Salin Artikel

Banjir Rusak Ratusan Hektar Sawah di Bengkulu, Disebabkan Alih Fungsi Lahan Jadi Perkebunan Sawit

Banjir menerjang setidaknya di Kecamatan Semidang Alas, Talo, Ulu Talo dan Ilir Talo di Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu. Camat Semidang Alas Zaidi mengemukakan meluapnya banjir rutin terjadi sejak beberapa tahun lalu.

Menurutnya penyebab banjir adalah rusaknya kawasan Hulu Sungai Alas akibat perkebunan baik milik masyarakat maupun perusahaan.

"Pokoknya setiap tahun bila musim deras pasti banjir. Penyebabnya yang jelas karena daya serap di hulu sudah kurang sehingga gampang sekali air besar. Di hulu sungai itu banyak perkebunan milik warga dan perusahaan," jelas Zaidi ketika dihubungi via telepon, Jumat (9/10/2020).

Hal senada juga dikatakan petani Kecamatan Semidang Alas dan Ulu Talo, Iksan dan Risdianto secara kompak menyebutkan penyebab banjir di daerahnya adalah dibukanya kawasan hutan penyangga air di hulu sungai.

Di Kecamatan Semidang Alas terdapat Sungai Alas. Hulu Sungai Alas terdapat dua perusahaan kelapa sawit yang membuka lahan cukup luas.

"Selama ini banjir tidak pernah terjadi namun akibat hulu sungai dibuka perkebunan sawit banjir bah sungai meluap menerjang sawah," tegas Iksan.

Risdianto petani Kecamatan Ulu Talo juga mengatakan di hulu sungai di daerahnya juga terdapat dua perusahaan kelapa sawit yang membuka perkebunan mengakibatkan banjir rutin sering terjadi sejak dua tahun terakhir.

Risdianto menyebutkan sejauh ini bantuan yang diterima warga terdampak banjir beras 5 kilogram, mie, obat nyamuk dan lainnya. Namun apaklah ada bantuan dari pemerimtah terkait sawah yang rusak dirinya belum mendapatkan kabar.

"Saya tidak tahu apakah ada bantuan dari pemerintah terkait sawah yang rusak," ujarnya.

Sementara itu Iksan menyebutkan, sejauh ini dirinya belum mendapatkan bantuan dari pemerintah atas musibah banjir yang menimpanya.


Soal tata ruang

Sementara itu ahli tata ruang Unoversitas Bengkulu, Khairul Amri menegaskan hal yang harus dilakukan pemerintah adalah dengan tetap menjaga kestabilan hutan dan tata ruang yang ada.

"Jangan sampai terjadi terjadi alih fungsi lahan, juga tetap melakukan penghijauan terutama daerah hulu sungai (up stream) agar tetap stabil. Di sisi lain juga penangulangan sistem persampahan dan sistem drainase perkotaan harus terpadu sehingga titik rawan banjir dapat diatasi karena untuk mengcover limpasan yang besar harus juga dengan sistem drainase terpadu," jelasnya.

Rata-rata bagian wilayah hulu kawasan banjir itu hutannya sudah rusak akibat perambahan hutan dan dibukanya perkebunan secara besar-besaran sehingga hutan dan tutupan lahan menjadi rusak.

Hal ini mengakibatkan limpasan permukaan air hujan (run off ) menjadi besar, dan resapan (infiltrasi) air hujan menjadi kecil menyebabkan terjadi tidak seimbang, akibat limpasan besar memicu juga terjadinya erosi dan degradasi lahan. 

Hal ini menyebabkan juga terjadinya sedimentasi pada alur sungai yang membuat sungai menjadi dangkal, sehingga daya tampung sungai menjadi menurun.

"Kesemuanya memicu terjadinya banjir terutama daerah atau wilayah bagian hilir yang berada di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan kawasan yang mempunyai topografi yang rendah, ini banyak terjadi di sejumlah wilayah Bengkulu termasuk Kota Bengkulu," demikian Khairul.

https://regional.kompas.com/read/2020/10/09/15233951/banjir-rusak-ratusan-hektar-sawah-di-bengkulu-disebabkan-alih-fungsi-lahan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke