Salin Artikel

Jalan Longsor, Siswa SD di Tana Toraja Mendaki Bukit untuk Pergi Sekolah

Akibat jalan putus, para siswa berangkat ke sekolah dengan mendaki dan menuruni bukit.

Seperti yang dialami Kristina Parung, siswi kelas 6 SDN 335 Inpres Kandua, yang bersama adiknya setiap hari harus melewati jalan terjal demi sekolah.

Mereka menjalani hal ini sejak longsor memutuskan jalan penghubung beberapa hari terakhir.

Mendaki dan menuruni bukit dilakukan kadang kala hanya berdua dan kadang ia diangkat warga setempat karena kondisi jalan yang tidak memadai.

“Kalau baru berangkat ke sekolah pas depan longsor, kami harus belok kanan mendaki. Medannya sangat sulit karena terjal dan biasanya harus menunggu orang untuk mengangkat di tanjakan pertama,” kata Kristina saat dikonfirmasi di lokasi,  Sabtu (1/2/2020).

Saat pulang sekolah, Kristina harus melakukan hal yang sama, mendaki dan menuruni perbukitan.

 “Harus waspada jangan sampai terjadi longsor di bukit, karena sangat dekat dengan longsoran, makanya kami biasanya menunggu dulu. Jika ada warga, baru jalan sama-sama,” ucap Kristina.

Menurut Kristina, ia tidak takut untuk melintasi jalan demi melanjutkan pendidikannya di SD tersebut. Namun, butuh tenaga untuk melintasi jalan tersebut.

“Kami berharap pemerintah segera membenahi jalan kami yang putus agar kami dapat lancar ke sekolah,” harap Kristina.

Sementara itu, salah seorang warga setempat, Stefanus Pailin mengatakan, ia setiap pagi atau siang mendatangi lokasi longsor untuk mengingatkan anak anak atau warga yang melintas tidak mendekati area longsor karena berbahaya.

“Kalau pagi atau siang, anak-anak harus dibantu diangkat dulu untuk mendaki maupun menuruni bukit dengan panjang sekitar 40 meter agar lancar pulang maupun pergi ke sekolah. Saat pertama mendaki sangat terjal bahkan saya saja biasa jatuh,” ujar Stefanus.

Kepala BPBD Tana Toraja Alfian Andi Lolo mengatakan, pengerjaan jalan hari ini akan dimaksimalkan agar jalan segera terbuka dan akses warga berjalan lancar.

“Hari ini kami sudah mulai membuka jalan dengan mengikis pinggiran jalan yang longsor menggunakan alat berat secara perlahan, pengerjaan ini butuh waktu beberapa hari,” ungkap Alfian.

Sebelumnya diberitakan, jalan penghubung antara lembang (desa)  di Lembang Burasia dengan Lembang Kalua', Kecamatan Bittuang,  Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, hingga Jumat (31/01/2020) masih terputus. Akibatnya, 80 kepala keluarga (KK) saat ini terisolir.

Tim Satgas Bencana dari TNI, Polri, BPBD dan PUPR Tana Toraja  turun ke lokasi bencana untuk membuka akses agar warga bisa segera kembali beraktivitas dengan normal.

Komandan Satgas Bencana Tana Toraja  Letkol CZI Zaenal Arifin mengatakan, area longsor yang memutuskan jalan ketinggiannya sekitar 70 meter dengan lebar sekitar 30 meter.

“Untuk saat ini kami sudah lakukan survei agar alat berat yang masuk bisa segera bekerja, dan kami sudah berkoordinasi dengan pihak PUPR Tana Toraja,” kata Zaenal saat dikonfirmasi, Jumat (31/1/2020) sore. 

Menurut Zaenal, tertutupnya akses warga tersebut menyulitkan untuk keluar daerah maupun masuk ke daerah tersebut terutama untuk mengangkut hasil bumi mereka.

“Warga sulit untuk keluar daerah maupun masuk ke daerah tersebut, apalagi anak-anak sekolah harus naik turun gunung agar bisa sampai. Meski ada jalan alternatif tetapi sangat jauh yakni harus ditempuh sekitar 4 kilometer,” ucap Zaenal.

https://regional.kompas.com/read/2020/02/01/17591921/jalan-longsor-siswa-sd-di-tana-toraja-mendaki-bukit-untuk-pergi-sekolah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke