Salin Artikel

"Saya Kaget, Tak Menyangka Tertular Covid, Muncul Ketakutan Akan Mati, Dikucilkan Masyarakat..."

Terlebih putrinya yang masih berusia dua tahun turut terpapar Covid-19.

AAR mengaku tidak menyangka bakal terjangkit virus yang pertama kali diketahui berasal dari China ini.

Sebab AAR dan keluarga sudah menerapkan protokol kesehatan seperti yang sudah dianjurkan oleh pemerintah.

Mulai dari menggunakan masker saat berada di luar rumah, sering mencuci tangan dengan sabun atau handsanitizer, serta menjaga jarak.

"Saat Idul Fitri, saya memang sempat ke Surabaya, silaturahmi ke rumah mertua. Mungkin saat itu sudah mulai (terpapar), tapi tidak terasa," ujar AAR saat dihubungi, Kamis (24/9/2020).

AAR mulai merasakan tanda-tanda Covid-19 menyerang dirinya pada 29 Mei 2020.

Saat itu AAR merasakan demam tinggi hingga mencapai suhu 39 derajat celsius.

AAR semula tidak menyangka, jika itu merupakan gejala awal terpapar Covid-19.

"Awalnya saya pikir demam biasa, makanya saya kemudian beli obat penurun panas yang dijual di pasaran. Saat itu hanya demam saja, tanpa pilek, tidak batuk, tidak sesak napas," jelasnya.

Hanya saja AAR kemudian merasa ada yang tidak biasa atas demam yang dialami, karena demam terus dirasakan setiap malam selama beberapa hari.

AAR merasakan demam mulai menyerang jelang maghrib hingga malam hari dan terus berulang. Hal itu sempat membuat kondisi tubuhnya lemas tidak berdaya.

"Kemudian saya putuskan periksa ke sebuah klinik kesehatan tanggal 2 Juni. Saat itu, saya dikasih dokternya resep obat-obatan penurun panas, antibiotik, dan vitamin, belum sampai disarankan untuk tes swab," ucap dia.

Obat-obatan itu pun dikonsumsi AAR begitu sampai di rumah. Namun, demam tinggi masih saja dirasakan. Tidak kuat dengan sakit yang dialami, AAR lantas memeriksakan kembali kondisinya ke puskesmas yang ada di dekat tempat tinggalnya.

Tapi oleh pihak petugas puskesmas, AAR disarankan melakukan pemeriksaan ke salah satu rumah sakit yang ada di Gresik pada 7 Juni.

"Saat itu saya juga mulai tidak bisa merasakan rasa apapun saat makan, tidak bisa mencium bau parfum juga. Padahal, saya tidak batuk dan pilek, hanya demam saja, tidak pakai pilek maupun batuk," tutur AAR.

Dari pemeriksaan di rumah sakit tersebut, AAR mengira hanya terserang penyakit tipes (tifus), karena hanya mendapatkan suntikan pereda demam, diberi obat-obatan anti biotik, dan juga vitamin.

Sesampainya di rumah, sang istri kemudian berinisiatif memberikan air kelapa hijau.

"Setelah minum air degan hijau, Alhamdulillah indra penciuman dan perasa berangsur pulih. Saya mulai bisa merasakan kembali nikmatnya ayam goreng dan mencium wanginya bau sabun," ungkap AAR.

Tapi itu nikmat sesaat, karena pada malam harinya, AAR justru merasakan demam lebih tinggi dengan suhu tubuh diprediksi mencapai hingga 40 derajat celsius.

Kondisi itu membuat AAR kembali memutuskan mendatangi rumah sakit keesokan harinya (8/6/2020).

Kali ini AAR memilih untuk memeriksakan tubuhnya ke RSUD Ibnu Sina Gresik.

"Sempat ditanya riwayat perjalanan dan dilakukan rapid test. Waktu itu, saya juga disuruh menunggu di ruang isolasi yang ada, karena saya dicurigai terpapar Covid-19 dan akan dilakukan tes swab," ujar AAR.

Sambil menunggu hasil swab keluar, AAR dipersilakan oleh pihak rumah sakit pulang, dengan syarat melakukan isolasi mandiri di rumah.

AAR mengatakan, saat itu juga dilakukan foto thorax yang menunjukkan bersih, tidak ada noda putih.

Positif Covid-19

AAR sempat menunggu 10 hari untuk mengetahui hasil pemeriksaan kesehatannya, dengan selama rentang ini AAR melakukan isolasi mandiri di rumah.

Dari hasil tes swab yang diterima pada 18 Juni, AAR dinyatakan positif terpapar Covid-19.

"Luar biasa kaget, saya tak menyangka bakal terpapar virus ini. Berbagai macam pikiran muncul tentang ketakutan akan mati, ketakutan akan dikucilkan masyarakat, dan berbagai hal menyeramkan lain," kata AAR.

Dinyatakan positif terpapar Covid-19, AAR lantas isolasi mandiri di salah satu kamar yang ada di rumahnya, terpisah dari anak dan istrinya.

Tidak keluar rumah, dengan kebutuhan sehari-hari mendapat dukungan pencukupan dari para tetangga.

"Pak RT di tempat saya cukup kooperatif, begitu pula para tetangga yang dengan senang hati membantu dalam hal suplai kebutuhan sehari-hari. Sementara Bhabinkamtibmas dan petugas kesehatan terus memantau kondisi saya setiap hari," tutur dia.

Ikut tertular

Tujuh hari berselang, AAR kembali melakukan tes swab. Tidak hanya AAR, istri dan putri semata wayangnya juga turut melakukan tes.

Hasilnya, AAR masih dikonfirmasi positif, sementara istrinya negatif. Sedangkan anak mereka positif.

"Saya makin galau memikirkan hal itu. Sebab putri saya ini hanya sempat demam satu hari saja, dan tanpa gejala, seperti saya," ujar AAR.

Akhirnya, AAR dan putrinya kembali menjalani tes swab pada 29 Juni.

Hasilnya, AAR masih positif, sedangkan anaknya dinyatakan negatif atau sudah sembuh.

Jangan banyak pikiran

Hari demi hari dilakoni AAR dengan perasaan gelisah, sambil menunggu hasil swab yang masih saja menunjukkan tanda positif terpapar Covid-19.

Bahkan, ada sesuatu yang tanpa disadari mengubah perilaku AAR.

"Awal-awal itu saya sempat seperti orang bingung, linglung, diajak ngobrol itu kerap nggak nyambung. Karena banyak pikiran, melayang tidak jelas," kata AAR.

Tapi sejak putrinya dinyatakan sembuh, pikiran AAR mulai kembali tenang.

Pikiran yang sebelumnya sempat melayang, coba disalurkan dengan membaca, menulis di blog pribadi.

"Banyak saran dan masukan yang saya terima. Tapi memang benar, yang penting itu jangan banyak pikiran, jangan stres karena hati gembira adalah obat yang manjur," tutur AAR.

Akhirnya pada swab keempat, 9 Juli, AAR dinyatakan sembuh. Hari itu berbarengan dengan ulang tahun pernikahannya yang ketiga.

"Saya berharap bagi mereka yang belum sembuh, terus semangat dan jangan banyak berpikiran aneh-aneh. Karena kuncinya itu imun tubuh, selama vaksin belum ditemukan," ujar dia.

AAR juga berpesan kepada semua orang, supaya menerapkan protokol kesehatan seperti yang dianjurkan pemerintah.

https://regional.kompas.com/read/2020/09/25/09193221/saya-kaget-tak-menyangka-tertular-covid-muncul-ketakutan-akan-mati

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke