Salin Artikel

Sejarah Kelenteng Kwan Tie Miau Pangkal Pinang, Kelenteng Legendaris yang Jadi Pusat Atraksi Barongsai Imlek

Salah satunya, kelenteng Kwan Tie Miau yang terletak di kawasan jantung perekonomian, Pasar Induk, Pangkal Pinang.

Kelenteng yang sarat nilai historis ini akan menjadi pusat perayaan Imlek dengan pertunjukan naga dan barongsai.

"Ada tujuh klub yang akan memeriahkan Imlek. Terhitung 24 sampai 25 Januari 2020," kata Pengurus Kelenteng Kwan Tie Miau, Koh Achon kepada Kompas.com di Pangkal Pinang, Kamis (23/1/2020).

Dia menuturkan, perayaan Imlek meliputi sembahyang, doa-doa dan atraksi barongsai dan naga.

Jelang perayaan itu, panitia telah merenovasi atap kelenteng, melakukan pengecatan serta pencucian senjata dewa.

Selain itu, pengurus kelenteng juga banyak menerima sumbangan lilin besar dan buah-buahan meja altar dari para jemaah.

"Sekarang kami merapikan altar dan lilin yang baru berdatangan. Ini sumbangan semua untuk penutupan tahun 2570 dan menyambut tahun 2571 dalam penanggalan Imlek," ujar Achon.

Pantauan Kompas.com, kesibukan terlihat di dalam maupun di luar kelenteng.

Petugas tampak larut dengan pekerjaan masing-masing. Kertas dan kayu dupa disusun di rak-rak dinding kelenteng.

Sementara itu, patung dewa Kwan Tie berdiri kokoh di tengah-tengah altar sembahyang.

Seluruh ornamen dan patung di dalam kelenteng telah dibersihkan sehingga mengkilap.

Dalam rangkaian Imlek ini, pengurus kelenteng juga membagikan sembako bagi warga sekitar.

Penerimanya nanti berasal dari berbagai latarbelakang agama.

"Sembako sumbangan dari umat yang sembahyang di sini. Nanti dibagikan lagi pada mereka yang membutuhkan. Tak lihat agamanya apa," ujar Achon.

Tradisi pembagian sembako ini pun berjalan rutin setiap tahun perayaan Imlek.

Izin Belanda

Sebagai salah satu tempat ibadah tertua, kelenteng Kwan Tie Miau telah melewati beberapa kali proses renovasi dan pergantian nama.

Pendirian kelenteng ini pun bagian dari prinsip keadilan untuk menyediakan tempat ibadah di Pangkal Pinang sejak zaman Belanda.

Sejarawan Pangkal Pinang Akhmad Elvian menuturkan, dalam catatan Belanda Algemeen Verslag Der Residentie Banka Over Het Jaar 1850, Bundel Bangka Nomor 41, dituliskan bahwa di Kota Muntok, bagi umat Islam sudah tersedia satu masjid yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan pendidikan.

Sementara bagi orang-orang Cina sudah tersedia satu kelenteng.

Kemudian di Distrik Pangkalpinang juga terdapat kelenteng yang cukup besar dan bersih.

Di distrik lainnya rumah ibadah dan toa pekong kecil disediakan dan diperbolehkan dibangun oleh orang-orang Cina untuk keperluan peribadatannya.

Kelenteng tua yang dimaksud dan didiskripsikan cukup besar dan bersih dalam laporan residen Bangka di distrik Pangkal Pinang di atas adalah Kelenteng Kwan Tie Bio.

"Kelenteng ini pada masa Orde Baru diubah namanya menjadi kelenteng Amal Bakti. Setelah terbakar pada tanggal 22 Februari 1998 dan dipugar pada tanggal 5 Agustus 1999 diberi nama Kwan Tie Miau," kata Elvian yang juga penulis buku Kampoeng di Bangka.

Kelenteng diduga didirikan pada tahun 1841 Masehi, dapat dilihat dari angka tahun aksara Cina pada satu lonceng di kelenteng dan diresmikan pada tahun 1846 Masehi.

Ini diketahui dari papan ucapan selamat dari beberapa perkumpulan kongsi penambangan timah pada hari baik bulan baik tahun ke-26 Daoguang yang bertepatan dengan tahun 1846 Masehi (Elvian, 2005:51).

Menurut Elvian, kedatangan orang-orang dari Cina ke Pulau Bangka sejak masa Sultan Mahmud Badaruddin I Jayo Wikromo (Tahun 1724-1757 Masehi) dan masa Sultan Ahmad

Najamuddin I Adikusumo (Tahun 1757-1776 Masehi) hingga masa kolonial Belanda.

"Di samping untuk bekerja sebagai penambang timah, juga mereka membawa agama dan kepercayaan serta budaya asli dari tempat asalnya," ujar dia.

Pemujaan yang dilakukan di kelenteng seperti Sembahyang Tutup Tahun Imlek (Sam Sip Pu), Sembahyang menyambut Tahun Baru, sembahyang pada toa pekong yang diarak pada saat Cap Go Meh dan Sembahyang Rebut (Cit Ngiat Pan).

Kelenteng Kwan Tie Miau berlokasi di kawasan Cina Town tepatnya berada di Jalan Mayor Muhidin Nomor 1 Pangkalpinang, dengan luas 12,5 x 24 m².

Terletak pada astronomis 02º07’49” LS-106º06’55” BT (48 M 0624029 mU-9764505 mT) dengan geografis berbatasan dengan, sebelah Utara Toko Fashion Benteng Mas, sebelah Barat Toko Fashion Retry, sebelah Timur dengan Gedung Bioskop Golden (sekarang menjadi sarang burung walet).

Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Mayor Muhidin dan Toko Elektronik 51.

Penamaan Kwan Tie Miau diambil dari nama Dewa Kwan Sen Tie Ciun sebagai tuan rumah dan dewa yang dipuja masyarakat di samping pemujaan terhadap dewa-dewa lainnya.

Pemugaran

Kelenteng Kwan Tie Miau pernah mengalami pemugaran pada tahun 1986 dan tahun 1991, dan setelah musibah kebakaran pada tanggal 22 Februari 1998 dilakukan pemugaran besar-besaran yang dimulai pada tanggal 17 April 1998.

Pemugaran pertama pada tahun 1986 dilakukan akibat adanya pelebaran Jalan Mayor Muhidin sehingga pekarangan depan kelenteng, pintu dan tembok depan mundur beberapa meter dari asalnya.

Kelenteng dengan arsitektur Cina ini di dominasi warna merah dan kuning.

Memiliki lonceng besi dan hiasan buah labu (gourd) serta pada puncak kelenteng bagian tengah terdapat lingkaran hitam putih sebagai simbol keseimbangan (ying dan yang) dan patkwa (pakua) yang melambangkan keberuntungan, rejeki, dan kebahagiaan.

Kedua simbol tersebut sebagai ciri Taoisme.

https://regional.kompas.com/read/2020/01/24/11153711/sejarah-kelenteng-kwan-tie-miau-pangkal-pinang-kelenteng-legendaris-yang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke