Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Gatot Nurmantyo: Apa Pun yang Menentang KAMI, Itu Peringatan Allah | Bocah SMP Pukul Kepala Buaya hingga Terlepas dari Gigitan

Dalam orasinya Gatot mengatakan, KAMI adalah gerakan moral untuk menyelamatkan Indonesia.

Sedangkan di Bontang, Kalimantan Timur, seorang pelajar SMP berinisial AN bergelut dan memukul kepala buaya.

Hal itu dilakukannya lantaran buaya tiba-tiba menerkam AN ketika tengah berenang.

Berikut lima berita populer nusantara yang menjadi perhatian pembaca Kompas.com:

Gatot memulai orasi dengan cerita masa lalunya saat menempuh pendidikan militer

“Di Magelang ini saya mengenyam pendidikan militer. Di sini pula saya mengucap sumpah prajurit, yakni setia pada NKRI berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Lalu saya sekarang bangkit, karena ada sebagian kelompok yang berusaha mengubah Pancasila,” ujarnya.

Dalam orasinya, Gatot menyadari ada sejumlah penolakan atas kehadiran KAMI.

Namun, ia menegaskan, hal tersebut semakin membuat kelompok tersebut tangguh.

“Spanduk-spanduk itu, apa pun yang menentang KAMI, menurut saya adalah itu peringatan dari Allah SWT agar KAMI lebih kuat, lebih tangguh, dan tidak berhenti,” tandas Gatot ditemui seusai orasi.

Hadir dalam deklarasi, Ketua Umum Komite Khittah Nahdlatul Ulama (NU) 1926 Rochmat Wahab. Lalu tokoh publik MS Kaban dan Bambang Sutedjo, Presidium KAMI Jawa Tengah Mudrik M Sangidu, dan Presidium KAMI Yogyakarta Sukri Fadholi.

2. Diterkam, siswa SMP pukuli kepala buaya hingga terlepas dari gigitan

AN, seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bontang, Kalimantan Timur diterkam seekor buaya, Kamis (17/9/2020).

AN akhirnya bisa selamat setelah sempat bergelut dan memukul kepala buaya itu demi lepas dari terkaman.

Peristiwa tersebut terjadi di Kampung Mandar RT 24, Lok Tuan, Bontang, Kalimantan Timur.

Awalnya, AN dan dua orang temannya sedang asyik berenang di perairan setempat. Tiba-tiba seekor buaya datang dan menerkamnya.

Panik, AN dan rekannya berteriak meminta tolong.

AN mencoba menyelamatkan diri. Bocah yang diterkam pada bagian kaki dan rusuk kirinya itu memukul kepala buaya hingga hewan buas itu melepas gigitannya.

AN kemudian memanjat pohon bakau dan dibawa ke rumah sakit lantaran luka gigitan buaya di tubuhnya.

Koestomo terpaksa menjalankan tugas ganda, sebagai kepala keluarga dan ibu rumah tangga sejak 19 tahun yang lalu.

"Kalau dihitung sejak gejala sakit, sekarang sudah 19 tahun. Saya enggak bisa berpikir apa-apa lagi, Ini istri saya, apapun kondisinya akan tetap saya rawat," kata Koestomo.

Setiap hari dia harus memasak, memandikan dan menyuapi istri.

Beban semakin berat ketika anak sulungnya mengalami kelumpuhan yang sama dengan Rodiyah.

Selama ini dia harus bekerja menjadi tukang sepatu.

Namun dalam tujuh bulan terakhir, Koestomo tidak bisa bekerja dan hanya mengandalkan bantuan saudara dan tetangga.

Penyebabnya, ia harus fokus mengurus istri dan anaknya yang sakit.

Mereka memiliki riwayat menjenguk kakek mereka yang sakit.

Belakangan, kakek tersebut meninggal dunia dengan hasil swab positif Covid-19.

“Mereka (13 orang) masih satu keluarga. Saat itu mereka menengok kakeknya yang sakit. Namun, mereka tidak tahu kalau ternyata kakek itu positif Covid-19,” ujar Ipong saat dikonfirmasi, Sabtu (19/9/2020).

Mereka tidak mengira bahwa kakek bisa terpapar Covid-19, karena tidak pernah bepergian.

Soal penyakitnya, keluarga tahu jika kakek memiliki riwayat penyakit lain.

“Mereka mengira kakeknya sakit biasa, tapi ternyata kakek itu meninggal terkonfirmasi Covid-19,” ujar Ipong.

Wanita berinisial RP (28), pemilik akun Instagram @maya.maya635 tersebut diduga memiliki masalah percintaan.

"Kan ada alasannya, dia mau bercinta sama orang Malaysia, tidak dikasih," kata Kasubbid Penmas Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan, saat dihubungi Sabtu (19/2020).

Polisi masih memeriksa RP atas dugaan pelecehan simbol negara.

Soal perlunya tes kesehatan, polisi masih akan menunggu pemeriksaan penyidik terlebih dahul

"Ah nggak sampai ke situ lah. Pokoknya dia sudah ditahan lah. Jiwa, bagaimana mau diperiksa. Kalau kita tanya pisang dia bilang kuini, baru kita periksa dia ke rumah sakit jiwa. Kita tunjukan kopi dibilangnya teh manis, baru kita periksa (kejiwaannya)," katanya.

Sumber: Kompas.com (Penulis : Ika Fitriana, Dewantoro, Muhlis Al Alawi | Editor : Farid Assifa, Dheri Agriesta, Pythag Kurniati)

https://regional.kompas.com/read/2020/09/20/06222281/populer-nusantara-gatot-nurmantyo-apa-pun-yang-menentang-kami-itu-peringatan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke