Salin Artikel

[POPULER NUSANTARA] Terlambat Identifikasi, Puluhan Dokter Tertular Corona | Pasien Sembuh Covid-19 di Bangkalan Meninggal

KOMPAS.com - Puluhan tenaga medis di RSUP Kariadi Semarang, Jawa Tengah, dinyatakan positif terjangkit virus corona.

Tertularnya sejumlah tenaga medis tersebut diduga karena keterlambatan melakukan identifikasi terhadap pasien Covid-19.

Sementara di Kabupaten Bangkalan, seorang pasien Covid-19 yang sebelumnya dinyatakan telah sembuh oleh tim medis justru meninggal setibanya pulang dari rumah sakit.

Dua berita tersebut menjadi perhatian pembaca di Kompas.com pada Sabtu (18/4/2020).

Berikut ini lima berita populer nusantara selengkapnya:

Banyaknya kasus tenaga medis di RSUP Kariadi Semarang yang terjangkit Covid-19 disebabkan karena adanya keterlambatan identifikasi terhadap pasien Covid-19.

Beberapa sebaran yang terjadi di antaranya di locus dokter saraf.

Pasalnya, pasien baru teridentifikasi Covid-19 setelah mendapat penanganan dari tim medis.

"Kebetulan pasien bedah saraf yang pulang paksa dan ternyata orangtuanya secara pemeriksaan di tempat lain di daerah terjangkit itu positif, jadi identifikasi terlambat," kata Direktur Utama RSUP Kariadi Semarang Agus Suryanto kepada awak media, Jumat (17/4/2020).

Selain karena identifikasi yang terlambat, dalam beberapa kasus juga ditemui karena pasien yang melakukan pemeriksaan tidak jujur menyampaikan riwayat perjalanan kepada tim medis.

Seorang pasien berusia 41 tahun asal Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan, meninggal dunia setelah dinyatakan sembuh dari corona.

Pasien tersebut dikabarkan meninggal setelah lima jam sepulang dari rumah sakit.

"Kami ikut berduka atas kematian pasien pertama Covid-19 Bangkalan. Semoga keluarganya diberi ketabahan," terang Ketua Satuan Gugus Tugas (Satgas) Covid-19 Kabupaten Bangkalan, Agus Zein kepada Kompas.com, Sabtu (18/4/2020).

Meski telah dinyatakan sembuh dari corona, namun diketahui pasien bersangkutan memiliki gejala kesehatan lain, seperti jantung, kelainan darah, dan asma.

Bayi berusia tiga pekan di Samarinda, Kalimantan Timur, mengeluarkan air mata darah.

Dari pemeriksaan sementara yang dilakukan dokter umum, darah yang keluar dari mata bayi tersebut saat menangis diduga karena ada pembuluh darah yang pecah.

Untuk menangani hal itu, orangtua bayi diminta untuk melakukan pemeriksaan ke dokter spesialis agar mendapat penanganan lebih lanjut.

“Kami disarankan oleh dokter umum bawa ke dokter spesialis anak,” ujar Siska Asmita, ibunda dari bayi saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (18/4/2020).

Munculnya banyak cacing di kawasan Pasar Gede Solo menghebohkan sejumlah pedagang.

Pasalnya, banyaknya cacing yang keluar dari dalam tanah tersebut dianggap sebuah fenomena tak lazim dan jarang terjadi.

Menurut salah seorang pedagang, Marsono mengatakan, cacing tersebut pertama kali diketahui muncul sekitar pukul 05.30 WIB.

Cacing yang muncul tersebut menyebar di jalur pejalan kaki hingga jalan raya.

"Cacing ini muncul dari taman. Kalau cacing itu dikumpulkan ada satu ember. Jumlah cacingnya banyak," kata Marsono kepada wartawan, Sabtu (18/4/2020).

Upaya edukasi corona yang dilakukan Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sulawesi Utara, Sehan Salim Landjar viral di media sosial.

Pasalnya, dalam melakukan edukasi kepada warganya tersebut Sehan berkeliling kampung dengan menggunakan mobil bak terbuka.

Selain itu, ia juga membawa peti mati sebagai isyarat virus corona sangat membahayakan.

"Sengaja saya bawa peti mati, sebagai isyarat bahwa Covid-19 jenis virus lemah tapi kejam. Karena waktunya hanya 14 hari dia lemah, tapi cukup agresif," ujar Sehan.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis : Skivo Marcelino Mandey, Skivo Marcelino, Labib Zamani, Zakarias Demon, Taufiqurrahman, Riska Farasonalia | Editor : Khairina, David Oliver Purba)

https://regional.kompas.com/read/2020/04/19/06100081/-populer-nusantara-terlambat-identifikasi-puluhan-dokter-tertular-corona

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke