Salin Artikel

Kaleidoskop 2020, Puluhan Ribu Babi Mati, Pembunuhan Hakim PN Medan hingga Banjir di De Flamboyan

Berbagai peristiwa itu menjadi perbincangan hangat di masyarakat dan juga viral di media massa.

Berikut ini adalah lima berita yang menyita banyak perhatian itu.

1. Puluhan ribu babi di Sumut mati mendadak

Tercatat hingga 5 Januari 2020, jumlah kematian babi di Sumatera Utara mencapai 35.886 ekor di 18 kabupaten/kota. Kematian itu disebabkan oleh serangan hog cholera (HC) dan African Swine Fever (ASF) atau demam babi afrika. 

Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara, Muhaimin D mengatakan, sejumlah kabupaten dinyatakan sebagai daerah wabah penyakit demam babi afrika.

Yakni Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Karo, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Samosir, Simalungun, Pakpak Bharat, Langkat, Tebing Tinggi, Pematang Siantar, Medan, Batubara dan Mandailing Natal.

Sebulan kemudian, Ketua Aksi Gerakan Save Babi Boasa Simanjuntak bersama massa aksi mendatangi DPRD Sumut berharap pemerintah mencari jalan lain untuk mengantisipasi wabah penyakit demam babi afrika di Sumut.

"Kami menantang keras pemusnahan babi karena kalau babi dimusnahkan berarti sudah menghilangkan budaya Batak. Karena sejak lahir sampai mati babi jadi budaya di tanah Batak," ucapnya.

2. Pembunuhan Hakim PN Medan

pembunuhan Hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan, Jamaludin (55) membuat heboh lantaran diotaki istri sendiri, Zuraida. Sementara salah satu eksekutor pembunuhan adalah kekasih Zuraida, yakni Jefri Pratama (42) yang mengajak saudaranya, Reza Pahlevi (29). 

Kapolda Sumut Irjen Pol Martuani Sormin menjelaskan, kedua pelaku masuk ke rumah korban sebelum Jamaludin tiba di rumahnya.

Korban kemudian masuk kamar. Sementara anaknya tertidur. Saat itu, posisi Zuraida berada di tengah kasur antara korban dan anaknya.

Reza, saat itu, mengambil kain dari pinggir kasur korban, kemudian membekap mulut dan hidung Jamaludin.

Jefri naik ke atas kasur, berdiri tepat di atas korban dan memegang kedua tangan korban di samping kanan dan kiri badan korban.

Sementara itu, Zuraida yang berbaring di samping kiri korban sambil menindih kaki korban dengan kedua kakinya dan menenangkan anaknya yang sempat terbangun.

Cekcok terjadi saat anggota DPRD tersebut ingin masuk ke rumah duka di Jalan Air Bersih Medan, Senin (30/3/2020), dan menjadi viral di media sosial.

Dalam video yang beredar, anggota DPRD tersebut menyebut prosedur yang dijalankan polisi untuk menangani jenazah pasien dalam pengawasan (PDP) corona atau Covid-19 berinisial SA itu salah.

Kepada seseorang berpakaian coklat dan berpeci, Edi mengatakan, dirinya sebagai anggota DPR tidak takut mati.

"Posisi berdiri pun bisa mati. Kalau mati bang, kan aku yang mati. Anggota DPR aku bang, enggak takut aku mati. Kutelan pun virus itu," katanya.

Menurut dia, tidak perlu berlebihan dan tidak semestinya seperti tidak beragama karena orang berdiri atau tidur pun orang bisa mati.

"Aku anggota DPR tak takut mati aku, Bang. Dijamin negara aku. Mana virusnya biar kutelan sekarang. Mana corona itu biar kutelan, mana," katanya.

4. Ayah ibunya dipenjara, balita dianiaya paman dan bibinya

Seorang balita di Medan, Sumatera Utara, mengalami pengalaman yang menyedihkan. Anak yang baru berusia 4 tahun itu harus terpisah dari orangtuanya.

Ayah dan Ibunya dipenjara karena terjerat kasus narkoba. Korban dianiaya oleh paman dan bibinya.

Badan balita tersebut sampai lebam akibat penganiayaan. Tak cuma itu, balita tersebut sering tidak diberi makan.

"Anak itu dianiaya sama paman dan bibinya. Tempat dia tinggal di situ. Orangtuanya dipenjara karena kasus narkoba. Dia sering dianiaya," kata Kapolsek Sunggal Kompol Yasir Ahmadi saat dikonfirmasi melalui telepon, Jumat (23/10/2020).

Awal mula terungkap Kesedihan yang dialami balita tersebut baru terungkap setelah para tetangganya curiga. Selama ini, balita tersebut jarang diizinkan keluar rumah.

Namun, suatu ketika anak tersebut berhasil keluar rumah saat pamannya pergi berbelanja dan bibinya sedang berada di belakang rumah. Bocah tersebut mengalami kehausan dan meminta minum kepada tetangganya.

Banjir tersebut membuat kerusakan rumah, fasilitas umum, hilangnya harta benda hingga korban jiwa.

Di perumahan De Flamboyan di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan pada Kamis malam hingga Jumat (5/12/2020) dini hari selain membuat kerusakan parah pada rumah-rumah dan harta benda, juga telah memakan korban jiwa.

Hingga kini tercatat sudah 6 orang ditemukan meninggal dunia dan ratusan orang terpaksa mengungsi di Balai Desa Tanjung Selamat dan aula Arhanud.

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono sempat meninjau lokasi banjir di perumahan De Flamboyan bersama Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi.

Menurutnya, dalam penanganan banjir yang menerjang perumahan De Flamboyan di Kelurahan Tanjung Selamat, Kecamatan Medan Tuntungan akan dilakukan perbaikan dasar sungai atau ground shield dan pemadatan tanggul dengan geobag dan pengerjaan akan selesai dalam waktu tiga minggu.

Dia juga menyatakan akan membangunkan rumah susun (rusun) dan apartemen bagi masyarakat di bantaran sungai yang ingin pindah.

https://regional.kompas.com/read/2020/12/23/10300081/kaleidoskop-2020-puluhan-ribu-babi-mati-pembunuhan-hakim-pn-medan-hingga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke