Salin Artikel

Cerita Soalihin, Guru yang Melayani Masyarakat dan Siswa di Pelosok Selama Pandemi Covid-19

Ia merupakan seorang guru pegawai negeri sipil (PNS) di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Laboya Barat yang terletak di Desa Gaura, Kecamatan Laboya Barat, Sumba Barat.

Soalihin bersama beberapa muridnya gencar melakukan sosialisasi tentang gejala dan bahaya virus corona kepada masyarakat pada awal pandemi.

"Masyarakat kota mempersiapkan segalanya saat awal pandemi. Dan, masyarakat Desa Gaura belum tahu info apa pun. So saya dan enam orang murid bergerak semampu kami," kata Soalihin di Kabukarudi, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, Kamis (9/10/2020).

Mereka memberikan sabun dan membagikan tips hidup sehat kepada masyarakat.

Setelah ada instruksi untuk sekolah online, SMP Negeri 1 Laboya Barat menerapkan belajar dari rumah secara offline atau luring.

Sistem luring ini mengharuskan guru berkunjung ke rumah siswa.

"Selama masa pandemi, kami di Desa Gaura tidak memungkinkan untuk sekolah online seperti yang lain. Karena tidak ada sinyal," ungkap Soalihin.

Soalihin mengunjungi muridnya sebanyak empat kali dalam seminggu. Tempat tinggal murid di desa itu umumnya berada di perbukitan.

Jarak antarkampung bervariasi. Setiap orang harus berjalan kaki dengan menyeberangi hutan dan sungai jika bepergian dari satu kampung ke kampung lainnya.

Selain mengumpulkan lembaran jawaban tugas sekolah, ia juga memberikan tugas yang baru kepada murid-muridnya.

"Tidak hanya sebatas itu. Tapi saya juga harus mengajar beberapa anak yang memang butuh perhatian khusus untuk belajar. Terutama juga di sana masih banyak anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis, menghitung dengan baik. Dan, itu benar-benar kesempatan saya untuk membimbing mereka secara privat di rumah," kata Soalihin.

Kesulitan bahasa

Soalihin menjelaskan, sebagian muridnya belum memahami Bahasa Indonesia dengan benar. Hal itu menjadi tantangan tersendiri.

"Jadi, saya biasanya menjelaskan kembali ke mereka, saya bacakan soalnya. Biasanya saya translate pakai dialek daerah. Bahasanya sedikit tidak formal, tapi tetap pakai bahasa yang sopan dan mereka pahami bahasa itu. Artinya saat saya menjelaskan menggunakan dialek setempat, mereka baru tahu maksud soalnya," kata Soalihin.

"Misalnya, apa hambatan pemerintah dalam mengurusi negara Indonesia. Mereka akan tanya, hambatan itu apa ya. Jadi, hambatan saya ganti dengan kata setengah mati. Sehingga kalimatnya begini, apa yang bikin pemerintah itu setengah mati untuk urus Indonesia ini," papar Soalihin melanjutkan.

Setelah para murid memahami pertanyaan, mereka akan menjawabnya dengan Bahasa Indonesia bercampur dialek setempat.

"Dan, saya coba mencari Bahasa Indonesia bakunya seperti apa untuk diterjemahkan lagi dan salin ke tugasnya mereka," kisah Soalihin.

Namun demikian, anak-anak desa tersebut sangat patuh kepada Soalihin.

Soalihin mengungkapkan, dirinya senang bisa lebih dekat dengan siswa dan orangtuanya karena selalu berkunjung ke rumah.

Ia berharap kepada semua guru di Pulau Sumba agar terus bergerak untuk mencerdaskan anak bangsa.

"Mari kita menjadi guru yang semangat, lebih mencintai karier. Jika kita mencintai profesinya kita sebagai guru, saya yakin dan percaya kita akan bekerja dengan ikhlas. Saat kita bekerja dengan ikhlas, saya yakin sekali pasti akan membawakan sesuatu yang bagus," kata Soalihin.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/16/19562791/cerita-soalihin-guru-yang-melayani-masyarakat-dan-siswa-di-pelosok-selama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke