Salin Artikel

Cerita Dokter Perempuan di Garis Depan Penanganan Covid-19 di Banyuwangi, Dag-dig-dug Saat Pertama Ambil Swab

Dokter Ririek adalah dokter spesialis paru RSUD Blambangan Banyuwangi yang menjabat sebagi Ketua Tim Covid 19 di RS rujukan resmi pemerintah tersebut.

Sedangkan dokter Roudhotul Ismaillya Noor adalah dokter spesialis patologi klinik yang melakukan tes swab pada PDP.

Sebagai Ketua Tim Covid-19, dokter Ririek memimpin 30 orang yang terdiri dari tim dokter, tim perawat, dan tim laboratorium.

Tanggung jawab tim yang dipimpin dokter Ririek mulai dari memeriksa pasien, menentukan status pasien sebagai PDP hingga positif, merawat pasien, mengelola pemeriksaan swab, hingga menyatakan kesembuhan pasien.

“Kami bekerja dalam tim, bahu membahu satu sama lain sesuai dengan tugasnya masing-masing. Namun, tanggung jawab tetap ada di pundak saya sebagai ketua tim,” ujar Ririek dilansir dari rilis Pemkab Banyuwangi, Rabu (21/4/2020).

Saat menangani kasus pandemi Covid-19, Ririek mengaku sempat khawatir. Namun ia yakin bisa melakoni perannya.

“Awalnya memang takut, apalagi beberapa waktu lalu ada PDP meninggal. Tapi kembali lagi ke tanggung jawab, kalau kami takut, lalu siapa yang akan merawat dan mengobati pasien,” ujar dia.

Ia juga mengaku sempat merasa ada jarak dengan rekan dokter dan perawat ruangan non infeksius setelah mereka bergelut dengan corona.

“Ya itu sih risiko sosial. Kami hanya bisa memberi pengertian. Dan Alhamdulillah, sampai sekarang kami semua sehat, bahkan sudah di rapid test juga hasilnya non reaktif,” ujarnya.

Sebagai dokter penanggung jawab pasien bukan berarti tidak ada resiko. Namun, Ririek mengaku selalu menerapkan protokol pemeriksaan secara benar agar risiko penularan bisa dicegah.

“Selama ini APD maupun peralatan safety-nya tersedia di RSUD dengan baik. Dan prosedur penanganan covid selalu kami pedomanani. Apalagi di RSUD kami terus menjaga imunitas dan dengan minum suplemen, dan vitamin sampai mengkonsumsi minuman rempah tradisional. Itu adalah upaya kami mengurangi resiko,” ujar dia.

Perempuan yang akrab dipanggil dokter Emil tersebut adalah dokter spesialis patologi klinik.

Saat pandemi Covid-19, dia bertugas mengambil swab dari pasien untuk diuji spesimen untuk menentukaan pasien positif atau negatif corona.

“Waktu pengalaman pertama mengambil swab, rasanya dag-dig-dug banget. Meskipun APD sudah level tiga - sangat lengkap, rasa khawatir tetap ada saat itu. Ya kan kita tahu bagaimana covid itu," tutur dokter Emil.

Namun, Emil mengaku kini berhasil mengalahkan rasa takutnya karena panggilan jiwanya sebagai seorang dokter.

"Semakin ke sini khawatirnya berkurang. Lebih tawakal saja, percaya penuh sama Allah SWT bahwa apapun yang terjadi adalah kehendak-Nya. Ditambah perasaan dibawa happy, supaya sehat dan imunitas terjaga. Semua Insha Allah jadi ringan jalaninnya,” ujarnya.

Emil pun berharap kepada masyarakat agar terus berupaya semaksimal mungkin menghindari penularan.

Caranya adalah dengan menaati semua anjuran pemerintah salah satunya dengan melakukan social distancing.

“Kami sadar merawat pasien adalah kewajiban seorang dokter, tapi jumlah kami juga terbatas, tidak akan mampu menanganai jumlah pasien yang terus bertambah. Jadi, tolong disiplin menjalankan semua imbauan pemerintah, biar tidak tertular. Itu sangat membantu kami, para tenaga kesehatan,” pungkas dia.

https://regional.kompas.com/read/2020/04/23/08280061/cerita-dokter-perempuan-di-garis-depan-penanganan-covid-19-di-banyuwangi-dag

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke