Salin Artikel

Cerita Sugeng, Difabel Pembuat Gitar yang Alih Profesi demi Bertahan di Tengah Wabah

Beberapa kali, penyandang difabel tersebut harus mondar-mandir mendekati sepeda motor roda dua yang mau dijadikan roda tiga.

Lelaki lajang itu, tidak kenal lelah dan putus asa walaupun kedua kakinya cacat. Sugeng berjalan dengan tumpuan kedua tangannya. 

“Ini (sepeda) motor saya, yang mau saya modifikasi menjadi roda tiga. Untuk roda tambahannya, saya buat monoshock,” kata Sugeng di rumahnya, Rabu (8/07/2020).

Sugeng yang pernah mengenyam pendidikan di SMPN Merbuh, baru menekuni usaha modifikasi sepeda motor sejak wabah Covid-19 melanda Indonesia.

Dulu, anak pasangan Yakub dan Sumiah ini, dikenal sebagai pembuat gitar dan sound system.

Bahkan sound system buatannya, pernah meraih juara satu lomba pengeras suara di Yogyakarta.

Lantaran pandemi Covid-19, kini lelaki yang hobi mendengarkan musik rock tersebut, beralih usaha menjadi pembuat motor modifikasi untuk penyandang difabel.

Selain untuk menolong sesama penyandang difabel, Sugeng juga ingin dapurnya tetap mengebul.

“Saya sebenarnya juga menerima sewa sound system, tapi (sejak wabah) Covid-19, tidak ada masyarakat yang menikahkan anaknya pakai ramai-ramai, sehingga persewaan sound system-nya sepi,” keluhnya.


Sugeng memasang tarif Rp 2 juta bagi penyandang difabel yang mau memodifikasi sepeda motornya.

Tarif itu terbilang murah, sebab semua bahan termasuk roda dan baknya dari Sugeng. 

Orang yang mau memodifikasi tinggal datang membawa sepeda motornya. Dalam satu pekan, sudah menjadi sepeda motor roda tiga.

“Penderita difabel yang tidak mampu gratis, tapi motornya bawa sendiri,” jelas Sugeng.

Sugeng mengaku keterampilan dirinya memodifikasi kendaraan roda dua menjadi roda tiga, sudah dimiliki sejak tiga tahun lalu.

Saat itu, Sugeng yang tidak mempunyai kedua kaki, kesulitan bila bepergian. Lalu dia beli sepeda motor dan mengotak atiknya. 

“Saya kebetulan pernah belajar mengelas,” kata Sugeng.

Penderita difabel yang pernah memodifikasi sepeda motornya, menurut pengakuan Sugeng, sudah ada lima. Di antaranya dari Mranggen, Kabupaten Demak, dan Kendal.

“Saya berharap pandemi Covid-19 cepat selesai. Jadi semua masyarakat bisa beraktifitas normal,” pungkasnya.

https://regional.kompas.com/read/2020/07/09/08472251/cerita-sugeng-difabel-pembuat-gitar-yang-alih-profesi-demi-bertahan-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke