Salin Artikel

Survei: Mayoritas Warga Surabaya Cenderung Anggap Enteng Risiko Terkena Covid-19

Hal itu terlihat dalam survei yang dilakukan Lapor Covid-19 (laporcovid-19.org) bersama Social Resilience Lab Nanyang Technological University, Singapura.

Associate Profesor Sosiologi Bencana Nanyang Technological University (NTU) Singapura Sulfikar Amir mengatakan, persepsi risiko Covid-19 di Surabaya rendah.

Sulfikar menjelaskan, sebanyak 36 persen responden di Surabaya percaya risiko dirinya terjangkit Covid-19 sangat kecil.

Sedangkan 23 persen responden menjawab risiko terjangkit Covid-19 kecil, 25 persen menjawab sedang, dan 10 persen menjawab tinggi.

Berdasarkan data itu, persepsi risiko terjangkit Covid-19 di Surabaya bisa dibilang rendah. Jika dijumlahkan, responden yang menjawab risiko terjangkit sangat kecil dan kecil sebanyak 59 persen.

"Untuk level individu, persepsi risikonya itu bisa dibilang rendah. Karena ada sekitar 59 persen responden di Surabaya mengatakan kemungkinan mereka terpapar Covid-19 adalah sangat kecil dan kecil," kata Sulfikar dalam Webinar Lapor Covid-19 melalui aplikasi Zoom, Kamis (16/7/2020).

Sulfikar menyebut, temuan itu lebih baik jika dibandingkan dengan DKI Jakarta. Sebanyak 77 persen responden di DKI Jakarta menjawab risiko terjangkit Covid-19 sangat kecil dan kecil.

Selain itu, jika ditinjau dari aspek persepsi risiko, sebagian besar warga Surabaya cenderung menganggap Covid-19 tak berbahaya.

"Di Surabaya sebenarnya bisa dibilang masih sangat rendah persepsi risikonya. Karena ada sekitar 59 persen. Jadi mayoritas responden warga Surabaya cenderung menganggap enteng kemungkinan mereka terkena Covid-19," ujar Sulfikar.

Sebagian besar responden, kata dia, juga tak percaya keluarga atau orang terdekat mereka terpapar Covid-19.

Sebanyak 34 persen responden menjawab sangat kecil kemungkinan keluarga atau orang terdekatnya terinfeksi Covid-19. Sedangkan 26 persen responden menjawab risiko itu kecil terjadi.

"Nah, untuk level orang terdekat seperti keluarga, suami, istri, anak, itu angkanya hampir sama. Ada 60 persen responden yang cenderung menganggap enteng. Jadi ini yang perlu diperhatikan," kata Sulfikar.

Temuan yang sedikit berbeda didapat saat menanyakan risiko penularan Covid-19 di lingkungan tempat tinggal responden. Sebanyak 22 persen percaya risiko terpapar Covid-19 sangat kecil.

Sedangkan 26 persen menjawab kecil, 32 persen sedang, dan 14 persen besar.

Menurut Sulfikar, persepsi risiko untuk lingkungan tempat tinggal sedikit membaik. Sebab hanya 48 persen responden yang menyangkal risiko penularan Covid-19.

"Tetapi tetap, ini juga bisa dianggap bahwa persepsi risikonya cenderung rendah," kata Sulfikar.

Faktor yang mempengaruhi

Sulfikar menjelaskan, persepsi risiko selalu dipengaruhi pengetahuan dan kondisi sosial ekonomi masyarakat.

"Jadi, kalau misalnya ada seseorang yang sangat bagus pengetahuannya, tapi kondisinya sangat miskin, tentu kondisi sosial ekonomi akan mempengaruhi persepsi risiko dia untuk menghadapi virus corona. Dan itu terbukti dalam survei yang kita lakukan di Surabaya," ujar Sulfikar.

Dalam survei itu terlihat, 78 persen responden menjawab faktor ekonomi dan kesehatan selama pandemi Covid-19 sama pentingnya.

Sedangkan 14 persen responden menjawab faktor ekonomi lebih penting.

Mayoritas responden yang menjawab faktor ekonomi lebih penting merupakan pekerja harian, pekerja swasta, dan masyarakat yang tak memiliki pekerjaan tetap.

"Kenapa saya menggarisbawahi dua kelompok yang kecil ini, karena ini sangat krusial ketika di dalam suatu masyarakat ada sekolompok orang menganggap faktor ekonomi lebih penting daripada faktor kesehatan," ujar Sulfikar.

Hal itu bisa mempengaruhi perilaku masyarakat Surabaya secara keseluruhan.

"Dan ini akan punya dampak kepada seluruh warga Surabaya secara kolektif," kata dia.

Survei tersebut dilakukan Lapor Covid-19 dan Social Resilience Lab Nanyang Technological University pada 19 Juni hingga 10 Juli 2020.

Survei itu melibatkan 2.895 responden dari Surabaya. Survei tersebut menggunakan mdetode kuota sampling dengan variabel penduduk per kelurahan.

Survei dilakukan secara online menggunakan platform Quatric yang disebar melalui aplikasi pesan instan, WhatsApp.

Sedangkan metode analisis survei ini menggunakan formula Spearman Rho untuk mengukur korelasi antara variabel dan faktor ekonomi.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/16/16443351/survei-mayoritas-warga-surabaya-cenderung-anggap-enteng-risiko-terkena-covid

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke