Salin Artikel

Bencana dan Duka dari Bukit Belakang Rumah...

Mereka adalah sang kepala rumah tangga, Basuki (55), dan istrinya Sugiarti (45), serta dua anaknya Lucas (13) dan Yudas (8). Sedangkan anak pertama Basuki, Natalis Sigit Widianto (24) alias Sulis, selamat karena kebetulan menginap di rumah saudaranya.

Sebelum kejadian tersebut, hujan lebat turun di wilayah Banyumas sejak Senin (16/11/2020 malam hingga Selasa (17/11/2020).

Malam itu, Basuki dan anaknya, Yudas, baru pulang dari acara selamatan 1.000 hari meninggalnya sang mertua. Ia tiba di rumahnya sekitar pukul 24.00 WIB.

Saat di rumah kerabatnya, entah kenapa Yudas merengek meminta segera pulang dan tidur di rumah.

Sri Kuntari (43), adik kandung Basuki yang tinggal tak begitu jauh dari rumah sang kakak, bercerita, malam itu hujan turun cukup deras. Seperti sang kakak, Sri juga baru pulang dari acara selamatan. Walaupun sudah melewati tengah malam, Sri tak bisa tidur karena khawatir aliran sungai di belakang rumahnya meluap.

Saat ia masih terjaga, Sri menjadi saksi mata longsor yang meluluhlantakkan rumah kakaknya.

Malam itu, Sri hanya mendengar suara derasnya aliran sungai dan petir yang bersahutan. Saat membuka gorden rumah, ia baru menyadari bahwa depan rumahnya sudah tertutup material tanah dan kayu.

"Hujan mulai pukul 22.00 WIB sampai pukul 04.30 WIB tidak henti-henti. Sekitar pukul 02.00 WIB saya membuka gorden, sudah ada apa itu, tinggi, ternyata itu tanah sama kayu," tutur Sri yang sedang mengungsi di rumah mertuanya, Rabu (18/11/2020).

Tanpa pikir panjang, Sri langsung menggendong anaknya Junika (3) serta membangunkan Jati Pamungkas (13). Karena pintu rumah tertutup tanah, mereka bertiga keluar dari jendela rumah.

Mereka bertiga kemudian berlari menerobos gelap malam dan guyuran hujan untuk menyelamatkan diri ke rumah keluarganya yang tak jauh dari lokasi.

"Aku mau buka pintu, tapi tidak bisa karena tertutup tanah. Harus gimana ini, aku punya pikiran keluar dari jendela, aku yakin pasti bisa. Terus aku lari ke tempat bude. Enggak bawa apa-apa, payung juga enggak kepikiran," kata Sri.

Hal senada juga disampaikan Rendra Ernawan (30), salah seorang kerabat korban. Wawan sendiri baru mengetahui peristiwa itu Selasa sekitar pukul 04.30 WIB.

Wawan diberitahu oleh Sri Kuntari (43), adik kandung Basuki yamg tinggal berdekatan dengan keluarga Basuki.

"Sri ke rumah mertuanya, kebetulan rumah saya dekat dengan rumah mertuanya Sri. Waktu kejadian seakan tidak percaya, katanya rumahnya Pak Basuki kelongsoran, sudah tidak terlihat ruamhnya," kata Wawan.

Wawan bersama warga lainnya lantas menuju ke lokasi yang berjarak sekitar 1 kilometer.

Tak banyak yang bisa dilakukan, kecuali menunggu tim SAR datang yang membawa peralatan lengkap.

Menurut Wawan, keluarga tersebut dikenal baik dengan tetangga.

"Pak Basuki ini kerja serabutan, yang utama penderes nira kelapa, istrinya yang membuat gula. Dulu istrinya pernah kerja di luar negeri, pulang dan bisa membangun rumah itu," ujar Wawan.

Senada dengan Wawan, Kepala Desa Banjarpanepen Mujiono mengatakan, Basuki dikenal sebagai sosok pendiam.

"Kalau pribadinya Pak Basuki baik semuanya, di keluarga dan di lingkungan juga baik. Semua merasa kehilangan," kata Mujiono.

Sang kepala rumah tangga itu ditemukan tertimbun tanah longsoran setebal 1,5 meter dan berjarak 30 meter dari rumahnya pada Rabu (18/11/2020).

Jenazah Basuki ditemukan saat ekskavator membersihkan puing longsoran sekitar pukul 15.40 WIB.

Sementara itu, sang istri, Sugiarti, ditemukan pada Selasa (17/11/2020) sekitar pukul 08.30 WIB. Adapun jenazah dua anaknya ditemukan di hari yang sama pada pukul 14.40 WIB dan 16.20 WIB.

Kakak adik Lucas (13) dan Yudas (8) kemudian dimakamkan di satu liang lahat.

Sementara ibunda mereka, Sugiarti (45), sebelumnya tertulis Wagiah, dimakamkan lebih dulu di samping makam mereka, Selasa (17/11/2020).

Prosesi pemakaman berlangsung haru.

Kakak korban, Natalis Sigit Widianto alias Sulis (24), yang menjadi satu-satunya anggota keluarga yang selamat tidak dapat menahan tangis saat peti jenazah diturunkan ke liang lahat.

Pada saat pemakaman Lukas dan Yudas, warga juga menyediakan liang lahat untuk sang kepala rumah tangga. Namun, saat pemakaman kedua anaknya, Basuki belum ditemukan.

Liang lahat untuk Basuki tersebut berdampingan dengan makam istri dan anaknya.

"Kami menunggu setengah hari, karena sampai pukul 10.00 WIB belum ada kabar (penemuan Basuki), jadi kedua anaknya dimakamkan lebih dulu. Mudah-mudahan hari ini bisa ketemu," kata Kristianto, Selasa.

Menurut dia, bencana tanah longsor dan banjir tersebut dipicu hujan lebat yang turun sejak Senin (16/11/2020) malam hingga Selasa (17/11/2020) dini hari.

Terkait hal tersebut, Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan, curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Banyumas dan Cilacap dalam beberapa waktu ke depan.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau agar masyarakat mewaspadai potensi bencana.

"Peningkatan curah hujan masih perlu diwaspadai mengingat puncak musim hujan diperkirakan akan berlangsung antara bulan Desember hingga Januari 2021 di beberapa wilayah di Cilacap dan Banyumas," kata Teguh.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Fadlan Mukhtar Zain | Editor: Khairina, Teuku Muhammad Valdy Arief, Dony Aprian)

https://regional.kompas.com/read/2020/11/19/12330081/bencana-dan-duka-dari-bukit-belakang-rumah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke