Salin Artikel

Sepenggal Cerita Nining, Kartini Masa Kini yang Jadi Garda Depan Melawan Covid-19

Dirinya mengaku sering merasakan apa yang dirasakan pasien Covid-19 terisolasi di ruang karantina selama ini.

Hampir setiap malam dirinya selalu berada di depan pintu ruang isolasi untuk mengamati pasiennya yang dirawat khawatir terjadi hal yang tak diinginkan.

"Kalau takut, tidak ya, selama saya merawat karena sesuai SOP dan protokol medis dan selalu memakai alat pelindung diri (APD) atau Hazmat. Tapi, saya selalu sering merasakan jadi pasien terisolasi di ruang karantina," jelas Nining kepada wartawan di kantornya, Rabu (22/4/2020) pagi.

Tak berani pulang ke rumah

Sosok Kartini di masa pandemi corona asal Tasikmalaya ini selalu menjadi garda terdepan dalam merawat dan memutus mata rantai covid-19.

Dirinya bahkan memilih untuk tinggal di rumah sakit meski bukan jadwal kerjanya karena khawatir akan menularkan virus mematikan tersebut.

"Tapi, kalau misalkan saya harus pulang ke rumah, saya hanya berdiam diri saja di rumah. Saya tidak berani keluar rumah karena khawatir akan menularkan virus tanpa saya sadari," katanya.

"Beruntung suami juga kerja di kesehatan dan anak saya sudah besar-besar. Jadi mengerti," ujar Nining.

Optimistis Covid-19 bisa disembuhkan

Sebagai bagian dari tenaga medis khusus pasien Covid-19, Nining meyakini kalau penyakit yang telah menjadi pandemi ini bisa disembuhkan.

Hal itu dibuktikannya sendiri dengan telah dinyatakan sembuhnya beberapa orang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) dan positif corona.

"Tapi tetap yakin penyakit ini bisa sembuh asal selalu mengikuti anjuran protokol kesehatan dan kesadaran masyarakat. Tapi, kalau menganggap enteng penyakit ini akan terus memakan korban," ungkap Nining.

Selama ini, dirinya selalu memotivasi para pasien bahwa penyakitnya akan sembuh dan bisa terus bertahan hidup.

Dirinya pun kerap merasakan bagaimana dirinya dikarantina di sebuah ruangan seperti para pasein covid-19.

Sehingga, saat merawat pun dirinya selalu ingin dekat secara personal untuk memberikan kekuatan mental terhadap apa yang mereka hadapi dengan penyakit menular cepat ini.

"Saya selalu memotivasi para pasien, bahwa penyakit Covid-19 ini tidak selalu berujung dengan tidak baik, karena penyakit ini bisa disembuhkan," ungkap Nining.

"Saya tidak takut merawat pasien Covid-19, karena kan memakai APD lengkap dan menjalankan Standar Operasional Prosedur," katanya. 

"Sebetulnya perjuangan memakai baju APD ini sangat berat, kan tidak ada udara yang masuk, jadi setiap bertugas selalu bercucuran keringat."

"Setelah keluar dari ruangan isolasi juga disterilkan oleh petugas yang menyemprot disinfektan," kata Nining.

Tenaga medis perempuan adalah Kartini masa kini

Sementara itu, Wakil Direktur RSUD Soekardjo Tasikmalaya, Deni Diyana mengaku sangat mengapresiasi kinerja para perawat wanita ini yang tangguh berjuang melawan Covid-19 di Kota Tasikmalaya.

Mereka para perempuan bekerja mengerjakan tugas sama halnya dengan perawat laki-laki.

Menurutnya, para tenaga medis khususnya perempuan ini layak mendapat julukan Kartini masa kini, karena sudah berjuang seperti pahlawan merawat para pasien corona.

"Saya sangat apresiasi, di tengah pandemi Covid-19 ini banyak para kaum ibu yang gigih untuk memerangi Virus Corona," pungkasnya. 

https://regional.kompas.com/read/2020/04/22/11330251/sepenggal-cerita-nining-kartini-masa-kini-yang-jadi-garda-depan-melawan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke