Salin Artikel

Kisah Dokter Tangani Pasien Corona, Terpaksa Larang Anak Bermain di Kamar Pribadinya

Kegiatannya di rumah sakit di tengah wabah virus corona membuat Bambang khawatir dengan keluarganya.

Apalagi, Bambang memiliki dua anak yang masih kecil. Dua anaknya masih SMP dan SD.

Terpaksa, Bambang harus melarang kedua anaknya masuk ke kamar pribadinya hingga wabah virus corona selesai.

"Sementara ini tidak saya perkenankan masuk kamar saya, sampai tren kasus corona menurun," kata Bambang kepada Kompas.com, Kamis (26/3/2020).

Biasanya, kedua anaknya menghabiskan waktu di kamar pribadinya sembari menonton televisi. Tapi, kebiasaan itu terpaksa berhenti sementara waktu.

"Kalau mau lihat televisi, saya minta agar mereka melihat di kamar sebelah," kata Bambang.

Bambang juga waswas terinfeksi virus corona baru atau Covid-19.

Karena kemungkinan itu ada meski kondisi tubuhnya sehat dan tak menunjukkan gejala demam, batuk, atau sesak napas.

Hal itu membuat Bambang mengambil keputusan sulit tersebut. Apalagi, daya tahan tubuh anak-anak masih tergolong rentan, tak seperti orang dewasa.


Bambang pun terus berusaha agar tak terinfeksi virus corona baru atau Covid-19.

Salah satunya dengan mengenakan alat pelindung diri lengkap saat merawat pasien corona.

"Yang penting alat pelindung diri, kita harus patuh betul seperti sarung tangan dan kacamata harus double. Selain itu helm juga harus dikenakan saat berada di ruang isolasi," kata Bambang.

Bambang menegaskan, perlengkapan itu harus dipakai tenaga medis sebelum memasuki ruangan isolasi.

"Kalau tidak terpenuhi jangan coba-coba masuk ruangan yang merawat (pasien) positif corona," kata Bambang.

Bambang juga mengingatkan perawat dan dokter agar memakai dan melepas APD secara benar.

Setelah melepas APD, tenaga medis harus langsung mandi dan keramas sebelum mengganti pakaian.

Tenaga medis juga dilarang terlalu lama di ruangan isolasi untuk menghindari kontak dengan pasien positif Covid-19.

“Semisal sudah tahu pasien positif tetapi terus ditanya. Itu tidak boleh,” jelas Bambang.


Menurut Bambang, dokter juga harus menjaga jarak saat berkomunikasi dengan pasien positif corona.

Dokter tak boleh terlalu dekat saat berkomunikasi dengan pasien.

"Perawat bisa melaporkan (kondisi pasien) tiga kali dalam sehari," kata dia.

Bambang sempat kewalahan saat pertama kali kasus virus corona muncul di Madiun.

Saat itu, tak banyak dokter spesialis yang terlibat dalam menangani pasien virus corona.

Bambang bahkan tak bisa tidur karena terus menangani pasien. Saat di rumah, ia pun tak bisa lepas dari ponsel untuk memantau keadan pasien.

Tapi, saat ini Bambang bisa sedikit lega. Karena, beberapa dokter spesialis lain juga ikut ambil bagian menangani pasien.

“Sekarang ada penambahan penyakit dalam, penyakit paru dan penyakit jantung. Alhamdulillah saat ini saya sudah bisa tidur. Kalau dulu tiga empat hari awal itu tidak bisa tidur. Meskipun di rumah tidak bisa tidur melototin ponsel saja.Belum lagi dari Pacitan telepon malam-malam pasien mau dirujuk. Terkadang stresnya di situ,” kenang Bambang.

https://regional.kompas.com/read/2020/03/27/08043861/kisah-dokter-tangani-pasien-corona-terpaksa-larang-anak-bermain-di-kamar

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke