Salin Artikel

Detik-detik Mahasiswa Dijemput Paksa Usai Demo, Dilepas dan Disuruh Minta Maaf kepada Gubernur Maluku

KOMPAS.com - Mahasiswa Universitas Pattimura Ambon, Muhamad Syahrul Wadjo dijemput sekelompok orang usai demo pada Rabu (2/9/2020).

Aksi jemput paksa yang dilakukan sekelompok orang tersebut terjadi pada Rabu sekitar pukul 22.00 WIT saat dirinya sedang berjalan di kawasan Poka, Kecamatan Teluk Ambon.

Saat itu, ia mengaku ada dua orang yang turun dari mobil dan langsung memaksanya masuk.

“Jadi, saat saya nengok ke belakang ada mobil satu saya bilang ke (teman) jalan sudah kondisi tidak beres, lalu mobilnya hampiri saya, lalu dua orang turun dari mobil lalu tangkap saya,” kata dia, Jumat (4/9/2020).

Setelah dipaksa masuk ke dalam tersebut ia kemudian dibawa ke sebuah tempat di kawasan Lapiaso untuk diinterogasi.

"Saya dibawa ke Lapiaso, di situ saya diinterogasi, saya disuruh meminta maaf kepada Bapak Gubernur Maluku (Murad Ismail) atas penyampaian (pernyataan) saat demonstrasi di depan Kantor Gubernur," terangnya.

Menurutnya, para pelaku yang membawa paksa dirinya itu mengaku tidak terima atas aksi demonstrasi yang dilakukan.

Mereka diduga tersinggung dengan narasi yang disampaikan para peserta aksi.

“Mereka sampaikan kecewa seakan-akan marah terhadap narasi aksi demo saya kemarin di kantor gubernur, bahasanya membuat mereka marah,” katanya.

Setelah diinterogasi beberapa jam oleh para pelaku itu, kemudian ia dipulangkan dan diturunkan di depan Kantor Desa Poka.

Setelah diturunkan itu, ia kemudian menghubungi rekannya. Namun saat akan menuju ke sekretariat, ada sejumlah polisi yang mencarinya.

Karena takut, ia memutuskan untuk tidur di rumah seniornya.

“Karena saya takut ada polisi cari saya soal demo kemarin di kantor gubernur,” kata dia.


Keterangan korban berubah-ubah

Sementara itu, Kapolresta Pulau Ambon Kombes Pol Leo Surya Nugraha Simatupang menganggap korban tidak kooperatif.

Sebab, keterangan yang disampaikan selalu berubah-ubah kepada penyidik.

Karena itu, polisi curiga dengan adanya kejanggalan itu.

“Kita mengikuti rangkaian cerita ini dan ada beberapa keanehan Sahrul Wadjo ini kita melihat sepertinya kita tidak bisa menduga-duga, sepertinya ada keterangan yang belum benar diberikan,” kata Leo.

Salah satu pernyataan janggal itu, disampaikan Leo, terkait pengakuan korban yang dipulangkan pukul 06.00 WIT oleh pelaku.

Padahal, ada saksi yang melihat korban tiba di kawasan Poka pukul 00.00 WIT.

Sedangkan kasus dugaan penculikan itu dilaporkan sekitar pukul 01.00 WIT.

“Saat mau ke sekretariat ada tiga temannya melarang jangan ke sekretariat dulu karena ada polisi, padahal kami polisi di situ adalah membantu untuk memperjelas masalah yang terjadi," kata Leo.


Tidak ada tanda kekerasan

Sebelumnya, korban juga mengaku dianiaya para pelaku penculikan. Namun setelah dilakukan visum ternyata tidak ditemukan tanda kekerasan pada tubuh korban.

Hanya saja memang ada benjolan di belakang kepala.

Oleh karena itu, polisi akan mendalami kasus ini. Sebab, kabar yang tersiar begitu masif terkait adanya penculikan tersebut.

Dengan adanya kejanggalan itu, diduga adanya rekayasa dan pemberian keterangan palsu.

“Ini nanti berkembang, termasuk dua orang itu juga nanti kita periksa jadi baru nanti ketahuan, jadi jelasnya yang pertama klarifikasi dulu, begitu kemarin itu isunya begitu beredar, saya dengar saja rasa ngeri,” kata Kabid Humas Polda Maluku Muhamad Roem Ohoirat.

Penulis : Kontributor Ambon, Rahmat Rahman Patty | Editor : Dheri Agriesta | Robertus Belarminus

https://regional.kompas.com/read/2020/09/05/13233451/detik-detik-mahasiswa-dijemput-paksa-usai-demo-dilepas-dan-disuruh-minta

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke