Salin Artikel

Tangis Histeris Ibu dan Pembantaian Kakak Adik di Medan

Rumah tersebut merupakan tempat tinggal IF (10) dan RA (5), sebelum pasangan kakak adik itu ditemukan tewas mengenaskan di parit dekat Sekolah Global di Jalan Brigjend Katamso, Medan.

Warga sekitar banyak yang datang melayat.

Terpal biru sudah terpasang di halaman rumah. Kursi-kursi juga sudah dipenuhi warga.

Suasana semakin haru ketika ibunda IF dan RA, Fathulzannah tiba di rumah duka.

Tangis sang Ibu pecah dan berulang kali menyesalkan kepergian kedua anaknya.

"Aku tak punya apa-apa lagi. Anakku dibunuh," kata Fathulzannah dengan suara parau.

Dikenal bocah yang periang dan aktif

IF dan adiknya RA dikenal dengan karakter masing-masing yang periang, menyenangkan, penurut dan baik.

Warga di Gang Ksatria sangat berduka dan tidak menyangka kedua bocah meninggal dengan cara yang tragis.

Dani salah satu tetangga sekitar mengatakan bahwa IF dan RA pernah belajar di Taman Bermain Ganbare.

Keduanya dinilai selalu ceria, penurut dan mudah bergaul.

Sosok IF juga gampang dikenali dengan bicaranya yang cadel.

"Kalau masuk rumah, mau bilang assalamualaikum, dia cuma (terdengar) kum," kata Dani.

Warga lainnya yakni Sukri mengatakan, istrinya sampai menangis mendengar kabar memilukan itu.

Pasalnya, IF dan RA setiap hari bermain dengan anak-anaknya.

"Anak-anaknya baik. Sering ke rumah. Anakku kan 5, laki-laki semua, berkawan lah sama mereka ini," kata Sukri.


Sosok ayah tiri terduga pelaku pembunuhan

Menurut Sukri, R yang merupakan ayah tiri IF dan RA, saat ini sudah ditangkap polisi.

Sukri mengatakan, R yang diduga pelaku pembunuhan, selama ini tidak pernah berinteraksi dengan warga sekitar.

Padahal, R sudah 2 tahun tinggal di rumah Nenek Anik.

"Kalau jumpa, cuma bilang bang, sambil menunduk. Jadi memang dia membatasi interaksi dengan warga," kata Sukri.

Menurut Sukri, wajah R sama sekali tidak menunjukkan kesedihan dan penyesalan saat ditangkap polisi.

"Ini bukan pembunuhan biasa. Kalau lihat posisinya, ini sudah pembantaian," kata Sukri.

Sementara itu, suasana di sekitar lokasi rumah duka semakin riuh, lantaran warga kompak berteriak agar pelaku dihukum berat.

Menurut warga, kasus pembunuhan kedua bocah ini terlalu sadis dan tidak manusiawi.

"Bahkan binatang tak mungkin sekejam itu. Sebaiknya dihukum mati saja. Tapi seharusnya dia merasakan sakitnya dulu seperti yang dirasakan anak-anak itu," kata Sukri.

Penemuan jenazah kedua bocah tersebut berawal dari pesan WhatsApp yang diterima Fathulzanah dari suaminya.

Setelah membaca pesan singkat dari R, Fathulzanah mendatangi Sekolah Global yang berada tepat di depan Gang Ksatria.

Melihat jasad kedua anaknya, Fathulzanah menjerit histeris hingga membuat satpam sekolah kaget dan berlarian.

Kedua korban mengalami luka di bagian kepala yang diduga akibat benturan keras.

Pihak pengamanan sekolah kemudian menghubungi petugas kepolisian Polsek Medan Kota.

Polisi dari Polsek Medan Kota dan Polrestabes Medan yang tiba di lokasi langsung melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait kematian kedua bocah malang tersebut. 

https://regional.kompas.com/read/2020/06/22/17171281/tangis-histeris-ibu-dan-pembantaian-kakak-adik-di-medan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke