Salin Artikel

Cerita Udin TKI yang Tinggal 35 Tahun di Malaysia, Dipulangkan karena Tak Miliki Paspor

Oleh Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BPM2MI) Nunukan, Kalimantan Utara, Udin dipulangkan  pada 16 Septembre 2020 lalu.

Namun Udin tak kembali ke Luwu. Ia ikut rekannya ke Rappang. Setelah seminggu tinggal di rumah rekannya, Udin memutuskan kembali ke Malaysia lewat Nunukan.

Di tengah perjalanan, Udin kembali terjaring dalam operasi penumpang kapal laut di Pelabuhan Tunon Taka Nunukan pada Senin (28/9/2020).

Udin bersama 116 penumpang KM Thalia lainnya yang bukan penduduk Nunukan diamankan dan dimintai keterangan oleh petugas.

Kepada Kompas.com Udin bercerita jika ia masuk Malaysia tahun 1985 saat masih berusia 25 tahun.

Udin muda bekerja sebagai security di salah satu perusahaan di Kota Kinabalu. Setelah perusahaan tersebut diakuisisi oleh perusahaan yang lebih besar, Udin diberhentikan.

Untuk bertahan hidup di Malaysia, ia bekerja sebagai tukang sapu di tempat judi.

"Masa itu masih bebas lagi orang masuk sebelah, jadi tiada pass (passport), tiada surat-surat saya punya, tidak pernah juga terkena operasi pendatang haram."

"Orang bilang wajah saya sangat Melayu, mungkinlah tuh, makanya petugas tidak pernah bertanya surat atau paspor segala macam, ndak ada cerita begitu," tutur Udin, Rabu (30/9/2020).

Di Kinabalu, Udin digaji RM 600 atau sekitar Rp 2,1 juta per bulan. Seiap bulannya ia harus membayar kontrakan sebesar RM 300.

Untuk menambah penghasilan, ia menawarkan diri bekerja sebagai pencuci piring atau tukang bersih-bersih di warung milik WNI di Malaysia.

Selain mendapatkan upah, Udian mengaku mendapatkan makan gratis sehingga bisa menyimpang uang dari hasil kerjanya.

Ia bercerita memiliki lima saudara yang tinggal di Luwu yakni Mustar, Sarifah, Nuraini, Edi, dan Bati. Menurut Udin kelima saudaranya itu tinggal di Desa Kanna, Kecamatan Bastem, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.

"Saya tidak pernah berkahwin, saya juga tidak pernah berhubungan dengan saya punya keluarga di Luwu, yang ada, bagaimana bertahan hidup saja di Kota Kinabalu Malaysia," lanjutnya.

Udian mengaku memilih kembali ke Malaysia walaupun sudah dideportasi karena sudah lama tidak bertemu saudaranya. Selain itu ia sama sekali tidak membawa hasil kerja selama bekerja di Malaysia.

Ia berencana untuk membuat paspor agar bisa kembali Malaysia untuk mengambil pakaian dan uang miliknya yang ia simpan di kontrakan.

"Saya tunggu masa kelonggaran saja, bila bila masa nanti pemerintah Malaysia sudah bolehkan masuk balik, saya cuba buat pass, saya akan ambil pakaian dan uang simpanan disana, ada sekitar RM 10.000, ndak banyak memang, tapi itu simpanan saya,’’katanya.

"’Dia deportan dari Malaysia, kita pulangkan pada 16 September 2020 lalu ke kampungnya, di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan, tapi ternyata dia ikut temannya turun di Rappang tidak sampai Luwu, seminggu di sana, dia kembali ke Nunukan, niatnya mau kembali masuk sebelah (Malaysia),"ujarnya

Kepada petugas Udin mengaku malu pulang ke Luwu karena tidak membawa hasil apa-apa kecuali baju yang melekat di badan.

Padahal Udin sudah 35 tahun tinggal di Malaysia dan tidak pernah pulang ke kampung halamannya.

"Dia ditangkap aparat Malaysia dalam operasi pendatang haram, saat akan pulang kampung pada lima bulan lalu, semua pakaian dan uang hasil kerjanya masih ada di Malaysia, kami coba telusuri keterangan dia, ternyata benar, kami ada nomor telepon ibu kosnya di Malaysia sana," kata Arbain.

Saat ini petugas berusaha memberikan pengertian kepada pria 65 tahun itu tentang kebijakan Malaysian untuk lockdown dan melarang WNI masuk Malaysia selama pandemi Covid-19 walaupun sudah memiliki paspor.

"Kita sudah beri pengertian, kita rayu dia supaya pulang dulu menunggu dicabutnya kebijakan lockdown Malaysia, dan kita segera jadwalkan pemulangan dia," tegas Arbain.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ahmad Zulfiqor | Editor: Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2020/10/01/16220031/cerita-udin-tki-yang-tinggal-35-tahun-di-malaysia-dipulangkan-karena-tak

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke