Salin Artikel

Melawan Stigma di Tengah Pandemi Corona, Perawat di Jateng Kenakan Pita Hitam

KOMPAS.com - Aksi penolakan warga di TPU Siwarak, Bandarharjo, Kabupaten Semarang, pada hari Kamis (9/4/20200, terhadap jenazah perawat yang terinfeksi corona mengundang keprihatinan. 

Sebagai wujud solidaritas dan simbol perlawanan terhadap stigma negatif corona, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah mengajak para perawat untuk mengenakan pita hitam selama sepekan atau sampai 16 April 2020.

Menurut Ketua PPNI Jawa Tengah, Edy Wuryanto, penolakan warga tersebut bisa memberi dampak negatif bagi para perawat.

"Ini akan bisa dampak negatif terhadap teman-teman yang bertugas," katanya, dilansir dari Antara.

Edy menjelaskan, masih adanya stigma negatif dari masyarakat terhadap pasian atau jenazah positif corona harus segera dihilangkan.

Salah satunya, menurut Edy, pemerintah segera mungkin untuk mengedukasi masyarakat tentang semua hal terkait protokoler penanganan pasien dan jenazah positif corona.

"Harus ada pembelajaran terkait kejadian ini. Kami sudah mengumpulkan ahli-ahli hukum yang tergabung di PPNI untuk memberi masukan dan kajian," jelasnya, Jumat (10/4/2020) di kantor DPW PPNI Jateng.

Menurut Edy, kejadian penolakan tersebut tidak akan terjadi kalau tidak ada provokator.

"Itu nanti mau masuk delik aduan atau gimana, biar ahli hukum yang menentukan. Kami hanya mengumpulkan bukti dan segala yang diperlukan, lalu kami ambil langkah selanjutnya," ungkapnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, seorang perawat di RSUP Dr. Kariadi meninggal dunia pada Kamis (9/4/2020).

Jenazahnya yang akan dimakamkan di TPU Sewakul mendapat penolakan dari warga sehingga dipindah ke Bergota, kompleks makam keluarga Dr. Kariadi.

Sementara itu, menurut Ketua RT 6 Dusun Sewakul, Kelurahan Bandarjo, Purba, mengaku tak bisa berbuat banyak warga mendesak untuk menolak pemakaman jenazah perawat tersebut. 

"Sungguh, saya juga menangis dengan kejadian tersebut. Apalagi istri saya juga perawat, tapi saya harus meneruskan aspirasi warga," ungkapnya.

Sementara itu, Purba juga mengungkapkan permintaan maaf terkait kejadian tersebut. 

"Sungguh, saya juga menangis dengan kejadian tersebut. Apalagi istri saya juga perawat, tapi saya harus meneruskan aspirasi warga," ungkapnya.

(Penulis: Kontributor Ungaran, Dian Ade Permana | Editor: Khairina)

https://regional.kompas.com/read/2020/04/11/06000051/melawan-stigma-di-tengah-pandemi-corona-perawat-di-jateng-kenakan-pita-hitam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke