Salin Artikel

Kisah Mahasiswa NTT Kesulitan Kuliah Online karena Tak Punya Ponsel

Mahasiswa semester III Progam Studi Teknologi Budidaya Perikanan, Jurusan Perikanan Kelautan, Politeknik Pertanian Negeri Kupang, itu tidak memiliki telepon seluler (ponsel) untuk kuliah online.

Ponselnya sudah rusak sebelum adanya perkuliahan online.

Ia pun terpaksa meminjam ponsel tetangga dan teman untuk mengikuti perkuliahan online.

Namun, ia harus mengisi pulsa data guna memperlancar proses kuliah online tersebut.

Sejak pekan lalu, ia sudah berapa kali tidak mengikuti kuliah online karena tidak memiliki uang untuk mengisi pulsa data serta belum bisa memperbaiki ponsenya yang rusak.

Ada niat untuk kredit ponsel. Namun, kehidupan keluarganya memprihatinkan.

Roland tinggal dengan ayahnya, Aloysius Lamanepa (58), di lahan kosong di RT 013 RW 008 Desa Penfui Timur, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT.

Ayahnya tidak memiliki pekerjaan tetap dan sudah dua tahun menderita sakit diabetes.

Penyakit itu menyebabkan kaki kanan sang ayah luka dan bengkak serta sulit disembuhkan.


Mereka menempati rumah semipermanen yang dibuat berpetak-petak menjadi tiga kamar.

Sang ibu, Rofina Nage, sudah meninggal dunia sejak tahun 2011 saat masih aktif menjadi guru di SMPN 1 Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU).

Roland dan sang ayah kemudian hijrah ke Kota Kupang sejak tahun 2014.

Sehari-hari mereka mengandalkan uang pensiun sang ibu yang diterima setiap bulan Rp 1,6 juta.

Dari uang ini, Rp 600.000 dipakai untuk kredit sepeda motor karena jarak kampus dan rumah cukup jauh.

Terkadang, mereka mendapat bantuan dari tetangga untuk makan sehari-hari.

Tetangga pun rutin membantu Aloysius Lamanepa untuk ke rumah sakit mengobati sakit diabetes yang dideritanya.

Roland sempat cemas karena sudah beberapa kali tidak mengikuti perkuliahan online.

"Saya sudah kredit sepeda motor dan belum lunas. Sekarang saya mau kredit HP (handphone) untuk Roland, tetapi uang tidak cukup. Saat ini kami mengandalkan jagung untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Aloysius Lamanepa, saat ditemui sejumlah wartawan, di kediamannya, Senin (11/5/2020).

Ia merasa kasihan dengan nasib anaknya, tetapi ia tidak bisa berbuat apa-apa.

Bantuan dari polisi

Belakangan, kondisi Roland didengar orang lain dan anggota polisi.


Aipda Muhammad Aris dan adiknya, Bripka Abdul Asis, pun merasa iba dengan kondisi yang dialami Roland.

Pada Senin (11/5/2020), Bripka Abdul Asis pun mendatangi kediaman Aloysius Lamanepa.

Ia mendengarkan curhat dari Aloysius soal kehidupan mereka sehari-hari setelah ditinggal sang istri dan sesudah ia menderita sakit diabetes.

Bripka Abdul Asis datang mewakili kakaknya, Aipda Muhammad Aris.

Aipda Muhammad Aris menitipkan sebuah ponsel baru. Sedangkan Bripka Abdul Asis menyumbangkan uang untuk paket data kepada Roland.

Bripka Abdul Asis juga menitipkan uang untuk pengobatan luka pada kaki Aloysius Lamanepa.

Namun, sayangnya, saat Bripka Abdul Asis datang, Roland tidak berada di rumah karena sedang mencari pinjaman ponsel dari kawan untuk kuliah online.

Bripka Abdul Asis pun menitipkan ponsel dari Aipda Muhammad Aris, yang tidak sempat datang karena mengikuti pendidikan calon perwira secara online.

Ia sedang mengikuti pendidikan Setukpa Polri angkatan 49 tahun 2020.

"Semoga bantuan ini membantu kelancaran kuliah Roland dan HP dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kepentingan kuliah," ujar Bripka Abdul Asis, saat menyerahkan ponsel dan uang.

Aloysius Lamanepa terharu dengan bantuan tersebut.

Ia tak kuasa menahan tangis saat menerima bantuan tersebut karena bisa memperlancar proses kuliah anaknya.

"Saya akan selalu ingatkan anak saya supaya menggunakan HP untuk kegiatan kuliah," ujarnya sambil terisak.

https://regional.kompas.com/read/2020/05/12/09441351/kisah-mahasiswa-ntt-kesulitan-kuliah-online-karena-tak-punya-ponsel

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke