Salin Artikel

Warga Peringati 14 Tahun Gempa Yogyakarta dengan Doa Bersama dari Jauh

Musibah yang mengakibatkan lebih dari 5.782 orang tewas, diperingati setiap tahunnya dengan doa bersama. Namun tidak pada tahun ini.

Wabah virus corona memaksa peringatan gempa Yogyakarta secara massal ditiadakan.

"Hanya menyampaikan doa bersama. Dari jauh, berdoa bersama," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul Dwi Daryanto saat dihubungi Kompas.com melalui telepon Rabu (27/5/2020).

Momentum peringatan musibah tersebut diharap Dwi juga membuat masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana jadi semakin waspada.

Masyarakat diharap terus meningkatkan kemampuan dalam beradaptasi dan menanggulangi bencana.

10 Tahun Gempa Yogyakarta - Visual Interaktif Kompas

"Kami berharap 14 tahun ini masyarakat semakin bijak menyikapi kondisi alam, yang mana tidak bisa dilupakan begitu saja. Kita tinggal didaerah rawan bencana," kata Dwi.

Khusus untuk Kabupaten Bantul, DIY, yang jadi salah satu daerah paling parah terdampak gempa, ditargetkan semua desanya jadi Desa Tangguh Bencana.

Sebagai informasi, di wilayah Bantul akibat gempa pada 2006 ada 4.143 korban tewas, dengan jumlah rumah rusak total 71.763, rusak berat 71.372, rusak ringan 66.359 rumah.

Heri Susanto salah satu warga Bantul masih mengingat kuat gempa yang terjadi 14 tahun lalu.

Saat itu, seluruh keluarganya sudah beraktivitas menyongsong pagi.

"Saat itu saya bersama anak pertama waktu itu masih berumur 7 tahun di kamar. Tiba-tiba genting berjatuhan, dan saya lari menyelamatkan diri," kata Heri.

Waktu itu rumah orang tuanya ambruk akibat guncangan gempa, yang pertama diselamatkan anaknya.

Setelah selamat dia menolong ayah, dan ibunya. Sementara sang istri berhasil keluar sendiri.

Suasana mencekam ketika mengetahui ibunya hampir saja tertimpa tiang penyangga bangunan. Lokasi rumahnya berada di Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon.

"Saat menyelamatkan ayah saya itu saya melompat dan mengangkat lemari kayu. Lalu saya gendong, padahal kalau normal (tidak gempa) mungkin tidak kuat," ujar Heri.

Setelah itu keluarganya tinggal bersama 10 keluarga yang lain dalam satu barak selama beberapa pekan.

Setelah gempa dirinya dan keluarga kembali membangun rumah dengan sruktur bangunan yang lebih kuat dibanding sebelumnya.

"Pengalaman mas, lebih baik membangun rumah dengan struktur kuat dengan besi yang sesuai standar," ucap Heri.

https://regional.kompas.com/read/2020/05/27/11551321/warga-peringati-14-tahun-gempa-yogyakarta-dengan-doa-bersama-dari-jauh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke