Salin Artikel

Ratusan Babi di Ende Mati Diserang Flu Babi Afrika

Marianus menuturkan, kecamatan Maukaro tercatat pada angka tertinggi berdasarkan hasil rekapitulasi petugas pusat kesehatan hewan.

Kemudian disusul kecamatan dalam kota yakni, Kecamatan Ndona, Kecamatan Detusoko, dan beberapa kecamatan lainnya.

"Gejalanya memang sudah menciri ke virus ASF. Karena ciri-ciri itu seperti demam, tidak mau makan, ada cairan yang keluar dari dubur dan ada beberapa yang keluar dari mulut dan hidungnya," kata Marianus, kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu malam.

Marianus mengatakan, untuk memastikan penyebab kematian ratusan babi tersebut, pemerintah kini tengah menunggu hasil uji laboratorium sampel yang dikirim.

Selanjutnya, proses pencegahan akan diperketat, agar penyebaran virus tidak meluas.

Marianus mengimbau, seluruh peternak untuk menerapkan sistem bio security atau tata cara sanitasi yang baik.

"Ada dua penyebab yang kami duga seperti colera dan virus ASF. Tetapi, kami masih tunggu hasil laboratoriumnya seperti apa. Kalau sesuai ciri-cirinya memang sudah menjurus ke ASF," ungkap Marianus.


Marianus mengimbau kepada masyarakat Kabupaten Ende agar tidak mengkonsumsi daging babi yang telah mati meski tidak zoonosis.

Warga sebaiknya mengubur babi apabila mati dengan memiliki gejala-gejala tersebut.

Marianus mengatakan, memang ASF tidak menular ke manusia, tetapi secara ekonomi tentu dirugikan karena jumlah kematian sangat besar dalam waktu singkat.

"Jadi disarankan tidak konsumsi, karena limbah itu akan menjadi penyebar," kata Marianus.

Dalam pemeliharaan ternak, tambah dia, harus memperhatikan tiga hal pokok yakni sistem pengelolaan pakan, kesehatan, dan pengelolaan kandang.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/16/07131331/ratusan-babi-di-ende-mati-diserang-flu-babi-afrika

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke