Salin Artikel

Longsor di TPU Cikutra, Makam dan Mayat Hanyut di Sungai

BANDUNG, KOMPAS.com - Rekaman video dan foto yang memperlihatkan mayat terbawa arus di salah satu sungai di Kota Bandung menjadi viral di media sosial maupun pesan singkat WhatsApp.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, mayat yang hanyut tersebut merupakan jenazah dari pemakaman TPU (Tempat Pemakaman Umum) Cikutra yang mengalami pergerakan tanah atau longsor setelah diguyur hujan deras sejak semalam.

Berdasarkan pantauan di lokasi, ada beberapa titik longsoran di TPU tersebut.

Longsoran pertama terlihat di sebuah tebing yang berdekatan dengan pemukiman warga, hanya saja dipisahkan oleh sungai di bawahnya.

Tampak batu nisan pada makam yang berada di atas sungai itu ambrol berjatuhan ke anak Sungai Cidurian yang berada sekitar 8-10 meter di bawahnya.

Menurut informasi warga, tebing tersebut sempat longsor dua kali, namun belum sempat ditanggulangi secara maksimal oleh pemerintah setempat.

Bahkan, beberapa hari lalu, sempat terlihat kain kafan menyembul keluar dari tanah yang longsor itu.

Sebagian batu nisan itu ada yang masih terkubur material tanah dan sebagian lagi menyentuh pinggiran sungai.

Anak Sungai Cidurian pun terdapat di lokasi longsoran di Blok F. Terlihat sisa sampah yang terbawa luapan sungai masih menempel di sekitar makam.

Bahkan, kirmir yang menahan sungai dan makam pun ambrol dan rusak cukup parah.


Camat Cibeunying Kaler Suardi membenarkan adanya pergerakan tanah yang terjadi di makam TPU Cikutra ini.

Menurutnya, hujan deras yang mengguyur Bandung Raya sejak semalam menyebabkan beberapa makam tergerus air sungai.

Ada tiga titik lokasi pemakamam yang tergerus, yakni di pemakamam di blok E, F, dan pemakaman wakaf.

Suardi merinci, untuk blok E ini ada 12 makam yang longsor, dan 15 makam yang berpotensi longsor.

Di Blok F ada 4 makam yang tergerus dan dua makan yang berpotensi longsor, sedang untuk pemakaman wakaf ada 4 makam yang tergerus.

"Total dari 3 titik di E, F, dan wakaf ada 37 makam yang terdampak. Seluruhnya akan dipindahkan ke blok G, baik yang tergerus maupun yang berpotensi longsor," kata Suardi, saat ditemui di lokasi, Sabtu (2/5/2020).

Dari seluruh makam yang tergerus ini, ada beberapa jenazah yang terbawa arus.

Petugas telah mengevakuasi seluruh jenazah dan memindahkannya ke lokasi makam di blok yang berbeda.

"Di pemakaman wakaf, ada 4 makam yang longsor, 3 (jenazah) sudah di evakuasi satu belum ditemukan," tuturnya.

Perisitiwa longsor yang menggerus sejumlah makam ini sebelumnya pernah terjadi sekitar tahun 2011 atau 2012.

Namun, Suardi tak menjelaskan secara detail penyebab longsor beberapa tahun lalu itu.


Sementara, pada longsor kali ini, penyebabnya karena arus air Sungai Cidurian yang menggerus makam yang berada di pinggirnya.

"Hujan deras intensitas besar sehingga anak kali Cidurian menggerus tebing kirmir sungai sebabkan ambrolnya makam," ujar Suardi.

Terkait video viral yang merekam jenazah mengambang di anak Sungai Cidurian, Suardi mengatakan bahwa pihaknya belum memastikan jenazah itu dari blok mana.

"Ini belum bisa dipastikan dari mana titiknya seperti di blok E ada beberapa yang batu nisannya hanyut, jadi enggak bisa dipastikan ini jenazah siapa," ujar Suardi.

Sementara itu, Kepala UPT wilayah 3 Dinas Penataan Ruang Kota Bandung, Sumpena mengatakan, jasad-jasad yang terkubur di makam yang tergerus ini memang sempat terbawa arus anak sungai Cidurian, dan ditemukan di Kawasan Cipada.

"Namun, kini semuanya telah berhasil dievakuasi dan dikuburkan kembali di blok G TPU Cikutra. Sudah dimakamkan kembali," kata Sumpena.

Petugas makam, Amat, mengaku sempat melihat jasad tersebut hanyut.

Namun, ia tak bisa mengevakuasinya lantaran terjebak lumpur.

"Lewat gitu saja (jasadnya) disebelah saya, tapi kaki saya susah diangkat," tutur dia.

https://regional.kompas.com/read/2020/05/02/18215161/longsor-di-tpu-cikutra-makam-dan-mayat-hanyut-di-sungai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke