Salin Artikel

3 Pekan PPKM, Wonogiri Masih Jadi Zona Merah Covid-19, Diduga akibat Banyak yang Nekat Mudik

Kondisi itu terjadi lantaran masih banyaknya ditemukan perantau yang nekat mudik.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo mengatakan dari total penambahan 171 kasus hari ini terdapat 166 orang berasal dari klaster perjalanan.

“Klaster perjalanan berupa perantau yang mudik, pelaku wisata ke luar Wonogiri hingga pentakziah,” kata Jekek sapaan akrab Joko Sutopo saat dihubungi Kompas.com, Jumat (29/1/2021).

Jekek mengungkapkan masih banyaknya perantau yang mudik ke kampung halaman lantaran keluarganya menggelar hajatan.

Padahal sejak liburan akhir 2020, Pemkab Wonogiri sudah melarang warga menggelar hajatan untuk memutus mata rantai penularan Covid-19.

Tragisnya saat pulang dari kota-kota besar, kata Jekek, para perantau rupanya dalam kondisi terinfeksi Covid-19 hingga akhirnya menularkan kepada keluarganya.

Fakta yang lain, banyak perantau yang pulang ke Wonogiri lalu berwisata ke kabupaten tetangga.

Pasalnya seluruh tempat wisata di bumi gaplek sejak akhir 2020 ditutup sampai saat ini.

Usai pulang dari berwisata di kabupaten tetangga, warga itu kemudian mengalami sakit dan akhirnya diketahui positif Covid-19.

Bisa jadi saat berwisata di kabupaten tetangga, warga itu berkontak dengan orang tanpa gejala yang ketemu di lokasi wisata.

“Jadi dari 171 penambahan kasus hari ini ada 166 orang yang riwayatnya melakukan perjalanan, wisata, takziah dan memiliki hajatan. Mobilisasi itu berasal dari kota-kota besar dimana perantau asal wonogiri pulang ke kampung. Begitu tiba di kampung halaman, banyak warga mencari alternatif wisata di kabupaten lain. Padahal sebaran OTG yang cukup luas dan tidak terdeteksi maka potensi terpapar sangat terbuka,” ungkap Jekek.


Kondisi itu tidak hanya terjadi hari ini saja. Data pada 3 Januari 2021 lalu jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 1406 orang. 25 hari kemudian, kasus positif bertambah hingga 1.146 orang.

Hingga Jumat (29/1/2021), jumlah kasus positif Covid-19 di Kabupaten Wonogiri mencapai 2.603 orang.

Dari jumlah itu, 168 dirawat dirumah sakit, 49 isolasi mandiri, 2.290 sembuh dan 96 orang meninggal dunia.

Jekek menyebut ketidakompakan kabupaten lain menerapkan kebijakan PPKM berdampak kasus positif Covid-19 di Kabupaten Wonogiri masih tinggi.

Padahal Wonogiri sudah menerapkan kebijakan tegas menutup seluruh ruang publik, tempat wisata dan melarang hajatan.

Hanya saja kabupaten tetangga masih longgar dalam kebijakan pembatasan penggunaan ruang publik, tempat wisata dan hajatan.

Kondisi itu menjadikan warga Wonogiri sudah diambang kebosanan mencari hiburan tempat wisata di kabupaten tetangga.

Padahal saat berada di tempat wisata kabupaten tetangga bisa jadi warga bertemu dengan para OTG sehingga tidak terasa tertular virus corona.

Dengan demikian saat pulang kembali ke Wonogiri, warga itu membawa virus corona yang bisa menularkan kepada keluarga dan tetangga.

“Maka usulan kami harus ada ketegasan dari pemerintah propinsi dan pemerintah pusat,” pinta Jekek.


Ketat awasi kegiatan hajatan

Untuk mengefektifkan peraturan pelarangan hajatan, Pemkab Wonogiri mengetatkan pengawasan kegiatan di masyarakat.

Bagi yang ditemukan nekat menggelar hajatan di masa PPKM, pemerintah tidak segan membubarkannya.

“Kami sudah berkoordinasi hingga ke RT dan RW untuk mengawasi warganya yang akan menggelar hajatan. Kalau tidak bisa diingatkan maka akan dibubarkan tim Satgas Covid-19,” jelas Jekek.

Jekek selama PPKM berlangsung beberapa kali tim Satgas Covid-19 membubarkan warga yang nekat menggelar hajatan.

https://regional.kompas.com/read/2021/01/31/09205901/3-pekan-ppkm-wonogiri-masih-jadi-zona-merah-covid-19-diduga-akibat-banyak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke