mana saja. Sehingga, bisa memetakan daerah-daerah bahaya yang ada di Riau. IAGI pun mungkin bisa bekerja sama dengan ESDM untuk membantu melihat potensi gas di Riau," ucap Irdas.

"Kita tahu Riau memiliki potensi gas, jadi saya rasa perlu ada regulasi yang mengatur hal ini. Saya rasa sudah ada, tapi mungkin perlu kita menerapkan itu dan supaya tidak terjadi lagi kejadian seperti ini dan supaya lebih aman. IAGI Riau siap dan berkewajiban juga membantu pemerintah daerah untuk melihat potensi bahaya yang ditimbulkan oleh gas liar," pungkas Irdas.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Pekanbaru, Idon Tanjung | Editor : Robertus Belarminus, Farid Assifa, Aprilia Ika, Abba Gabrilin)

https://regional.kompas.com/read/2021/02/14/07000091/catatan-11-hari-semburan-gas-di-pesantren-pekanbaru

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke