Salin Artikel

Warga Jabar dan TKA yang Bepergian ke China 2 Bulan Terakhir Akan Diperiksa

Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona di Jawa Barat.

Sebab saat ini ada dua pasien yang diduga terpapar virus corona (suspek) tengah menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemprov Jabar Ade Afriandi telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Jawa Barat serta Ombudsman untuk mempersiapkan proses pemeriksaan.

"Pertama kita menyepakati bukan karena TKA Tiongkok yang harus diperiksa. Tapi seluruh tenaga kerja baik Indonesia maupun asing yang dalam rentang waktu dua bulan ini keluar masuk Tiongkok - Indonesia," ujar Ade saat dihubungi via telepon seluler, Senin (27/1/2020).

Pemeriksaan kesehatan TKA China

Ade menjelaskan, saat ini tercatat ada 3.203 tenaga kerja asal Tiongkok yang berada di Jawa Barat.

Beberapa diantaranya bekerja di proyek strategis nasional seperti proyek kereta cepat dan tol Cisumdawu.

Meski demikian, Ade menegaskan pemeriksaan tak spesifik dilakukan bagi warga China.

Pemeriksaan juga berlaku bagi siapa saja pegawai negeri yang pernah berkunjung ke China dalam waktu dua bulan terakhir.

"Nah yang sedang atau kita akan sikapi itu saya akan tugaskan kepala UPTD minimal mendapat informasi dari perusahaan tempat bekerja," katanya. 

"Karena TKA itu mau asal Tiongkok atau bukan yang dalam 2 bulan ini keluar masuk pulang pergi ke Tiongkok atau pun berkunjung ke Tiongkok," tuturnya.

Minta bantuan sosialisasi dari Ombudsman

Ade juga meminta bantuan dari Ombudsman Jabar untuk mensosialisasikan rencana tersebut agar tak muncul pandangan diskriminatif.

Rencananya, proses pemeriksaan akan dilakukan dalam dua pekan ke depan.

"Nanti bersama sama, jadi terkait pendataan yang keluar masuk China juga nanti terkoordinasi dengan seluruh kabupaten kota," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Berli Hamdani telah melakukan sejumlah langkah antisipastif untuk mencegah penyebaran virus corona.

Pertama, kata Berli, koordinasi dan pemberian informasi antar sektor terkait laporan dan penanganan kasus suspek pneumonia akibat novel coronavirus.

Kedua, membuat surat edaran kewaspadaan kepada rumah sakit, puskesmas dan klinik untuk meningkatkan kewaspadaan, penanganan dan rujukan dalam penanganan kemungkinan pasien novel coronavirus.

Ketiga, memberikan informasi seterang mungkin dan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai saluran media.

Warga diminta tidak panik

Berli merekomendasikan masyarakat tidak panik sambil tetap waspada dan mengurangi risiko penularan virus melalui langkah responsif dan cepat.

"Pertama, jika ada riwayat perjalanan dan kontak dengan orang yang bepergian ke wilayah Tiongkok (Wuhan) atau negara yang terjangkit dalam waktu 14 hari dan mengalami demam di atas 38 derajat, batuk, sulit bernapas, segera kunjungi rumah sakit atau puskesmas terdekat. Jangan tunggu besok lagi," kata Berli saat dihubungi via pesan singkat.

Kedua, kata Berli, hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menderita demam dan batuk dengan riwayat perjalanan dari negara terjangkit.

Ketiga, sering mencuci tangan dengan air sabun atau pembersih tangan berbasis alkohol.

Keempat, tutup mulut dan hidung dengan siku tertekuk atau tisu ketika batuk dan bersin.

Kelima, hindari kontak dekat dengan siapa pun yang menderita demam dan batuk

"Jangan lupa segera buang tisu dan cuci tangan. Pakai masker apabila menderita gangguan pernapasan atau batuk," kata Berli. 

"Terakhir, berhati-hati dalam mengonsumsi produk hewani mentah atau setengah matang untuk menghindari kontaminasi silang dengan makanan mentah." 

https://regional.kompas.com/read/2020/01/27/18462081/warga-jabar-dan-tka-yang-bepergian-ke-china-2-bulan-terakhir-akan-diperiksa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke