Salin Artikel

Selamat Jalan Gus Sholah...

Gus Sholah lahir di Jombang, 11 September 1942 dan meninggal dunia pada usia 77 tahun.

Adik Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid berpulang pada pukul 20.55 WIB di Rumah Sakit Harapan Kita.

Sebelum meninggal, kondisi Gus Sholah terus menurun setelah menjalani bedah jantung pada Sabtu (1/2/2020).

Presiden Joko Widodo menyampaikan rasa duka cita yang diunggah melalui instagramnya @Jokowi pada Minggu malam.

"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Baru saja mendengar kabar duka bahwa tokoh ulama, aktivis, dan politisi, Bapak Kiai Salahuddin Wahid telah berpulang ke Rahmatullah malam ini," tulis Presiden melalui akun Instagramnya.

Jokowi menyampaikan dukacita atas nama seluruh rakyat Indonesia.

"Atas nama keluarga, pemerintah, dan seluruh rakyat, saya menyampaikan duka cita yang mendalam atas kepulangan beliau," tulis Jokowi.

"Semoga segala amal ibadah dan pengabdian Gus Sholah semasa hidupnya mendapat ganjaran yang berlimpah dari Allah SWT, dan keluarga yang ditinggalkannya diberikan kesabaran. Amin Ya Rabbal Alamin," ungkap Jokowi.

Senin (3/2/2020) pagi pukul 07.32 WIB, Presiden Jokowi melayat ke rumah duka di Jalan Bangka Raya, Tendean, Pela Mampang, Jakarta Selatan.

Kedatangan Presiden Jokowi disambut oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Staf Khusus Milenial Aminuddin Ma'ruf, dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Lokasi makam pengasuh ke-7 Pesantren Tebuireng berada di sisi barat sebelah utara komplek malam Ponpes Tebuireng.

Makam Gus Sholah berada di sebelah barat makam kakak kandungnya, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, berjarak sekitar 3 meter.

Selain berada di barat dari makam Gus Dur, makam cucu KH Hasyim Asy'ari ini berada tepat di sebelah utara dari makam Ayah dan Ibunya, KH Wahid Hasyim - Nyai Sholichah Wahid.

Wahid Hasyim merupakan putra pendiri NU, KH Hasyim Asy'ari. Wahid Hasyim menjabat Menteri Agama RI era Presiden Soekarno.

KH Abdul Ghofar selaku Sekretaris Yayasan Pesantren Tebuireng, pemilihan lokasi pemakaman Gus Sholah sesuai dengan permintaan almarhum semasa hidup.

"Beberapa waktu yang lalu, kepada Pak Rozi, kepala (Madrasah) Aliyah, Beliau menunjukkan, nanti kalau saya meninggal, makamnya di sini," kata Abdul Ghofar.

Jenazah Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang itu disambut Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan sejumlah petinggi Jawa Timur di pintu masuk Ruang VIP Terminal I Bandara Internasional Juanda, Surabaya.

Khofifah mendampingi Nyai Faridah, istri Gus Sholah. Dengan membawa foto Gus Sholah, Khofifah memimpin pemindahan jenazah sejak dari turun pesawat ke mobil jenazah.

Kapolda Jatim Irjen Luki Hermawan dan Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Wisnoe Prasetija Boedi terlihat ikut mengangkat peti jenazah Gus Sholah.

Sementara itu suasana haru terasa di lingkungan Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Lantunan ayat suci Al Quarn mengalun dari pengeras suara masjid pesantren.

Keluarga dan para santri menyambut kedatangan jenazah Gus Sholah yang tiba sekitar pukul 13.00 WIB.

Sebelum dibawa ke masjid Tebuireng, jenazah adik kandung Gus Dur itu disemayamkan di 'ndalem kasepuhan' pesantren Tebuireng.

Jelang pemakaman, suasana pesantren Tebuireng terasa sesak. Ribuan warga dan santri memadati kawasan pesantren untuk memberikan penghormatan terakhir pada Gus Sholah.

Shalat jenazah di masjid pesantren Tebuireng, pada sesi pertama dimulai pada pukul 13.38 WIB dipimpin oleh KH Fahmi Amrullah Hadzik, salah satu cucu KH Hasyim Asy'ari.

Selama proses pemakaman, dua putra Gus Sholah, Ipang Wahid dan Iqbal Billy bertindak sebagai petugas pemakaman.

Irfan Asy'ari Sudirman Wahid (Ipang Wahid), putra sulung Almarhum KH Sholahudin Wahid (Gus Sholah) mengaku ada 2 hal yang diajarkan oleh ayahnya sejak kecil yakni kesederhanaan dan kejujuran.

"Beliau selalu mengajarkan dan mengingatkan 2 hal tentang prinsip hidup, yakni kesederhanaan dan kejujuran. Bahkan, beberapa hari sebelum berpulang, beliau masih menasihati kami tentang kejujuran," kata Ipang Wahid.

Selain itu, Ipang Wahid mengatakan bahwa ayahnya adalah pribadi yang terbuka dan bersedia berkawan dengan siapa pun.

"Entah itu tukang sapu atau presiden pun, beliau tetap membuka diri. Hal-hal itu yang membuat saya masih harus banyak belajar tentang prinsip hidup dari beliau," ujar Ipang Wahid.

"Yang beliau lakukan tanpa woro-woro, namun berdampak signifikan bagi bangsa Indonesia," kata Khofifah.

Ia bercerita, Gus Sholah pernah mengundang pemuka agama lain seperti pendeta dan romo untuk menginap di Pesantren Tebuireng Jombang.

Mereka diajak melihat dari dekat bagaimana Islam diajarkan kepada santri.

"Kegiatan itu membangun mindset dan perspektif dari banyak tokoh agama dunia untuk bisa mengenali bahwa Islam yang diajarkan di pesantren di Indonesia terutama yang di dalam naungan NU, adalah Islam rahmatan lil alamin atau Islam yang penuh dengan nilai perdamaian," jelas Khofifah.

Hingga prosesi pemakaman yang berakhir sekitar pukul 15.30 WIB, pelayat masih terus berdatangan ke Pesantren Tebu Ireng.

Selamat Jalan Gus Sholah...

Penulis : Haryanti Puspa Sari, Moh. Syafií, Achmad Faizal, M Agus Fauzul Hakim | Editor: Inggried Dwi Wedhaswary, Krisiandi, Caroline Damanik, Dheri Agriesta)

https://regional.kompas.com/read/2020/02/04/05450011/selamat-jalan-gus-sholah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke