Salin Artikel

Peneliti UGM Masuk 10 Besar Ilmuwan Berpengaruh Dunia Versi Jurnal Nature

Adi Utarini masuk daftar ilmuwan berpengaruh menurut jurnal ilmiah Nature.

Ia merupakan peneliti utama World Mosquito Program Yogyakarta yang telah berhasil menurunkan 77 persen kasus demam berdarah di kawasan Yogyakarta. 

Hal itu dilakukan dengan membiakkan nyamuk penyebar virus demam berdarah Aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia.

Adi Utarini mengaku kaget saat mengetahui masuk dalam daftar 10 ilmuwan berpengaruh dunia menurut jurnal Nature.

"Jujur di depan saya agak bingung, sempat kaget kok tahu-tahu bisa muncul di sana, tapi yang jelas rasa syukur yang sangat besar dan itu penghargaan terhadap seluruh tim penelitian Wolbachia," ujar Adi Utarini saat dihubungi, Kompas.com, Kamis (17/12/2020).

Adi Utarini menceritakan penelitian Wolbachia dimulai pada 2012.

Minat untuk meneliti karena penyakit demam berdarah sampai sekarang memang belum ada solusi yang efektif. Namun bukan berarti tidak ada upaya untuk mencari solusi.

Termasuk sampai saat ini belum ada obat yang spesifik untuk virus terkait demam berdarah tersebut.

"Wolbachia ini menjadi menarik karena satu, ini intervensinya kan bukan individual tapi seperti intervensi lingkungan dengan cara pendekatan yang biologis," urainya.

"Di awal proses, bicara 10 tahun lalu kan belum tahu hasilnya akan seperti ini tapi kemudian ada sesuatu yang menjanjikan, terus kita coba teliti dan kembangkan," imbuhnya.


Kedua, Wolbachia merupakan bakteri alami, sehingga tidak melakukan modifikasi genetik.

"Bakteri ini sudah ada di alam, ini ada potensi untuk pengembangan friendly terhadap lingkungan, itu satu poin yang besar untuk intervensi kesehatan masyarakat," tegasnya.

Pada Agustus 2020, World Mosquito Programme (WMP) Yogyakarta menyampaikan hasil penelitian yang menunjukan di wilayah yang menerapkan Wolbachia angka kejadian kasus demam berdarahnya mengalami penurunan.

"Hasil penelitian menunjukan bahwa di wilayah yang menerapkan Wolbachia itu angka kejadian demam berdarahnya 77 persen lebih rendah dibandingkan wilayah yang tanpa Wolbachia. Jadi penurunannya 77 persen itu," beber Adi Utarini.

Menurutnya, penyebaran nyamuk ber- Wolbachia saat ini masih di wilayah Kota Yogyakarta.

Tahun depan, penyebaran akan diperluas di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

"Di Sleman dan Bantul kita mencoba modelnya yang implementatif, kita lebih banyak bekerja sama dengan pemerintah daerah dan dikerjakan bersama-sama dengan masyarakat," sebut Adi Utarini.

https://regional.kompas.com/read/2020/12/17/15592851/peneliti-ugm-masuk-10-besar-ilmuwan-berpengaruh-dunia-versi-jurnal-nature

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke