Salin Artikel

Jabar Butuh Petani Milenial

Komoditas pangan itu terutama telur ayam ras, daging sapi, bawang putih, minyak goreng dan gula pasir.

Selain itu, Provinsi dengan 50 juta penduduk itu juga pemasok pangan ke berbagai daerah lain termasuk DKI Jakarta.

Hal tersebut menyebabkan pasokan pangan Jabar yang terbatas masih harus tersedot untuk daerah lain.

Herawanto menyebut, defisitnya komoditas pangan strategis dipicu kurangnya regenerasi petani.

"Pelaku sektor pertanian pun masih didominasi pelaku usaha 45-65 tahun ke atas. Oleh karena itu, penting untuk menggalang partisipasi milenial di sektor pertanian sebagai langkah strategis untuk keberlangsungan pangan di Jabar," kata Herawanto di Bandung, Senin (14/12/2020).

Untuk menyiasati hal itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menggandeng perbankan untuk memajukan sektor pangan dan pertanian daerah melalui forum West Java Food and Agriculture (WJFA) Summit 2020.

Acara itu telah berlangsung di Kota Bandung, Kamis (10/12/2020) lalu.

Dalam WJFA Summit 2020, sebanyak 25 perusahaan digabungkan dalam forum yang akan mempertemukan mereka pada produk berbasis agraria di Jabar.

Harapannya, para petani di Jabar pada 2021 sudah dapat menjual hasil tani dengan harga yang layak dan kepada pembeli yang tepat sasaran.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, jika situasi ini tak diatasi, Jabar diprediksi mengalami krisis suplai pangan pada 2021.

Forum tersebut juga akan disinergikan dengan para petani milenial. Dalam program ini, Pemerintah Provinsi Jabar akan meminjamkan lahan milik pemerintah maupun BUMN untuk digarap oleh para milenial.

"Karena ada indikasi yang mengarah ke sana. Jangan sampai Jabar krisis suplai pangan pada 2021. Nanti akan kita seleksi anak-anak muda yang menguasai teknologi. Jadi pertaniannya mengedepankan science based," kata Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.

Untuk mewujudkan hal tersebut, ia meminta WJFA Summit dapat menjadi forum rutin yang tujuannya menyiapkan Jabar menjadi provinsi mandiri pangan.

Pasalnya, pada tahun depan, Jabar berpotensi menghadapi krisis pangan.

Ia mengatakan, forum ini diharapkan menarik minat masyarakat terutama kaum milenial untuk memanfaatkan lahan-lahan tak terpakai di Jabar.

Penjualan hasil tani pun tidak lagi dilakukan secara konvensional, sehingga ekspor dapat berjalan dengan maksimal.

Pada tahun depan, program tersebut fokus membangun kesadaran milienial akan pentingnya bertani.

Dengan begitu, stigma bertani sebagai kegiatan yang tidak menghasilkan dapat terhapus.

"Kami tidak targetkan dulu kontribusi secara statistik di 2021. Tahun depan adalah tahun kesadaran, bahwa kalau lulus universitas tidak usah ke Bandung atau Jakarta. Di desa bisa sejahtera sampai tiga kali lipat gaji UMR," kata Emil.

https://regional.kompas.com/read/2020/12/14/12053701/jabar-butuh-petani-milenial

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke