Salin Artikel

Cerita Resa Kerjakan Ujian di Atas Bukit, Cari Sinyal dan Gantian Gunakan Ponsel Pinjaman

Siswi kelas VII itu mengerjakan ujian tengah semester (UTS) dengan ponsel pinjaman dari sang guru yang harus ia gunakan secara bergantian dengan rekannya.

Pagi itu, Selasa (22/9/2020, Resa menyelesaikan 20 soal Matematika hanya dalam waktu 45 menit dari 90 menit waktu yang tersedia.

Sisa waktu 45 menit digunakan teman sebelahnya yang juga mengerjakan soal yang sama.

Ia mengaku kesulitan saat mengerjakan ujian. Selain karena tak menguasai Matematika, waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas juga terbatas.

"Nggarapnya ngasal tadi," ucap remaja dengan rambut lurus berwarna coklat ini, Selasa (22/9/2020).

Sementara itu Setiyani siswa kelas XI bercerita sudah dua kali mengikuti ujian daring. Yang pertama,  ujian daring dilakukan saat ujian kenaikan kelas beberapa waktu yang lalu.

"Gampang-gampang susah," ujar Yani malu-malu.

Bukit Dekimati yang digunakan Resa untuk mencari sinyal berada di persis di sisi barat Telaga Kumpe di dekatn

Di bawah rerimbunan pohon karet dan alas duduk seadanya, Resa dan rekannya mengerjakan soal ujian melalui Google Form di ponsel yang mereka bawa.

Sekolah yang berdiri pada tahun 2014 itu memiliki konsep pembelajaran yang unik. Sebelum pandemi, kegiatan belajar dan mengajar banyak dilakukan di luar ruang. Selain itu para siswanya juga tak wajib bersergam.

Selain itu para siswa juga diajak untuk bercocok tanam, beternak, dan budi daya ikan.

Para siswa juga tidak dipungut biaya sepeser pun. Untuk mendaftar, siswa baru cukup membayarnya dengan hasil bumi. Total ada 20 siswa di Mts tersebut.

Selain di Bukit Dekimati, siswa MTs Pakis yang lain mengerjakan ujian online di rumah sang guru dan di rumah pengurus Bumdes yang memiliki Wifi.

Hal tersebut dijelaskan oleh guru sekaligus pendiri MTs Pakis, Isrodi,

"HP saya buat gantian. HP saya juga digunakan untuk tethering di sini. Siswa dibagi tiga kelompok, ada yang ujian di sini, ada juga yang di rumah pengurus BUMDes di bawah sana, ada wifi-nya," ujar Isrodin.

Ia mengatakan, sebelum pandemi para siswa biasanya mengikuti ujiian di Mts Maarif NU 2 Cilongok sebagai sekolah induk. Karena pandemi, mereka harus mengikuti ujian online.

"Biasanya ujian di sana, tapi karena pandemi jadi ujiannya online. Di bukit ini titik yang paling ideal, titik tertinggi di antara permukiman warga, sinyalnya bagus," kata Isrodin.

Saat ujian daring, selain terkendala sinyal, tidak semua siswanya memiliki ponsel pintar yang mendukung kegiatan belajar.

Terkait hal tersebut, Isrodin mengaku tak memaksa siswanya membeli ponsel dan kuota internet karena sebagian besar orangtua siswa hanya bekerja sebagai buruh tani di hutan.

"Kalau untuk lokasi ujian di bukit enggak masalah, karena mereka terbiasa belajar di alam," kata Isrodin.

UTS digelar selama sepekan dan setelah UTS selesai, para siswa kembali belajar menggunakan HT seperti yang mereka lakukan selama pandemi.

"Selama pandemi ini pembelajaran pakai HT bantuan dari Orari Banyumas. Siswa dibagi beberapa kelompok, masing-masing kelompok saya kasih dua atau tiga HT," jelas Isrodin.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis:Fadlan Mukhtar Zain | Editor: Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2020/09/23/14340031/cerita-resa-kerjakan-ujian-di-atas-bukit-cari-sinyal-dan-gantian-gunakan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke