Salin Artikel

Kisah Relawan Pemulasaraan Jenazah Covid-19, Hilangkan Waswas demi Kemanusiaan

Salah satunya, Hendra Boim (42). Hendra terpanggil menjadi relawan tim pemakaman pasien Covid-19 di Karawang, Jawa Barat.

Ia mengalahkan rasa waswas demi kemanusiaan.

Hendra tak memungkiri sempat waswas saat pertama kali bergabung dalam tim pemakaman jenazah pasien Corona.

Apalagi, saat awal-awal alat pelindung diri (APD) masih minim. Meski begitu dia ikhlas.

"Keluarga juga sempat waswas. Namun, saya beri pengertian. Terlebih saat tahu jika jenazah sudah disterilkan," kata Hendra ditemui di areal Kantor Bupati Karawang, Rabu (29/4/2020).

Saat pulang ke rumah, ia pun langsung bersih-bersih, menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Setelah itu baru berkumpul dengan keluarga.

Ini bukan kali pertama Hendra menjadi relawan. Ia juga menjadi relawan pasca-tsunami Aceh dan tragedi Sukhoi di Gunung Salak. Namun pengalaman kali ini berbeda.

"Saya sebulan di Aceh saat itu. Ini berbeda karena (virus) ini tak terlihat dan bisa menular," kata dia.

Hatinya pun kalut dan sedih mengetahui jenazah pasien positif Covid-19 ditolak warga saat hendak dimakamkam.

"Nggak karuan, sedih, saat tahu jenazah mereka (pasien Covid-19) ditolak warga," kata dia.

Lantaran ditolak, proses pemakaman pun molor. Jenazah pasien tersebut lantas dikuburkan di areal Taman Makam Pahlawan.

"Bahkan kami juga membuat liang lahat cadangan, kalau-kalau kembali ditolak," ujar Hendra.

Hendra pun menceritakan saat awal ikut bertugas. Saat itu, timnya bertugas memakamkan jenazah pasien Corona di Desa Pucung, Kecamatan Kotabaru.

"Saat itu yang mengangkat peti hanya empat orang, jaraknya sekitar 500 meter dari jalan, gelap gulita," kata dia.

Tim pemakaman jenazah pasien corona ada sekitar 10 orang, terdiri dari staf bagian pertamanan dan pemakaman Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (PRKP) Karawang, tenaga medis, Satpol PP, personel Intel Polres Karawang, serta petugas ambulans.

Tim ini bagian dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Karawang.

Mereka bekerja tak mengenal waktu. Jika telepon berdering mengabarkan ada pasien corona yang meninggal, mereka pun bersiap. Tak terkecuali malam hari. Proses pemakaman berlangsung sekitar empat jam.

"Ada kabar yang meninggal, kami langsung berangkat," kata Nopi Gunawan, Kabid Pertamanan dan Pemakaman Dinas PRKP Karawang.

Sebagai orang yang langsung turun saat memakamkan jenazah, Nopi meminta masyarakat mematuhi anjuran pemerintah, seperti tak kumpul-kumpul, menjaga jarak, dan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

"Saya mohon masyarakat mematuhi pemerintah. Ini tidak bisa dianggap main-main," ujar Nopi.

Ia menyebut keluarga pasien Covid-19 yang meninggal hanya boleh melayat dari jauh. Sebab, prosesi pemakaman dilakukan sesuai dengan protokol Covid-19.

Nopi pun meminta masyarakat tak menolak pemakaman jenazah Covid-19 di lingkungan mereka. Siapa tahu, kata dia, semasa hidupnya pasien berjasa bagi warga sekitar.

"Tapi saat ini warga mulai memahami," kata dia.

Nopi mengaku sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Karawang untuk mengecek kesehatan timnya. Hanya saja, Nopi menyebut belum ada pemeriksaan berkala.

"Sudah dikoordinasikan," kata dia.

Ia juga memastikan APD untuk para petugas pemakaman sudah lengkap, termasuk lampu untuk penerangan.

https://regional.kompas.com/read/2020/04/29/17243351/kisah-relawan-pemulasaraan-jenazah-covid-19-hilangkan-waswas-demi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke