Salin Artikel

Kisah Diana Kartika, Guru Besar Bahasa Jepang Pertama Se-Sumatera yang Jadi Pengusaha Sukses

Namun bagi Prof. Dr. Diana Kartika, semuanya bisa diraihnya. Sebagai akademisi, dia sudah menjadi guru besar dan sebagai pengusaha wanita 53 tahun itu adalah pemilik Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Sumatera Barat, pemilik salon kecantikan Panggaya di Jakarta.

Diana juga mendirikan lembaga pendidikan LIA di Palembang, Sumatera Selatan yang bertujuan untuk mendidik siswa pintar berbahasa asing.

Dari hasil usahanya saja, sebenarnya Diana tidak perlu lagi bekerja yang lain karena secara materi sudah sangat berkecukupan.

Apalagi, sang suami Weno Aulia Durin adalah juga seorang pengusaha sukses di Padang, Sumatera Barat.

Namun, Diana adalah tipe wanita pekerja keras. Tekadnya untuk memajukan dunia pendidikan, terutama di sektor linguistik membuat dirinya terus mengajar sebagai dosen di Universitas Bung Hatta, Padang.

Tidak tanggung-tanggung, Diana menjadi orang pertama di Sumatera yang meraih gelar guru besar di bidang pendidikan bahasa Jepang.

"Akhir tahun lalu saya sudah meraih gelar guru besar. Guru besar yang ke-6 di Universitas Bung Hatta dan yang pertama se-Sumatera di bidang Pendidikan Bahasa Jepang," kata Diana kepada Kompas.com, Jumat (28/2/2020).


Bercita-cita sebagai ahli kecantikan

Diana Kartika lahir di Palembang 15 April 1967. Beliau putri bungsu dari lima bersaudara dari pasangan Mansyurdin Arma dan Hilma Durin.

Ayahnya merupakan birokrat yang pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Sumatera Selatan.

Namun sebenarnya ayah dan ibunya berasal dari Padang Panjang, Sumatera Barat.

Sewaktu kecil, Diana menghabiskan masa sekolah mulai dari SD hingga SLTA di Palembang. Kemudian merantau ke Jakarta dengan kuliah di Universitas Indonesia di jurusan sastra Asia Timur.

Selesai kuliah, Diana menikah dengan Weno Aulia Durin pada tahun 1989 dan menetap di Padang.

Ketika di Padang, Diana merintis usaha salon kecantikan pada tahun 1991.

"Saya awalnya memiliki cita-cita sebagai ahli kecantikan. Makanya saya membuka usaha salon," kata Diana.

Awal membuka usaha salon kecantikan itu, Diana terpaksa menjual mobil pemberian mertua untuk modalnya.

"Karena keinginan kuat itu, saya nekat menjual mobil pemberian mertua untuk modal," kata Diana.


Jadi Dosen hingga jadi Wakil Rektor

Entah kenapa, tahun 1992, Diana mencoba mendaftar menjadi dosen. Kebetulan dibutuhkan tenaga dosen sastra Jepang.

"Awalnya coba-coba mendaftar jadi dosen saja karena kebetulan dibutuhkan tamatan sastra Jepang. Namun akhirnya lulus dan diperbantukan di Universitas Bung Hatta Padang," kata Diana.

Karir Diana sebagai dosen terus berlanjut. Setelah diterima sebagai dosen, Diana melanjutkan studi S2 dan S3 di Universitas Negeri Jakarta.

Kemudian karir tertingginya di bidang akademisi diraihnya pada Desember 2019 dengan menjadi guru besar.

Diana menjadi guru besar di bidang Pendidikan Bahasa Jepang di wilayah X (Sumbar, Riau, Jambi dan Kepri). Satu-satunya di Sumatera.

Saat ini, Diana juga dipercaya oleh Universitas Bung Hatta Padang sebagai Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan.

Salah satu prestasinya adalah membawa Universitas Bung Hatta meraih peringkat 101 perguruan tinggi di Indonesia hasil pemeringkatan Sistem Informasi Manajemen Pemeringkatan Kemahasiswaan (Simkatmawa) oleh Kemenristekdikti.

"Tahun 2019 lalu, Universitas Bung Hatta berhasil meraih peringkat 101 perguruan tinggi se-Indonesia di bidang Simkatmawa. Ini sebuah prestasi tersendiri bagi kampus," kata Diana.

Sebagai WR III, Diana dikenal dekat mahasiswa dan sering memberikan motivasi untuk mahasiswa saat bimbingan skripsi.

Diana juga sering menjadi nara sumber pelatihan karakter dan soft skill bagi mahasiswa.


Sukses punya SPBU dan lembaga pendidikan

Saat melanjutkan studi di UNJ, Diana terpaksa mengalihkan usaha salon kecantikannya ke Jakarta.

"Sejak tahun 1998, saya buka salon kecantikan di Jakarta. Ini saya lakukan saat saya melanjutkan studi di UNJ," kata Diana.

Hingga sekarang, salon kecantikan tersebut masih eksis dan telah sukses dipercaya pelanggannya.

Diana juga memiliki usaha SPBU di Sumbar dan lembaga pendidikan LIA di Palembang.

Semuanya diatur melalui manajemen waktu yang dipikirkan secara matang.

Membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga

"Intinya harus bisa membagi waktu. Kerja dan keluarga harus diatur waktunya sehingga tidak ada yang tidak terperhatikan," kata Diana.

Sekarang Diana sudah menikmati hasilnya. Dia sukses menjadi akademisi, pengusaha dan rumah tangganya.

Dua anaknya yaitu M. Fadhlan Rifki B.Bus, MA dan Raisa Hulia Putri, B Des, M. Des sudah sukses.

Fadhlan Rifki yang biasa dipanggil Viki memulai SD hingga SMA di Global Jaya Jakarta dan menamatkan kuliah S1 di Monash University  Melbourne dan S2 di Melbourne University Australia.

Sekarang Viki sudah bekerja di Embassy of Denmark, Indonesia sebagai Commercial Advisor dan menikah dengan Marsha Caesarena Rianko Putri, S.Psi, M.Sc.

Sementara Raisa Hulia Putri yang biasa dipanggil Ulli juga memulai SD hingga SMA di Global Jaya, kemudian S1 di Swinburne University amelbourne dan S2 di Domus Academia Milan Italia.

Sekarang Ulli bekerja di PT Dana Indonesia sebagai Creative Manager Junior.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/29/08473141/kisah-diana-kartika-guru-besar-bahasa-jepang-pertama-se-sumatera-yang-jadi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke