Salin Artikel

Tantangan Gibran di Tahun Pertama Jalankan Roda Pemerintahan di Solo

SOLO, KOMPAS.com - Pasangan Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa akan menghadapi beberapa tantangan pada tahun pertama menjalankan roda pemerintahan di Solo.

Sebab, kebijakan yang dijalankan ini masih melanjutkan visi misi dari program Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo-Achmad Purnomo.

Sedangkan, program visi misinya baru akan dapat dijalankan pada tahun kedua pemerintahannya.

Sebagaimana diketahui, pasangan Gibran-Teguh memenangi pesta demokrasi lima tahun pada Pilkada Serentak 2020.

Keduanya akan dilantik sebagai pasangan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo pada 17 Februari 2021 mendatang.

Dosen Hukum Tata Negara UNS, Agus Riewanto menyebut, tantangan Gibran pada tahun pertama pemerintahannya adalah memulihkan ekonomi masyarakat di tengah pandemi Covid-19.

"Memang di era 2021 pemerintah daerah itu diuji oleh banyak problem kemasyarakatan. Terutama menyangkut soal bagaimana memulihkan daerah supaya daya beli masyarakat meningkat, tidak mengurangi aktivitas ekonomi, dan usaha UMKM tetap tumbuh dengan baik. Itu tidak mudah," kata Agus saat dihubungi Kompas.com di Solo, Jawa Tengah, Selasa (5/1/2021).

Menurut Agus, Gibran harus mampu menciptakan sebuah inovasi agar perekonomian di Solo tetap berjalan, namun laju Covid-19 menurun.

Pasalnya, kebijakan new normal yang diterapkan pemerintah sekarang justru membuat kasus penularan Covid-19 meningkat.

"Bagaimana pemerintah daerah menginovasi new normal, ekonomi berjalan tapi penularan Covid-19 menurun," ungkapnya.

Tantangan berikutnya yang dihadapi adalah pendidikan.

Dikatakan Agus, pendidikan menjadi salah satu sektor yang terkena dampak pandemi Covid-19.

Sejak Covid-19 mewabah, banyak sekolah di Solo, mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Gibran ditantang bagaimana menghidupkan pendidikan di daerah tidak berhenti karena Covid-19.

"Bagaimana dia mampu menghidupkan situasi pendidikan di daerah tidak mandek karena Covid-19. Pendidikan jarak jauh inovasinya, kemudian kurikulumnya tetap berjalan dengan baik. Jadi inovasi itu penting agar Covid-19 ini tidak menurunkan kualitas pendidikan di daerah," kata dia.

Kemudian, lanjut Agus, sebagai pemimpin baru di Kota Solo, Gibran harus mampu menciptakan pemerintahan yang solid.

"Dia pemain baru, pendatang baru tidak punya pengalaman empiris organisasi di organisasi apapun termasuk organisasi pemerintahan. Itu butuh adaptasi yang tidak mudah. Harus berkomunikasi, berkolaborasi dengan aparat birokrasi pemerintahan daerah. Mau tidak mau harus menggunakan mesin birokrasi. Sementara dia bukan siapa-siapa selama ini. Butuh tim solid," ungkap dia.

Dalam pemulihan ekonomi di tengah pandemi, terangnya, Gibran dapat memanfaatkan anggaran secara fleksibel sepanjang untuk kepentingan Covid-19.

"Beda dengan inovasi lain. Misalnya pembangunan daerah, peningkatan kapasitas inovasi di bidang pengelolaan pemerintah itu bukan darurat. Memang itu agak sulit karena tidak didanai di era pemerintahan dia karena masih pemerintahan sebelumnya. Sampai setahun ke depan menyangkut inovasi pemerintahan daerah itu masih mengikuti polanya Pak FX Rudy," terangnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/01/06/06300031/tantangan-gibran-di-tahun-pertama-jalankan-roda-pemerintahan-di-solo

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke