Salin Artikel

Kisah Para Tenaga Medis di Tanah Air Gunakan Jas Hujan Saat Tugas di Tengah Wabah Corona

Penggunaan jas hujan dilakukan karena kondisi darurat. Jas hujan dianggap jauh lebih aman karena tidak ada pori-pori dan tidak tembus.

Hal itu terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Sebagian rumah sakit mengaku kehabisan alat pelindung diri selama wabah corona di Indonesia.

Tenaga medis yang menggunakan jas hujan terpantau pertama kali di Tasikmalaya.

Saat itu tim medis menggunakan jas hujan plastik berwarna biru saat memindahkan 3 orang dalam pemantauan dari Cirebon yang dirujuk ke RSU Gunung Jati pada Sabtu (7/3/2020).

Jas hujan yang digunakan seharga Rp 10.000. Karena darurat, Pemerintah Kota Tasikmalaya membeli sekaligus 100 jas hujan.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat mengatakan terpaksa melakukan hal itu karena persedian APD terbatas dan diprioritaskan jika ada pasien dalam perawatan.

"Karena kan APD sekali pakai, kegiatan kita terbatas, jadi beli jas hujan kemarin. Tapi, memang kalau secara SOP medis pemakaian jas hujan memang tak boleh," ujarnya.

Sementara itu di Sukabumi, para tenaga medis juga gunakan jas hujan saat merawat PDP karena persedian ADP habis.

"Yang penting terjamin keselamatannya baik bagi pemberi pelayanan maupun penerima pelayanannya," kata Kepala Dinas Kesehatam (Dinkes) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barta, Harun Al-Rasyid pada Jumat (20/3/2020).

Namun ia mengatakan kekurangan APD akann segera dicukupi karena telah dianggarkan melalui anggaran biaya tidak terduga (BTT) dan anggaran yang lainnya.

"Mudah-mudahan semua APD dan sarana prasarana dalam penanggulangan virua corona bisa tercapai," ujar dia.

Mereka bertugas di RSUD dr Ben Mboi. Walaupun bukan rumah sakit rujukan, mereka tetap siaga dan menyediakan ruangan isolasi penanganan PDP corona.

Kepala Bagian Humas RSUD dr Ben Mboi, Laurens Guntur menjelaskan mereka hanya memiliki 10 set APD.

Selama merawat PDP, para dokter dan perawat tidak pulang ke rumah. Mereka tinggal di mess khusus di area RSUD dr Ben Mboi yang sudah disediakan Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai.

Hal yang sama juga terjadi di Tanag Toraja, Sulawesi Selatan.

Petugas medis di RSUD Lakipadada Tana Toraja menggunakan jas hujan saat merawat PDP corona.

“Kami terpaksa gunakan jas hujan dan sepatu boots, karena kami juga menilai bahwa penggunaan jas hujan jauh lebih baik dan aman karena tidak tembus dan tidak ada pori-pori sehingga aman dipakai,” jelas Direktur RSUD Lakipadada Tana Toraja dr Safari D Mangopo.

Ia mengatakan Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan sudah memberikan 100 unit masker N95 untuk RSUD Lakipadada Tana Toraja.

Namun, jumlah itu belum mencukupi kebutuhan petugas medis.

“Kami sudah ajukan atau pesan di distributor sejak Januari bahkan Februari kami ajukan lagi tapi stok kosong. Memang barang di pasaran kosong dan antre,” ucap Safari.

Ia mengatakan jas hujan sebagai pengganti APD hanya untuk sekali pakai dan disemprot disinfektan sebelum digunakan.

Seperti yang dilakukan Puskesmas Aikmel, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka memanfaatkan jas hujan, plastik penutup kepala untuk mandi, dan kaca mata las sebagai APD.

Jas hujan motif polka dot, mereka beli di sejumlah toko.

"Tim medis kami pakai jas hujan, tutup kepalanya pakai plastik shower (plastik penutup kepala) yang digunakan untuk mandi, kaca mata google untuk ngelas itu, itu yang kami pakai. Tim medis kami tetap memakai masker, sarung tangan, kalau ada sepatu boot mereka pakai tanpa lapisan lain sebelum memakainya," jelas Kepala Puskesmas Aikmel, Mawardi saat dikonfirmasi, Jumat (27/3/2020).

Keputusan tersebut diambil karena mereka menangani seorang pasien yang kontak erat dengan salah satu pasien positif corona.

Karena kasusnya berisiko, tim medis Puskesmas Aikmel meminta bantuan petugas RSUD Selong yang memiliki APD yang sesuai standar WHO.

"Hanya saja petugas kami tetap ikut dari jarak 1-2 meter dan membantu petugas dari RSUD Selong. Mereka hanya pakai jas hujan," kata Mawardi.

Mereka adalah dokter di Puskesmas Aikmel Utara dan sebuah rumah sakit swasta di Lombok Timur

Para tenaga medis itu terlibat dalam percepatan dan penanganan Covid-19 di NTB, mengingat wilayah Kecamatan Aikmel merupakan kawasan sebuah pondok pesantren (ponpes) yang tengah diisolasi.

Ada 130 santri dan guru yang diisolasi di pondok pesantren tersebut.

Saat itu memeriksa, para tenaga medis menggunakan jas hujan sebagai APD.

"Alat pelindung diri petugas puskesmas di Aikmel Utara yang paling memprihatinkan, mereka terpaksa pakai jas hujan APD-nya, karena tidak ada sama sekali," ujar dia.

"Ini kan tidak sesuai standar pengamanan, kami jadi khawatir, apalagi mereka yang harus berada di depan jika ada laporan orang mengalami gejala yang menyerupai gejala-gejala corona," kata Camat Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, H Lalu Suhaemi, kepada Kompas.com, Kamis (26/3/2020).

Ponpes itu diisolasi untuk akses dari luar maupun dari dalam, setelah pimpinan dan penasehat ponpes dinyatakan positif Covid-19.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Budiyanto, Markus Makur, Fitri Rachmawati | Editor: Aprillia Ika, David Oliver Purba, Teuku Muhammad Valdy Arief, Robertus Belarminus)

https://regional.kompas.com/read/2020/03/29/06070031/kisah-para-tenaga-medis-di-tanah-air-gunakan-jas-hujan-saat-tugas-di-tengah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke