Salin Artikel

Cerita di Balik Kabupaten Termuda Kaltim yang Nihil Kasus Covid-19

Dari Ujoh Bilang, Ibu Kota Mahakam Ulu, tim ini menggunakan speedboat menuju Pelabuhan Tering, Kabupaten Kutai Barat.

Mereka melintasi sungai, menyusuri hutan belantara, speedboat yang ditumpangi perlahan membela Sungai Mahakam yang keruh.

Butuh waktu sekitar lima jam mereka tiba di Pelabuhan Tering.

Dari Tering butuh waktu delapan sampai 10 jam lagi menuju Samarinda menggunakan jalur darat.

“Waktu itu mereka diutus mengikuti rapat koordinasi persiapan pengendalian Covid-19 di Kantor Gubernur Kaltim. Waktu masih awal-awal, Indonesia belum ada kasus positif,” ungkap dr Teguh saat memulai cerita kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Selasa (19/5/2020).

Sepulang dari rapat itu, Dinkes mulai membentuk tim.

Tanpa pikir panjang tim bergerak keliling memberikan edukasi, menyemprot disinfektan dari rumah ke rumah, tempat ibadah, kantor pemerintahan dan membagikan vitamin bagi warga.

“Kami juga langsung memesan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tim medis waktu itu, untuk persediaan,” kata dia.

Pertengahan Maret 2020, kasus Covid-19 masuk di Kaltim. Pasien positif pertama di Samarinda diumumkan langsung Gubernur Kaltim, Isran Noor.

Setelah virus corona dianggap sudah menyebar di Kaltim, Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu langsung menerbitkan aturan buka tutup akses perbatasan.

Dalam Instruksi Bupati nomor 188.6/4714/DINKES-TU.P/IV/2020, tentang pengendalian penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), dibuat aturan selama dua pekan akses perbatasan ditutup, satu pekan dibuka.

Begitu seterusnya berlaku sejak instruksi itu diteken 14 Mei 2020.


Dr Teguh menerangkan saat buka, masyarakat diizinkan melintas tapi selektif. Setiap orang yang masuk ke Mahakam Ulu harus melalui tes kesehatan.

Saat tutup, warga tak diperbolehkan keluar masuk kecuali urusan tertentu, seperti distribusi logistik, tenaga medis hingga pertahanan dan keamanan.

“Selebihnya kita larang. Sekarang pakai istilah PSBB, kami sudah terapkan lama di Mahakam Ulu,” kata dia.

Bagi kendaraan yang mengangkut barang melalui akses darat dari perbatasan Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara hanya diperbolehkan sopir dan kernet. Tidak diperkenankan membawa penumpang.

Sopir yang bukan KTP Mahakam Ulu, hanya menurunkan barang ke tempat tujuan. Selanjutnya dijemput mobil dan sopir di Mahakam Ulu. Pakai sistem transit.

Sopir luar tak diperbolehkan masuk perkampungan warga dan dilarang menginap di pemukiman warga.

Sementara angkutan perahu bermotor seperti speedboat, longboat dan ketinting yang membawa barang hanya diperbolehkan motoris dan anak buah kapal (ABK).

Mereka hanya bisa menurunkan barang ditempat tujuan. Jika memungkinkan, mereka langsung kembali. Jika tidak, tak diperbolehkan menginap di perumahan warga, cukup di kapal saja.

Tim juga menyiapkan tempat karantina di lokasi khusus. Letaknya puluhan kilometer dari Ujoh Bilang.

Masyarakat yang melakukan perjalanan dari wilayah terjangkit di Kaltim, wajib di karantina ke lokasi tersebut.

Operasi masker dan social distancing rutin dilakukan. Jika ditemukan ada warga yang tak menggunakan masker diedukasi dan diberi masker.

Giat tersebut masif digalakan sejak awal-awal.



OPD sempat 4 ribuan tapi tak satupun terjangkit

Para pelaku perjalanan dari dan ke Mahakam Ulu selama pandemi berjumlah sekitar 4.000-an.

Namun setelah dipantau tim gugus tugas selama 14 hari, tak satu pun terjangkit Covid-19.

Alhasil mereka kembali beraktivitas seperti biasa di masyarakat.

“Sampai saat ini kami belum dapat keluhan masyarakat yang punya gejala sakit Covid-19. Kami enggak punya PDP. Apalagi positif,” tegasnya.

Faktor alam dianggap menguntungkan

Selain antisipasi Pemkab Mahakam Ulu, dr Teguh menerangkan ada alam yang memberi perlindungan terhadap masyarakat Mahakam Ulu.

Letak yang jauh dari kabupaten lain di Kaltim, menyulitkan lalu lintas masyarakat keluar masuk sehingga tidak terjadi impor kasus.

“Kami beruntung. Karena batas wilayah tidak antar kampung. Tapi melewati hutan dan sungai. Jadi pintu-pintu masuk bisa dijaga sejak awal,” jelasnya.

Selain itu, udaranya masih bersih. Hampir 30 persen tutup hutan masih utuh. Sehingga setiap harinya masyarakat menghirup udara bersih.

Lalu, suhu panas di Mahakam Ulu terbilang ekstrem. Siang hari, panasnya bisa mencapai 35 derajat. Ada hipotesis suhu panas tinggi bisa membunuh kuman atau virus.

“Masyarakat di sana juga punya tradisi nyiri (makan siri pinang). Siri itu antibiotik lokal. Bisa menahan bakteri dalam rongga mulut. Orang disini jarang sakit gigi,” jelas dia.

“Mungkin faktor alam yang melindungi dan mendukung kami dan budaya masyarakat yang mendukung sehingga virus tidak masuk,” sambung dia.

Hingga kini, tak ada satupun warga di kabupaten termuda ini yang tertular Covid-19, meski sembilan kabupaten dan kota lain di Kaltim sudah terjangkit dengan total kasus 174 orang.

Kutai Barat yang jadi kabupaten terdekat, bahkan sudah transmisi lokal. Tapi, tidak dengan Mahakam Ulu yang jadi kabupaten pada 2013.

https://regional.kompas.com/read/2020/05/19/18494701/cerita-di-balik-kabupaten-termuda-kaltim-yang-nihil-kasus-covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke