Salin Artikel

Fakta Suara Dentuman di Malang, Getarkan Kaca Rumah Warga hingga Disebut Bersumber dari Petir

Suara tersebut menyerupai letusan meriam dengan tempo yang hampir sama.

BMKG Stasiun Geofisika Karangkates Malang mulanya sempat mengeluarkan pernyataan jika dentuman itu bukan berasal dari aktivitas gempa bumi dan petir.

Namun Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono akhirnya memastikan, dentuman tersebut bersumber dari aktivitas petir.

"BMKG sudah melacak data monitoring petir. Di beberapa daerah di Jatim sejak jam 00.00 WIB dini hari sudah terjadi hujan dan petir," kata dia.

Hasil pantauan menyatakan banyak aktivitas petir di langit Malang dan sekitarnya menjelang malam hingga Rabu dini hari.

"Sekitar menjelang jam 12 malam atau 00.00 WIB dini hari (Rabu) itu terpantau banyak aktivitas petir di Malang dan sekitarnya. Selanjutnya juga ada petir di Bangil (Kabupaten Pasuruan) dan Mojokerto. Di Lawang sebelah utara (Kabupaten Malang) ada data petir sebelum pukul 2.00 WIB. Setelah itu di Kota Malang juga tercacat ada petir pukul 3.00 WIB," jelasnya.

Daryono memastikan, dentuman tersebut bukan bersumber dari aktivitas manusia melainkan fenomena alam.

"Dentuman tersebut merupakan fenomena alam yang bisa dijelaskan. Fenomena dentuman di Malang adalah petir dan terbukti dengan data monitoring petir," tutur dia.

"Kalau dari kami, dari luaran output LD (lightning) tidak menyatakan begitu. Hanya dentuman bisa bersumber dari apa saja, salah satu bisa saja petir tapi mungkin tidak untuk kasus dentuman yang di Malang," kata dia.

Sebelumnya, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Karangkates, Malang Ma'muri juga sempat mengeluarkan pernyataan terkait suara dentuman.

Ia memperkirakan dentuman tak berasal dari gerakan bumi atau petir.

"Sejauh ini rekaman tentang gempa bumi, rekaman seismek kami memang tidak ada anomali dari kemarin. Kalau dibilang dari getaran tanah, nggak juga. Karena rekaman sensor kami tidak mencatat," katanya melalui sambungan telepon.

Dentuman yang disebut menyerupai suara letusan meriam itu sampai menggetarkan rumah warga di Malang.

Seorang staf di Fakultas Kedokteran Universitas Brawojaya Muhammad Anang Mustofa mengaku mendengar suara tersebut Selasa (2/2/2021) hampir tengah malam.

"Kaca-kaca rumahku sampai getar. Rasanya dekat banget dari rumah. Sekitar jam tujuh tadi masih terdengar," kata dia.

Sedangkan warga bernama Imarotul Izzah mengaku suara dentuman terdengar berkali-kali.

"Ternyata beneran kedengaran juga di daerah rumahku di Sekarpuro, Pakis. Itu saya dengar sekitar pukul setengah satu (00.30 WIB). Dentuman itu terdengar berkali-kali," kata Izzah.

Namun, ahli menjelaskan jarak Malang dan Gunung Raung terlampau jauh.

Nia Haerani, Sub Koordinator Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi ( PVMBG), menyebut saat ini Gunung Raung memang sedang meningkat aktivitasnya, sehingga mengeluarkan bunyi dentuman.

"Ini saya posisi di Pos Pemantauan Gunung Raung sekitar 14 km dari gunungnya. Itu memang suara dentumannya jelas. Di jarak 14 kilometer ya. Kemudian ada laporan dari penduduk bahwa terdengar sampai di Kalipuro di Banyuwangi, itu jaraknya sekitar 20 kilometer," ungkap Nia melalui sambungan telepon, Rabu (3/2/2021).

"Untuk suara di Malang ini saya tidak bisa memastikan dari mana. Yang jelas dari Semeru bukan. Apakah dari Raung atau tidak, saya tidak memastikan," tutur dia.

"Tidak perlu cemas sambil menunggu info selanjutnya," kata Sutiaji, Rabu (3/2/2021).

Ia juga meminta warga berdoa supaya selalu dilindungi.

Wali Kota memastikan, suara dentuman bukan dari aktivitas manusia setelah mencari informasi ke beberapa pihak.

"Tidak sekeras itu kalau aktivitas manusia," ujar dia.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Malang, Andi Hartik | Editor : David Oliver Purba, Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2021/02/04/16555681/fakta-suara-dentuman-di-malang-getarkan-kaca-rumah-warga-hingga-disebut

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke