Salin Artikel

Jadi Primadona Turis Asing, Subak Jatiluwih Tawarkan Wisata Budaya dan Pemandangan

Jatiluwih yang memiliki kawasan sawah berundak atau terasering di Kecamatan Penebel, Tabanan, menjadi ikon salah satu subak di Bali.

Manajer Operasional daerah tujuan wisata (DTW ) Jatiluwih I Nengah Sutirtayasa menjelaskan mengapa objek wisata ini begitu diminati wisatawan.

Desa wisata ini menawarkan pariwisata budaya, alam, dan aktivitas bagi wisatawan.

Menurutnya, Subak Jatiluwih memiliki pemandangan indah berupa hamparan sawah yang ditanami padi dengan sistem berundak.

Kemudian, lokasinya di kaki Gunung Batukaru menambah kesan asri kawasan itu.

Hamparan sawah yang luas tersebut terjaga melalui sistem subak yang dirawat masyarakat Jatiluwih.

"Kalau di Jatiluwih ini kan subak itu. Jadi, sebuah organiasi yang berkaitan dengan sistem irigasi. Ini yang dikelola agar hulu dan hilir bisa terkolaborasi," kata Sutirtayasa saat dihubungi, Senin (29/6/2020).

Ia mengatakan kawasan wisata ini sangat diminati wisatawan asing.

Sebelum wabah Covid-19, ada 1.500 hingga 2.000 wisatawan yang berkunjung setiap harinya. Dari jumlah tersebut hampir 85 persen pengunjung merupakan wisatawan asing.

Mereka sangat menyukai wisata seperti menikmati alam, jalan di samping hamparan sawah, bersepeda, dan memanjat.

"Mereka juga bisa ke puncak Bukit Kedaton. Satu-satunya pura tertinggi di Bali," katanya.

Ia mengatakan yang jadi daya tarik lainnya adalah produk beras merah yang merupakan tanaman utama para petani. Produk tersebut juga dikelola menjadi teh beras merah.

Biaya masuk ke lokasi wisata itu juga terbilang murah. Tiket masuk untuk wisatawan lokal seharga Rp 15.000 dan wisatawan asing Rp 40.000.

Tentang Subak

Subak merupakan organisasi masyarakat petani di Bali yang mengatur manajemen atau sistem pengairan atau irigasi sawah.

Dosen dan Peneliti di Lab Subak dan Agrowisata Fakultas Pertanian Universitas Udayana I Made Sarjana menjelaskan filosofi dan dan nilai budaya di balik konsep subak.

Dalam budaya pertanian, seorang petani tak bisa berdiri sendiri dalam setiap proses tanam. Seorang petani harus bekerja sama dengan petani lain.

I Made Sarjana menyebut, subak merupakan manifestasi dari filosofi Tri Hita Karana dalam ajaran Hindu.

Tri Hita Karana, meliputi Parahyangan atau hubungan manusia dengan Tuhan. Dalam hal ini, para petani Bali akan melakukan upacara secara Hindu dalam setiap tahapan dalam proses pertanian.

Upacara keagamaan rutin dilakukan dari masa ke masa, baik secara kolektif dan individual.

Secara kolektif dilaksanakan berdasarkan fase-fase pertanian mulai dari persiapan lahan hingga panen.

Kemudian Pawongan, adalah hubungan antara manusia dengan sesama. Hal ini bisa dilihat dengan kekompakan dan gotong royong antarpetani di dalam subak tersebut.

Biasanya ada aturan atau awig-awig yang harus dipatuhi seluruh anggota subak.

Lalu Palemahan, yang merupakan hubungan antara manusia dengan alam dan lingkungannya. Hal ini terlihat bagaimana petani di Bali memanfaatkan alam namun tetap menjaga kelestariannya.

Dalam hal ini juga kaitannya dengan distribusi air hingga perawatan jaringan irigasi.

https://regional.kompas.com/read/2020/06/29/23513791/jadi-primadona-turis-asing-subak-jatiluwih-tawarkan-wisata-budaya-dan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke