Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] "Itu Bukan Pejarahan, Mereka Kelaparan"| Digigit Komodo, Tangan Bocah 4 Tahun Putus

Risma meminta aksi tersebut tidak dianggap penjarahan karena di sana tidak ada toko yang buka.

Sementara itu di Kabupaten Manggarai Barat, NTT, tangan bocah 4 tahun putus karena digigit komodo.Peristiwa tersebut terjadi di teras rumahnya.

Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca Kompas.com dan berikut lima berita populer nusantara selengkapnya.

"Sekali lagi itu bukan penjarahan, jangan dianggap penjarahan. Mereka kelaparan," kata Risma, sapaan akrabnya, di Surabaya, Sabtu (16/1/2021).

Risma menganggap wajar aksi tersebut karena kondisi di sana memang tidak ada toko yang buka.

"Tidak ada toko makanan buka, mereka semua mengungsi di ketinggian untuk antisipasi gempa susulan," terang Risma.

Bantuan logistik dari pemerintah kata dia memang relatif terlambat karena untuk menuju ke lokasi bencana di jalur utama Makasar - Mamuju terputus akibat tertutup material longsor.

"Jadi yang seharusnya 9 jam harus nambah 6 jam lagi karena harus memutar. Semoga hari ini material longsor di jalur itu bisa dibersihkan," jelasnya

Syarat wajib tersebut yakni surat keterangan hasil negatif berdasarkan tes swab PCR atau rapid test antigen dalam kurun waktu maksimal 3 x 24 jam sebelum keberangkatan.

Hal ini disampaikan Gubernur Kepri Isdianto dalam Surat Edaran Nomor:400/SET-STC19/I/2021 tentang ketentuan perjalanan orang dalam negeri dengan moda transportasi umum di masa pandemi Covid-19.

Surat Edaran tersebut dikeluarkan pada 11 Januari 2021.

"Itu untuk persyaratan masuk Kepri jika menggunakan moda transportasi laut," kata Isdianto dalam keterangan tertulis, Sabtu (16/1/2021).

Sedangkan, jika menggunakan moda transportasi udara, calon penumpang pesawat wajib membawa hasil negatif Covid-19 berdasarkan hasil tes swab menggunakan PCR.

Selain itu, penumpang laut dan udara tidak boleh dalam kondisi sakit atau memiliki gejala suspect Covid-19.

"Dan yang paling penting wajib mengisi e-HAC dengan benar dan jujur," kata Isdianto.

Menurut sang ayah Sutrisno, sebelum meninggal tertimpa reruntuhan, putrinya sempat menghubunginya.

Gita juga sempat mengunggah foto kondisi gempa dan ungkapan kekhawatiran di media sosialnya.

"Kemarin sewaktu gempa pertama, dia telepon saya. Dia bilang, bapak gempa di Mamuju. Jadi saya bilang hati-hati, Nak, jangan tinggal di dalam rumah. Lebih baik di luar dulu," ujar Sutrisno saat ditemui di rumah duka, Jumat, (15/01/2021), seperti dilansir Tribun Pinrang.

Saat itu, Gita juga meyakinkan bahwa ia dalam kondisi yang baik.

"Dia bilang tidak apa-apa ji bapak. Tapi saya punya rusun retak-retak mi," Sutrisno menirukan percakapan anaknya.

Tak disangka gempa susulan kembali terjadi pada Jumat (15/1/2021) dini hari.

Gita bersama suaminya pun lari menyelamatkan diri dari rusun tersebut. Namun, ia kembali masuk untuk mengambil ponselnya.

"Sewaktu sudah di luar rusun. Dia lupa HP-nya. Jadi lari dia kembali masuk. Pasnya di dalam, tiba-tiba dari atas jatuh itu material bangunannya Rusun. Jatuh tepat di kepalanya," kata Sutrisno, Jumat, (15/01/2021) siang.

Bangunan yang runtuh itu menimbun putrinya hingga meninggal dunia.

Sekretaris Desa Komodo, Ismail mengatakan saat kejadian korban sedang bermain sendirian di teras rumah.

"Di sini kan rumah panggung semua. Dia lagi asyik bermain, tiba-tiba tangan kirinya digigit Komodo. Ia pun terjatuh dari atas panggung rumah," jelas Ismail kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Sabtu sore.

Mendengar suara ada seperti ada yang terjatuh, ibu F langsung keluar rumah dan ia kaget melihat anaknya sudah bercucuran darah.

"Saat ini Febianto sudah dirawat di rumah sakit Siloam Labuan Bajo," kata Ismail.

Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Zahwani Pandra Arsyad (Pandra) mengatakan, identitas korban diketahui pada Kamis (14/1/2021) oleh Tim DVI RS Polri.

Identitas korban diketahui setelah ada kecocokan data antemortem yang dikirimkan oleh Polda Lampung.

"Diketahui dari hasil sampel DNA keluarga korban dengan jasad korban," kata Pandra saat penerimaan jenazah di Terminal Kargo Bandara Radin Intan II, Sabtu (16/1/2021) siang.

Selain korban Pipit Piyono, pengambilan sampel juga dilakukan terhadap orangtua dari dua korban lain, Sugiono Effendi (35) dan Yohanes (27).

Kedua korban itu merupakan rekan satu desa dari Pipit Piyono. Ketiganya hendak menuju Pontianak untuk bekerja di proyek pembangunan.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Achmad Faizal, Hadi Maulana, Nansianus Taris, Tri Purna Jaya | Editor : Aprillia Ika, Abba Gabrillin, Pythag Kurniati)

https://regional.kompas.com/read/2021/01/17/06260051/-populer-nusantara-itu-bukan-pejarahan-mereka-kelaparan-digigit-komodo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke