Salin Artikel

Rapid Test Reaktif, Ibu yang Melahirkan di RS Tanpa Bantuan Tenaga Medis Mengaku Kecewa karena Bayinya Meninggal

Walaupun di rumah sakit, DR ternyata melahirkan seorang diri tanpa dibantu oleh tenaga medis.

DR tiba di RS Pelengkap pada Selasa (4/8/2020) setelah merasakan kontraksi. Ia datang ke rumah sakit didampingi sang suami, BK, untuk melahirkan anak keduanya.

Di ruang UGD, DR menjalani observasi dan rapid test. Saat itu kontraksi semakin sering ia rasakan.

Setelah itu, petugas memanggil BK untuk memberi tahu hasil observasi dan rapid test.

“Di situ (ruang UGD) istri saya diobservasi dan rapid test. Setelah itu saya dipanggil dan dikasih tahu kalau istri saya reaktif,” kata BK.

Dia menuturkan, karena hasil rapid test menyatakan reaktif terhadap pergerakan antibodi, istrinya ditempatkan di ruang khusus yang ada di lantai tiga rumah sakit.

Sekitar pukul 03.30 WIB, sang suami mengembalikan ambulans desa yang dipinjam untuk mengantar istrinya.

Di ruangan, DR ditemani ibunya AL dan ia kembali semakin sering merasakan kontraksi.

AL kemudian memberitahu petugas kesehatan melalui sambungan telepon. Bahkan, AL juga mendatangi ruang jaga. Namun, menurut DR, tidak ada satu pun tenaga medis yang menghiraukan mereka.

Padahal, saat itu, rambut bayi yang akan dilahirkan sudah kelihatan. Namun, petugas kesehatan mengatakan bahwa bayinya akan lahir pukul 09.00 WIB.

“Yang saya kecewakan waktu saya di ruangan. Ketika saya sudah nglarani (kontraksi), ibu saya telepon petugas, tapi enggak dihiraukan. Cuma bilangnya, 'Iya, nanti jam sembilan',” kata DR.

“Bahkan sampai (bayi) kelihatan rambutnya, tetap bilangnya nanti jam sembilan,” ujar DR.

Ibu rumah tangga 27 tahun itu pun melahirkan bayi keduanya hanya dibantu ibunya sekitar pukul 04.30 WIB.

Walaupun sang bayi sudah dilahirkan, petugas medis tak kunjung datang.

Petugas baru datang 30 menit kemudian atau sekitar pukul 05.00 WIB. Namun sayangnya, nyawa bayi perempuan tersebut tak bisa diselamatkan.

"Saya sangat kecewa diperlakukan seperti itu. Kalau ditangani lebih cepat, saya yakin anak saya masih selamat," ujar DR.

Mengetahui anaknya meninggal dunia, BK menanyakan ke petugas penyebab kematian sang bayi.

Saat itu petugas menjawab bahwa tali pusarnya melilit.

"Saya tanyakan apa penyebabnya sehingga bayi saya bisa seperti ini (meninggal dunia). Katanya, tali pusarnya melilit," ungkap dia.

BK mengaku kecewa dengan pelayanan rumah sakit yang membiarkan pasiennya melahirkan seorang diri tanpa bantuan tenaga medis.

"Kami sangat kecewa. Waktu itu ada bidan yang datang setelah anak saya lahir. Anak saya (sudah) lahir, baru bidan datang," tutur BK.

Menurut dia, DR datang di rumah sakit sekitar pukul 01.30 WIB dan masih dalam kondisi pembukaan satu.

Ia kemudian ditempatkan di Ruang Darussalam di lantai 3 setelah mempertimbangkan hasil rapid test virus corona.

Pada pukul 03.00 WIB dilakukan observasi dan DR masih pada pembukaan dua.

“Jam 03.00 kita lakukan observasi lagi, waktu itu pembukaan dua. Kemudian kita tunggu observasi lagi. Lalu jam lima bayi lahir,” jelas Bani.

Terkait tidak adanya petugas medis di Ruang Darussalam saat pasien akan melahirkan, Bani tidak menyangkal hal itu.

Namun, pihaknya memastikan akan ada pembenahan agar keluhan pasien tidak terjadi lagi.

"Yang pasti kami akan berbenah dan berusaha memberikan pelayanan terbaik kepada pasien,” kata Bani.

Terkait keluhan paien, pihaknya masih menunggu hasil audit internal rumah sakit serta audit yang dilakukan Dinas Kesehatan Jombang.

“Kepastiannya seperti apa, kami masih menunggu hasil audit internal dan dari dinas kesehatan,” ujar dia.

SUMBER: KOMPAS.com (Moh. Syafií | Editor: David Oliver Purba)

https://regional.kompas.com/read/2020/08/07/10330051/rapid-test-reaktif-ibu-yang-melahirkan-di-rs-tanpa-bantuan-tenaga-medis

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke