Salin Artikel

Cerita Desa Tanpa Jembatan di NTT, Warga Kesulitan Menyeberang Saat Banjir, Akhirnya Bangun Pakai Bambu

Kepala Desa Selalejo Yohanes Sakunda Senda, mengatakan, jembatan itu dibangun secara swadaya oleh warganya.

"Jembatan ini baru dikerjakan pada Rabu (26/2/2020) pekan lalu, karena masyarakat kesulitan saat musim hujan dan banjir tidak bisa melewati Kali Lowokana," ungkap Yohanes, kepada Kompas.com, Minggu (8/3/2020).

"Masyarakat mengambil langkah untuk mengatasi semua ini, dengan berinisiatif membuat jembatan gantung dengan dananya sendiri menggunakan bambu," sambung Yohanes.

Menurut Yohanes, jembatan darurat itu memiliki panjang 12 meter dan tinggi 4 meter dari permukaan air.

Jembatan darurat itu, kata Yohanes, hanya bisa digunakan warga untuk jalan kaki ke ibu kota kecamatan dan kabupaten.

Sedangkan kendaraan bermotor, baik sepeda motor apalagi mobil, tidak bisa melintas.

Jika banjir, lanjut Yohanes, aktivitas warga menjadi lumpuh.

Kalau menggunakan sepeda motor, warga terpaksa beramai-ramai menggotong dan itu menunggu hingga banjir reda.

Yohanes berharap kepada semua pihak, baik itu pemerintah dan swasta untuk bekerja sama membantu masyarakat keluar dari kesulitan ini.

"Setiap musim hujan, kami pasti mengalami ini. Di tahun terakhir ini wilayah kami menjadi langganan longsor dan banjir," ujar dia.

Dia pun berharap, pemerintah daerah, provinsi hingga pusat, bisa membantu membangun sebuah jembatan gantung yang permanen.

https://regional.kompas.com/read/2020/03/09/05213781/cerita-desa-tanpa-jembatan-di-ntt-warga-kesulitan-menyeberang-saat-banjir

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke