Salin Artikel

Perjuangan Pengemudi Ojol Saat Pandemi, Mengais Rezeki dan Menjamin Pelanggan Tak Tertular Covid-19

Ubaidilah mendapatkan pesanan membeli makanan dari pelanggannya pada Senin (26/10/2020). 

Sebelum berangkat ke restoran tujuan, ia tak lupa memakai masker.

Tiba di restoran, Ubaidilah mencuci tangan di wastafel yang telah disediakan. Setelah itu, ia memesan makanan yang dipilih pelanggan.

Setelah pesanan jadi, Ubaidilah langsung mengantarkannya ke pelanggan.

Pandemi Covid-19 membuat masyarakat memiliki kebiasaan baru. Biasanya, Ubaidilah menyerahkan langsung pesanan itu kepada pelanggan.

Tapi kini, ada beberapa pelanggan yang meminta dirinya menempatkan pesanan itudi depan rumah.

Selama pandemi, Ubaidilah meletakkan pesanan di depan rumah. Ia mengurangi kontak dengan pelanggannya. Alasannya sederhana, mencegah penyebaran Covid-19.

Hanya saja, pendapatannya sebagai pengemudi ojol berbeda jauh.

“Pelanggan menurun drastis, hingga 50 persen,” kata Ubaidillah kepada Kompas.com saat ditemui di Perumahan Tegalgede Dreamland Kecamatan Sumbersari, Senin.


Bahkan, pendapatannya anjlok saat awal pandemi. Sebab, warga tak membeli makanan di restoran karena takut tertular Covid-19.

Mereka juga khawatir karena pengemudi ojol selalu bertemu banyak orang. Belum lagi, pandemi Covid-19 yang belum tahu kapan berakhir membuat masyarakat berhemat.

Akhirnya, warga yang khawatir dengan kebersihan makanan itu memilih memasak sendiri di rumah.

“Pelanggan juga mengurangi kontak fisik dengan orang lain,”ujar dia.

Meyakinkan pelanggan

Ubaidilah terus berupaya meyakinkan pelanggan tetap aman dari penularan Covid-19. Salah satunya, dengan menjaga jarak saat mengantar barang kepada pelanggan.

Ubaidilah juga menjamin kebersihan bungkusan makanan yang diantar kepada pelanggan.

Setelah memasuki penerapan kebiasaan baru, pembeli makanan via online mulai berangsur normal. Ketakutan warga mulai berkurang.

“Kami juga diwajibkan memakai protokol kesehatan secara lengkap,” terang dia. 

Mulai dari memakai masker, memakai hand sanitizer, menjaga jarak, dan lainnya. Semua protokol itu menjadi syarat untuk menjaga kesehatan dan keamanan dari Covid-19.

Dampak pandemi Covid-19 itu tak hanya dialami oleh Ubaidillah, namun hampir semua pengemudi ojol.

“Tak hanya GoFood yang sepi, mengantar penumpang juga sepi,” tambah Sugiono pengemudi Gojek asal Kelurahan Slawu.


Sugiono tak punya usaha lain untuk meningkatkan pemasukannya. Ia tak menyerah menjadi pengemudi dan tetap memacu motornya.

Selama bertugas sebagai pengemudi ojol, Sugiono disiplin menerapkan protokol kesehatan pencegah Covid-19.

“Kami ingin meyakinan customer kalau kami aman, makanya kami diwajibkan disiplin terapkan protokol kesehatan,” tambah dia.

Salah satu upaya adalah dengan tidak memberikan langsung makanan yang dipesan.

Kondisi ini juga dialami oleh Zainul, pengemudi Gojek lainnya. Karena terdampak Covid-19, dia berupaya untuk mencari pemasukan lain.

Namun, Zainul tidak sepenuhnya meninggalkan pekerjaan sebagai pengemudi ojol.

“Saya bantu kakak saya jual makanan, kalau pelanggan pesan Gojek tetap dilayani,” papar dia.

Gojek terapkan kebijakan J3K

Sementara itu, Head Corporate Affairs Gojek wilayah Jatim & Bali Nusra Alfianto Domy Aji menambahkan, pihaknya berupaya mencegah penularan Covid-19 melalui kebijakan J3K, yakni jaga kesehatan, kebersihan, dan keamanan.

Implementasi dari kebijakan tersebut mulai dari menyediakan 200 Posko Aman J3K di seluruh Indonesia termasuk di Jatim dan Bali. Hal itu untuk memastikan kesehatan dan keselamatan semua mitra pengemudi.

“Kami juga secara konsisten memberikan informasi prosedur kesehatan kepada pelanggan melalui shuffle card di aplikasi Gojek,” ucap dia melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.


Selain itu, pihaknya juga membuat Posko Aman J3K sebagai tempat melakukan disinfeksi kendaraan dan helm, pendistribusian masker, hairnet, dan hand sanitizer bagi para mitra pengemudi.

Kemudian, mitra restoran Gofood diimbau untuk mengikuti enam protokol keamanan dan kebersihan makanan sesuai pedoman dari Badan POM.

Misalnya, penggunaan masker bagi seluruh karyawan, pengecekan suhu tubuh karyawan secara rutin, memberikan jarak antrean bagi para pengemudi ojol dan pelanggan.

“Ada juga pengantaran tanpa kontak fisik dengan opsi teks pesan cepat pada fitur chat di dalam pesanan,” jelas dia.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/26/18105971/perjuangan-pengemudi-ojol-saat-pandemi-mengais-rezeki-dan-menjamin-pelanggan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke