Salin Artikel

Kisah Sebuah Tenda di Samping Kuburan dan Asa Para Siswa Tak Mampu..

Kuburan yang biasanya sepi, kini dipasangi tenda dan menjadi tempat berkumpulnya para siswa sekolah, mulai SD hingga SMA.

Mereka belajar bersama di tenda tersebut, layaknya sekolah.

Meski berlokasi di dekat kuburan, para siswa ternyata tidak merasa takut.

Mereka sudah terbiasa melewati makam, bahkan pada malam hari.

Guru dengan murid berkomunikasi melalui ponsel pintar yang ternyata tidak dimiliki oleh semua murid.

Di tenda tersebut, para siswa yang kebanyakan tidak mampu, dapat mengakses internet gratis.

Mereka pun berbagi sarana pembelajaran yang kini harus dilakukan secara daring.

Diinisiasi polisi

Inisiatornya adalah seorang Bhabinkamtibmas dari Polsek Mamajang, Aiptu Paleweri yang tergugah hatinya atas kondisi tersebut.

Dia rela mengeluarkan dana pribadi untuk menyediakan tenda, kursi, meja dan kebutuhan lainnya.

"Saya lihat banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu, tidak bisa sekolah online. Orangtua mereka kesulitan membeli kuota internet sehingga saya memasukkan jaringan internet," kata dia.

"Setelah ada internet, banyak anak-anak dari tingkat SD, SMP, dan SMA terpaksa duduk di atas kuburan sambil belajar. Jadi saya bersama warga sekitar kemudian mendirikan tenda dan membuat kursi serta meja,” ujar Paleweri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).

Paleweri pun ikut memberikan sedikit pelajaran saat mereka berkumpul di tenda.

"Selain bisa menikmati WiFi gratis, mereka juga ada yang bimbing dari senior-seniornya. Jadi murid SD diajar kakak-kakaknya yang sudah SMP dan SMA. Jadi mereka saling belajar dan mengajar. Saya dan beberapa masyarakat mengawasi dan ikut juga memberi pelajaran,” ucap Paleweri.

Rinciannya, ada 26 orang murid SD, 24 orang siswa SMP, 7 orang siswa SMA, dan 4 orang anak putus sekolah.

Kemudian jumlah bertambah hingga menjadi lebih dari 80 orang, yakni berasal dari Kelurahan Mamajang Luar.

"Mereka itu berbeda-beda sekolah," ujar Paleweri.

Waktu berkumpul mereka sesuai jam sekolah, yakni pagi sampai sore.

Selain Paleweri, tokoh-tokoh masyarakat setempat juga ikut memberikan pelajaran bagi anak-anak.

"Jadi ada anak yang masuk shift pagi dan ada yang shift sekolah sore. Habis magrib, belajar mengaji dilanjutkan. Ada tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama di sekitar yang membantu mengajar,” jelasnya.

Bahkan dia berupaya membeli ponsel pintar agar dapat digunakan secara bersama-sama.

"Saya sebagai anggota institusi Polri, wajib membantu masyarakat. Apalagi dengan membantu orang lain, nilai pahalanya yang sangat besar,” tuturnya.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Makassar, Hendra Cipto | Editor: David Oliver Purba)

https://regional.kompas.com/read/2020/07/04/16591591/kisah-sebuah-tenda-di-samping-kuburan-dan-asa-para-siswa-tak-mampu

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke