Salin Artikel

Pengungsi Sebut Banjir di Jombang yang Terparah sejak 1964

Jebolnya tanggul 2 sungai pada Kamis (4/2/2021) dini hari, membuat beberapa desa di dekat aliran sungai Afvour Besuk dan Afvour Brawijaya dilanda banjir.

Berdasarkan hasil inventarisasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang, sejak Kamis hingga Sabtu (6/2/2021), terdapat 5 desa di Kecamatan Bandar Kedungmulyo yang dilanda banjir.

Wilayah yang dilanda banjir yakni 1 dusun di Desa Pucangsimo, 3 dusun di Desa Brangkal, serta 1 dusun di Desa Banjarsari.

Banjir juga melanda 4 dusun di Desa Gondangmanis, serta 3 dusun di Desa Bandar Kedungmulyo.

Bahkan, banjir di dua desa ini membuat warganya mengungsi.

Ketinggian banjir yang mencapai lebih dari 1,5 meter membuat ribuan warga mengungsi, baik ke kantor desa maupun tempat lainnya yang dianggap lebih aman.

"Saya kira airnya tidak sampai ke rumah, tapi ternyata kok airnya naik terus sampai di rumah. Akhirnya ya ke sini (mengungsi)," kata Mahmudah, warga Desa Bandar Kedungmulyo saat ditemui di tempat pengungsian, Sabtu (6/2/2021).

Mahmudah yang tinggal di Dusun Kedunggabus mengungsi akibat banjir pada Jumat malam. Dia bersama keluarganya memilih mengungsi ke tanggul sungai Afvour Besuk dengan mendirikan tenda darurat.

Selama tinggal di Dusun Kedunggabus, dia mengaku tidak pernah mengalami banjir dengan kondisi seperti saat ini.

Saat ditemui, Mahmudah sedang memasak dengan peralatan dapur yang sempat dia selamatkan sebelum rumahnya terendam banjir.

"Ada barang-barang yang diselamatkan, tapi tidak semua. Bawa barang yang perlu saja, seperti ini," kata Mahmudah.

Dari 3 dusun di Desa Bandar Kedungmulyo yang dilanda banjir, Dusun Kedungbagus menjadi wilayah yang dilanda banjir cukup parah, hingga membuat seluruh warga mengungsi.


Pantauan Kompas.com pada Sabtu, seluruh wilayah Dusun Kedunggabus tergenang banjir, mulai dari jalan kampung, pekarangan, sawah, serta ruma-rumah warga.

Pada beberapa titik lokasi banjir, ketinggian air di Desa Bandar Kedungmulyo itu mencapai lebih dari 1,5 meter.

Menurut Mulyadi (70), banjir yang melanda kampung tempat tinggalnya menjadi peristiwa langka, sejak tahun 1964.

Kala itu, kenang dia, banjir akibat bocornya tanggul Sungai Brantas menggenangi wilayah dusun dan membuat warga mengungsi.

"Banjir seperti ini pernah terjadi, sekitar tahun 1964. Waktu itu saya masih sekolah SD," tutur Mulyadi saat ditemui di lokasi banjir di Dusun Kedunggabus.

Siti Zahroh (50), warga Dusun Kedunggabus yang mengungsi di bagian tanggul Sungai Brantas mengungkapkan, peristiwa ini baru dia alami sepanjang hidupnya.

"Seingat saya dua kali ada banjir, Ini yang terparah. Tapi tahun sebelum saya lahir ada banjir parah, kata orang-orang tua sekitar tahun 1963," kata Zahroh.

Siti Zahroh bersama ratusan warga memilih mengungsi di bagian tanggul Sungai Brantas dengan mendirikan tenda darurat dari terpal plastik.

Dia mengakui, mengungsi di bagian tanggul Sungai Brantas tetap memiliki risiko.

Namun, saat ini pilihan terbaik adalah mengungsi di tenda darurat.

"Sebenarnya takut, tapi apa boleh buat. Kalau Pak Kades menganjurkan pindah ke balai desa, tapi kan jauh," ujar Zahroh.

Kepala Desa Bandar Kedungmulyo Zainal Arifin mengatakan, hampir seluruh wilayah desanya dilanda banjir dan membuat ribuan warga mengungsi.

Selain Dusun Kedungbagus, wilayah Dusun Kedung Asem dan Bandar Kedungmulyo juga tergenang banjir.

"Jadi yang terdampak ada tiga dusun. Paling parah ada di Dusun Kedungbagus. Masyarakat yang terdampak sekitar 3.500 jiwa," kata Zainal saat ditemui di Kantor Desa Bandar Kedungmulyo.

Dia mengungkapkan, banjir mulai datang pada Jumat sekitar pukul 21.00 WIB.

Sebagian warga mengungsi ke Kantor Desa, SDN Bandar Kedungmulyo, serta di beberapa titik tanggul dengan mendirikan tenda.

"Kami sebenarnya sudah menyiapkan balai desa dan gedung sekolah di sebelah sebagai tempat pengungsian. Kami masih mengupayakan agar tempat pengungsian tersentral di beberapa lokasi," kata Zainal.

https://regional.kompas.com/read/2021/02/07/07482731/pengungsi-sebut-banjir-di-jombang-yang-terparah-sejak-1964

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke